Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Senja Diperdua Gedung Jakarta

16 Juli 2019   19:07 Diperbarui: 16 Juli 2019   19:10 19 4
Ada sebuah kerumunan rangrang diatas jembatan keperakan yang menjulang,
membentang percis ke arah langit yang bersandar luluh dengan landai.
Redup, tetapi merona
picik, namun membengkah rekah
merangum embusan belolang dengan congklang tak bertiang-- bajang!

Seekor punai saja bingung untuk berterbangan dengan kepakan kidungnya.
Ia tidak tahu
kemana angin ini berhembus,
pun ia tidak merasakan setitik arah
dibalik belukar serbuk halus.
Begitupun aku,
sudah terlalu landai untuk merasa
kemana angin itu berdedai.
Aku pula bingung
apa penyebab ketidak keruan halus ini?
Dan kenapa penyenggama hanya metanap sebuah pesona?
Tanpa melihat sepercik buritan mengebas telinga

Berjam-jam tanpa bercongkak!
Hanya untuk memetik matahari
yang terkalut diperdua gedung laut tak berkaki.

Mungkin ini hanya gurauan angin
yang ingin memilik basuhkan matahari.
Aku rasa ia benar-benar tidak hidup
ia terlalu tinggi untuk mengepak kasih seasri
dan aku yakin itu muskil untuk terjadi.
Persis halnya masa lampau
ketika matahari ingin mendua diatas langit
hanya untuk menjalin kisah dengan seputik desah.
Berharap ia menyatu bantu dengan sang fajar
dan bersenggama ria dalam keelokan senja

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun