Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Menimbun, Bahagiakah?

30 Oktober 2019   13:00 Diperbarui: 30 Oktober 2019   13:13 23 3
aku melihat pohon itu berbuah
beribu, bahkan berjuta, jatuh begitu saja ke tanah
tak pernah dipetik, sekedar mengundang mata mendelik

aku juga melihat penampungan air yang tumpah
terus diisi, tak pernah berhenti, meluber sia-sia
tak pernah direguk, hanya mendatangkan karat dan lapuk

dan lihatlah, bagaimana pohon dan tampungan itu dijaga
dalam istana, siang-malam, dengan seragam dan senjata, dukun dan mantera
untuk nama? untuk tahta, atau untuk apa?

setiap buah yang jatuh membuat gelisah
air melimpah tetap tak mampu menuntaskan dahaga
bahagia tak mendekat, curiga dan kuatir malah menjerat!

tanpa kesejatian, yang mendekat adalah kepentingan
tiada ketulusan, yang datang adalah pamrih dan hitungan
lalu untuk apa? keharuman gelimang fatamorgana?

sementara anak gembala, bahagia dengan serulingnya
anak petani gembira dengan seekor belut tangkapannya
dan anak-anak kota bermain bola di aspal dengan ceria

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun