Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Suksesnya Kuliah Kerja Nyata (KKN) Itu Tak Sebatas Program Kerjanya tapi Juga Hati Masyarakatnya

18 Oktober 2020   15:12 Diperbarui: 18 Oktober 2020   15:14 90 3
Suksesnya program kerja bukan berarti sukses juga di hati masyarakatnya, namun sukses di hati masayarakatnya berarti telah sukses program kerjanya.

Itulah konsep umum yang harus ditanamkan mahasiswa KKN saat turun ke daerah atau wilayah tertentu untuk meyelesaikan amanah Tri Dharma perguruan tinggi

***

Jika boleh saya bernostalgia kembali, menghitung mundur masa-masa yang pernah saya lewati saat KKN, tentu kesan mendalam yang pertama yang saya alami sebagaimana mahasiswa pada umumnya, adalah ketika bertemu--bercengkrama dengan masyarakat baru, komunitas baru, wilayah baru, dan atmosfer baru yang mungkin belum didapati sebelumnya.

Dari budaya, nilai-nilai, cara masayarakat berkomunikasi, pun sampai ciwik-ciwiknya. Hehehe.

Kegamangan dan keingintahuan, tampaknya bersatupadu saat awal-awal mulai tiba di lokasi KKN, yang pada saat yang sama identitas mahasiswa harus tetap terjaga.

Saya KKN dulu ditempatkan di daerah pegunungan Kabupaten Maros, tepatnya di daeran Moncongloe, Desa Bonto Bunga. Jangan ditanya lagi soal koneksi jaringan, di sana untuk mengakses facebook gratisan saja begitu susah apalagi kalau mau video call bersama gebetan, butuh elus dada yang banyak untuk sabar.

Saya berjumlah 21 orang mahasiswa dalam 2 posko, bertepatan diri saya selaku koordinator kecamatannya, selama saya hidup sejauh ini jabatan itulah yang mungkin sangat prestisius bagi saya.

Dengan masa KKN kami semua itu 2 bulan, sebuah waktu yang sangat efektif untuk menghabiskannya dengan banyak program kerja dan mensukseskannya di saat yang bersamaan.

Program kerja memang kami selesaikan, tapi apakah semua sukses?. Tunggu dulu, sangat tidak objektif jika saya menilainya sendiri, butuh penjabaran yang lebih konferehensif agar andalah yang menimbang-nimbangnya.

1. Merangkul Semua Elemen Masyarakat

Dari adik-adik sampai lato-lato kami sisipkan program kerja di dalamnya, dan juga bukan sekadar pensisipan tapi pembentukan konsep baru.

Ada 4 dusun di desa yang kami tempati KKN, semua dusun kami buatkan Taman Pendidikan Al-Quran dengan konsep pengajaran Iqra' seperti TPQ di kota yang lebih ekspresif, tanpa menghilangkan cara-cara lama dalam pengajaran mengaji di Dusun itu. Jad kami kombinasikan.

2. Hasil dari Sebuah Konsistensi

Nda ada yang istimewa sih program kerja kami dari KKN yang lain dulu, secara garis besar tampak sama, tapi mungkin secara garis khusus sangat tampak beda.

Kuantitas dan kualitas dari program kerja yang kami buat semua berporos pada rotasi waktu yang mulai pada jam 7 pagj sampai jam 10, begitu berturut-turut, berterus-terus, dan berlanjut-lanjut sampai masa penarikan harus menjemput kami.

3 Ending yang Baik

Disinilah peran paling urgen dari peletakan batu pertama program kerja kami, di akhiri oleh hari yang baik dan hari yang begitu meyakinkan kami bahwa setidaknya usaha kami ada harganya serta harga tersebut tanpa perlu dibeli oleh masyarakat yang kami temui.

Festival Anak Saleh antar ke 4 Dusun yang berlangsung selama 4 hari yang kami adakan, adalah konsekuensi dari program kerja yang kami tawarkan di awal-awal kedatangan.

Disaat inilah semua masyarakat merasa "ada" dan "diberadakan" dalam pemahaman yang begitu penuh kehormatan. Masyarakat telah menjadikan diri mereka sebagai wujud usaha yang berasal dari mereka dan untuk mereka.

Kami hanya memprogramkannya.

***

3 penjabaran di atas sebenarnya biasa saja, bahkan sangat biasa dan memang bukan di situ poinnya.

Kemarin, saya mendatangi kembali lokasi KKN saya dulu itu, dan ternyata saya masih menemui poster jadwal shalat yang kami dulu bingkai.

Dan ketika saya menanyakan apa maksud perihal masih dipasangnya poster jadwal shalat tersebut ke Pak Imam di masjid yang menjadi tempat dipajangnya poster jadwal shalat.

Padahal, di lain sisi masjid, sudah ada juga poster jadwal shalat yang lain yang lebih modern dan bagus ketimbang jadwal shalat yang dibuat mahasiswa KKN seangkatan saya

Pak Imam hanya menjawab; "Karena itu dari kalian, dan kalianlah telah membuat kami paham bahwa masyarakat seterpencil apapun, berhak untuk bahagia."

Muara bahagia hanya satu, hati kita.

~
SahyulPahmi

*tulisan ini telah dipublikasikan sebelumnya di web pribadi saya, sahyulpahmi.blog

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun