Setelah membeli dua botol air mineral dingin dari sebuah kedai kecil, aku segera menghampirinya.
"Terima kasih.", katanya setelah kuberikan satu botol untuknya.
"Apa Mbak masih ingin kembali ke sana?", tanyaku.
Aku tadi spontan saja meraih tangannya, lantas menuntunnya pergi mencari tempat aman begitu mengetahui kondisi sedang tak kondusif di sekitar tempat terjadinya keributan.
Aku sendiri juga merasa heran. Kenapa mendadak aku menjadi sok pahlawan begini. Menarik tangannya kemudian membawanya pergi begitu saja tanpa aku harus bertanya kepadanya terlebih dahulu. Apakah dia setuju dengan keputusanku. Lagipula, di tiap konser manapun, hal-hal seperti ini sering juga terjadi dan sulit dihindari.
Selain itu juga, yang bikin aku tambah heran, setelah ia kuamati, sepertinya aku meremehkan perempuan ini. Bagaimana tidak? Tampaknya ia biasa-biasa saja, bahkan tampak begitu tenang ketika menghadapi situasi apapun di sekelilingnya.
Tapi, apa boleh buat. Kutawari ia untuk kembali ke tempat semula kami berdiri menonton konser.
Sesaat ia menatap kerumunan di sana. Menggigit bibirnya, "Kalau nanti ada ribut lagi, Masnya pasti bakal ngajak saya balik lagi ke sini.", katanya dengan tersenyum.
Padahal, jika ia tak menolak tawaranku, tentu pasti aku tak akan keberatan untuk mengantarnya kembali ke sana. Tapi, setelah kudengar ia menolak tawaranku, itu membuatku jadi merasa bersalah.
Tak seberapa jauh dari panggung konser, akhirnya kami berdua memutuskan duduk-duduk di sebuah kedai minuman sembari menikmati penampilan dari band terakhir yang tampil.
Dari sini, sayup-sayup hingar-bingar suara musik di panggung dan riuh penonton masih terdengar. Ia membuka pembicaraan.
"Ngomong-ngomong, soal musik setan, seperti yang dikatakan pacar Mas. Saya pikir, itu tidak sepenuhnya salah.", katanya.
"Jadi, Mbak setuju dengan pendapat pacar saya?", tanyaku.
Ia tertawa, "Saya tak bilang bahwa saya setuju. Hanya saja saya ingin mengatakan bahwa ini soal selera. Maksud saya, tentu dia punya alasan kenapa dia menyebutnya demikian. Musik setan."
"Ya, saya bisa mengerti. Dia memang tak mengerti selera musik saya. Tapi, soal katanya itu musik setan, saya kira saya tak setuju dengannya. Apa Mbak sendiri pernah melihat langsung ada setan bisa main alat musik?"
Lantas ia menunjuk ke arah panggung konser yang sedang berlangsung, "Itu, yang di atas panggung itu, bukan?", ucapnya, "Masing-masing dari mereka tak cuma jago main alat musik. Bahkan para setan itu juga punya grup dan nama band."
BERSAMBUNG.