Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Jerit dari Fakan

14 November 2020   10:15 Diperbarui: 14 November 2020   10:24 112 8

Sore itu,
Langit di Cemnes gelap
Gerimis datang menyapa menjelang senja
Di muara sungai Asuwets,
pada tepi kali Anderep
Rintihan jiwa membumbung ke langit gelap

Kami punya hutan gaharu
Kami punya hutan kayu besi
Tapi, kami punya anak-anak tidak sekolah
Bagaimana masa depan anak-anak kami di Fakan?
Bagaimana masa depan kami,
orang-orang yang mendiami kepala sungai Asuwets ini?

Kami punya gedung sekolah di tengah kampung
hanya ditemani pohon dan rumput
tanpa guru dan murid belajar
Ada kepala sekolah
Ada guru
Itu sebatas SK
Itu sebatas mendengar nama mereka

Kepala sekolah lenyap tanpa kabar
Guru-guru tak kunjung datang
Huruf dan angka telah memudar dari ingatan anak-anak
ditelan sang waktu yang cepat berlalu

Rindu menerkam kalbu hendak belajar
Sirna seiring berlalunya senja
Tanya tak kunjung terjawab
Siapakah kami?

Mengapa anak-anak kami tak dapat menikmati pendidikan?
Mengapa kami dibiarkan menjadi yatim-piatu,
di tengah geliat pembangunan Papua?
Bukankah anak-anak kami berhak atas pendidikan?
Apa salah kami?

Kepada siapa lagi kami akan berharap?

Sungai Asuwets dengarkan jeritan kami
Langit dengarkan ratapan kami
Matahari jawablah keluh kesah kami
Kali Anderep bawalah doa harapan kami kepada sang ilahi

Sebab, manusia-manusia pemegang kuasa di bumi,
tak lagi peduli pada kami!

Agats, 24 Juli 2020; 09.13 WIT

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun