6 Juli 2019 13:35Diperbarui: 6 Juli 2019 14:152944
Setelah menikah dengan Ir (nama samaran), dan harus memisahkan diri dari keluarga besar orang tuaku, betapa hidup kurasakan seakan menjepit. Aku dan Ir tinggal di rumah kontrakan tak layak huni. Penghasilanku yang tak jelas, cukuplah membuat keuangan keluarga amburadul. Hutang-hutang menumpuk di warung. Terkadang sehari kami hanya makan nasi dua kali, itu pun dengan berbagi. Bagaimana kemudian bayang-bayang kehadiran seorang anak, membuat kami cemas. Sanggupkah dua insan ini membiayai hidup seorang anak, padahal untuk dua mulut saja tak terpenuhi?
Jixie mencari berita yang dekat dengan preferensi dan pilihan Anda. Kumpulan berita tersebut disajikan sebagai berita pilihan yang lebih sesuai dengan minat Anda.