Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosok

Tentang Simson Panjaitan, Bakal Calon Bupati Tobasa

24 Oktober 2019   01:10 Diperbarui: 24 Oktober 2019   01:27 287 0
Kesan pertama saat bertemu Simson Panjaitan: dia bukan tipe politisi. Menurut pengamatan saya, setidaknya ada dua tipe khas seorang politisi. Merokok dan suka minum kopi. Dari kedua tipe khas itu, tak satupun yang dilakoni Simson. Ia bukan perokok dan bukan pecandu kopi. Bebas nikotin dan kafein.

Lalu tipe apa dong? Simson adalah seorang praktisi dan akademisi. Kelompok yang lazimnya menyukai diskusi tanpa kepulan asap rokok dan bercangkir-cangkir kopi. Kebalikan dari politisi, tentunya.

"Bisa saja kita bangun jembatannya sebelum kita menang," ucap Simson. Itulah jawaban Simson saat saya menggambarkan sebuah jembatan di Tornagodang, Habinsaran yang hingga kini belum dibangun permanen. Masih berbentuk jembatan ala film petualangan "Indiana Jones".

Saya memang menantang Simson agar jangan terjebak dalam visi-misi berisi janji manis, walau pada akhirnya kerap tak berakhir alias terkatung-katung. Janji tinggal janji. Simson mengangguk. Sebagai orang lama di Pertamina, Simson punya wawasan sangat luas sehingga cukup cepat memahami sebuah persoalan.

Selaras dengan sepak terjangnya yang pernah ditugaskan di luar negeri. Antara lain, Singapura, Hongkong, dan Libya. Seluk-beluk perminyakan sangat dipahaminya. Jabatannya bukan ecek-ecek, tetapi sudah di level direksi.

Berbekal jam terbang itu, Simson menjamin tidak akan kesulitan mendatangkan investor ke Tobasa, Provinsi Sumut. Baik untuk mengembangkan pertanian, perkebunan, maupun pariwisata. Konsep pembangunan yang ditawarkan Simson sebetulnya sudah banyak juga diumbar para calon kepala daerah umumnya. Hanya saja, Simson berbeda karena ia punya jaringan hingga ke luar negeri.

Salah satu keunikan Simson adalah niatnya yang ingin mengabdi ke kampung halaman. Padahal, Simson bukan lagi penutur asli alias "native speaker" bahasa Batak. Ia kelahiran Medan sehingga sangat wajar jarang menengok kampung halamannya di Sitorang, Kecamatan Silaen. Niat baik itu tentunya harus diapresiasi. Bahwa Simson masih ingin tetap mengabdi ke tanah leluhurnya. Jarang-jarang seperti itu terjadi.

Keunikan Simson itu pun menjadi senjata cukup ampuh bila kelak terpilih nanti. Sebab dia hampir tak punya beban psikologis terhadap teman satu marga atau kelompok keluarga lainnya. Kalau memang keliru ya keliru, tak perlu dibetul-betulkan karena yang bersangkutan masih satu marga, misalnya. Ya, mirip-mirip Ahok gitu deh. Hajar, bro!

Kira-kira begitu sekilas catatan saya tentang Simson Panjaitan. Maklumlah, diskusinya berlangsung di ruangan tanpa asap rokok dan secangkir kopi. Hehehe

Selamat Bertanding, Pak Simson Panjaitan.

Horas...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun