Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan Pilihan

Kegalauan Simon Sembiring dalam Kemelut Divestasi Freeport

21 Februari 2019   23:45 Diperbarui: 22 Februari 2019   00:12 871 4
Alamak...ternyata begini aslinya. Itulah reaksi yang muncul pertama kali saat membaca buku karya Ir Simon Sembiring, Ph.D, seorang kakek yang kini berusia 70 tahun. Judul bukunya "Satu Dekade Nasionalisme Pertambangan" dengan sub judul: Karut Marutnya Implementasi UU Minerba dan Divestasi Freeport yang Penuh Jebakan.

Simon bukan orang sembarangan, ia adalah mantan Dirjen Minerba, Kementerian ESDM pada 2005-2008. Tambahan lain, Simon adalah jebolan Teknik Pertambangan ITB tahun 1976, ayah 3 orang anak, dan kakek 6 cucu.

Buku yang diterbitkan Gatra Pustaka, ini sudah beredar di toko buku serta diedarkan secara terbatas oleh penulisnya sendiri. Jika Anda ingin membeli di toko buku di Pulau Jawa, mohon siapkan uang sebesar Rp 135.000. Sedangkan di luar Pulau Jawa, buku ini dibanderol Rp 145.000. Saya sendiri cukup beruntung karena akhirnya memiliki buku setebal 360 halaman ini secara gratis, lebih tepatnya dibelikan seorang Kakanda yang baik hati.

Namun Anda tidak akan rugi membeli buku ini. Kenapa? Karena banyak informasi "mengagetkan" yang tersaji secara apik dan komprehensif di dalamnya. Anda akan menemukan kejutan demi kejutan yang sebelumnya samar-samar atau bahkan belum pernah mencuat ke muka publik. Tak perlu khawatir juga, Teguh Sri Pambudi yang didapuk sebagai Editor, juga sukses menghadirkan bacaan yang enak dan (tak) perlu bagi segelintir pihak. Gaya bahasanya populer sehingga memudahkan pemahaman bagi kalangan awam sekalipun.

Tak percaya? Mari kita cermati bersama-sama.

Secara keseluruhan, buku ini terdiri dari 8 Bab, yang diawali dengan kegalauan Simon setelah UU No 4 Tahun 2009 (biasa disebut UU Minerba) diterbitkan. "Dan Aku pun Bertanya", diangkat Simon sebagai prolog alias pengantar betapa UU Minerba hingga satu dekade belum juga ditegakkan sebagaimana mestinya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun