Mohon tunggu...
KOMENTAR
Fiksiana

Berteman dengan Kenyataan

3 Maret 2019   09:26 Diperbarui: 17 April 2024   00:50 22 2
Di suatu masa yang tidak kita ketahui, mungkin kita ingin kembali mengulang hari ini, memperbaiki semuanya dari awal, menyisipi semua kemungkinan, mengharapkan kemusnahan rentetan peristiwa yang telah menjadi luka. Mengkhayali bagaimana jika kita diberi kesempatan memiliki kehidupan sempurna dari awal.

Lantas kenyataan memilih menghadang dari depan. Katanya khayalanmu tak mungkin menjadi kenyataan. Hari akan berganti. Yang kemarin tak bisa diulang lagi.

Kenyataan lalu menjadi musuhmu nomor satu. Kamu lantas bergerak lekas mencari cara agar bisa mengalahkannya. Menghabiskan hari-hari, menghabiskan waktu, memutar kepala barangkali disuatu tempat terselip jawaban yang ingin kau temui.

Tanpa kau sadari, Kenyataan kini benar-benar telah mengambil posisi, mengambil porsi sebagai musuh terbesar yang sudah kau beri sejak awal. Ia lalu tumbuh dan menjelma menjadi hal yang paling kau takuti.

Katanya, bila kau takut pada sesuatu, selalu berarti bahwa sesuatu itu lebih besar darimu.

Meski begitu, kamu tidak ingin menjadi yang pertama menyerah. Tak peduli berulangkali kalah, terlalu lelah dan selalu menghabiskan hari-hari dengan penuh rasa payah.
Dan tak juga menghasilkan apa-apa. Tak ada hasil apa-apa.

Waktu tetap  berjalan
Semakin lama, semakin membuatmu merasa tak mampu lagi berpikir, harus bagaimana? Buat apa berusaha? Semuanya hanya tampak sia-sia.
.
.
.
.
.
.
Di suatu hari yang panjang, saat kamu memilih beristirahat sejenak karna sudah terlalu lelah berusaha, kamu merasa lemah dan tak lagi punya energi untuk menyalahkan keadaan. Tak lagi tersisa apa-apa, hingga memaksamu memilih mengikhlaskan.
Semua sudah terjadi. Tidak ada yang perlu disesali. Keberadaanmu saat ini berarti bahwa yang terjadi kedepan akan menjadi tanggungjawabmu.

Lalu
Satu hal yang luput kita sadari adalah kenyataan bahwa disisi lain sebuah proses panjang juga telah terjadi. Kenyataan kini tak lagi mengambil porsi besar dalam kepalamu. Kamu tidak merasa menang, karna kini ia bukan lagi musuhmu. Ia sudah menjadi teman.
Kamu dapat bercerita tentang apa saja. Kamu dapat memutuskan untuk melupakan atau tidak. Ia akan mendengarkan, memberi berbagai kemungkinan yang dapat menjadi kenyataan. Kamu tak perlu lagi merisaukan masa depan. Kenyataan, sebab-akibat akan berjalan dengan semestinya. Kamu hanya perlu belajar mengambil keputusan. Berbesar hati berteman dengan kenyataan

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun