Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Dari Harvard Hingga ke IT, Perpolitikan Indonesia Maunya Apa Sih?

6 April 2015   16:06 Diperbarui: 17 Juni 2015   08:28 142 0

Well, bocoran sindiran AF kepada LBP tentunya sedikit menambah riak yang sedang terjadi di kancah perpolitikan Indonesia. Bukan sesuatu yang mengejutkan, namun menjadi sangat lucu membahas salah satu isi sindiran tersebut. Salah satunya adalah adanya proposal BLP tentang sistem IT yang cukup memarkir mobil di depan KPU dan seluruh data tersedot. Sebagai seorang yang membidangi teknologi Informasi, respon saya secara personal? Kagum namun mengernyitkan dahi? Bisa jadi. Tergelitik? Pasti.

Kancah dinamika perpolitikan Indonesia saat ini tentunya dipengaruhi oleh teknologi. Flashback sejenak, kita tentu belum lupa ketika “perang urat syaraf” nan dashyat di media sosial antar pendukung capres dan cawapres menjelang pilkada terjadi. Bahkan salah satu terobosan terbaru dalam sejarah Pemilu Indonesia, sebuah website bernama “kawalpemilu” sukses merebut peranan penting mempertahankan data-data yang diunggah KPU ke Internet tetap valid dan tidak dimanipulasi oleh pihak yang tidak bertanggung jawab. Hal ini membuktikan peranan penting IT tidak lagi bisa disepelekan. Dan tentunya itu bisa menjadi stereotip bagi orang awam bahwa teknologi mampu melakukan banyak hal yang luar biasa.

BLP bukan orang baru di dunia teknologi. LBP memiliki sebuah yayasan yang mewadahi sebuah sekolah Teknologi Informasi di Indonesia, yang kredibilitasnya tidak perlu dipertanyakan lagi. Menjalin kerjasama dengan berbagai institusi dalam dan luar negeri, prestasi mahasiswa hingga alumni yang cukup diperhitungkan di dunia kerja, membawa satu titik anggapan bahwa BLP tentunya dipercaya memiliki teknologi yang sebegitu canggih, dengan cukup memarkir mobil di depan KPU, dan data tersedot semuanya. Namun, apakah ini memungkinkan terjadi? Dipandang dari sisi teknologi, mungkin sekali terjadi, bilamana KPU dengan naifnya tidak “membentengi sistem” mereka sendiri, yang mana membuat hal itu mustahil bagi institusi sepenting KPU. Jadi, apakah itu bisa terjadi? Entahlah.

Soal lulusan Harvard di lingkungan istana, saya menganggap ini hanyalah sebuah sikap sentimen saja. Tanpa bermaksud mendiskreditkan institusi pendidikan di dalam negeri, harus diakui bahwa Harvard adalah sebuah universitas, sebuah institusi yang terkenal sangat baik di dunia ini, dan LBP memilih yang terbaik dan bisa berkomunikasi dengan baik untuk mendukung kinerjanya, apakah itu sebuah kesalahan? Tidak juga. Bagaimanapun juga, BLP tentu memilih orang-orang Indonesia paling cocok dalam kacamata beliau yang mumpuni di bidangnya dan masih memiliki “kerinduan” untuk Indonesia yang lebih baik.

Setelah rupiah yang melemah, uang muka belaja mobil pejabat yang kontroversial, untuk kesekian kalinya, masyarakat disuguhi oleh “aksi teatrikal” dunia politik yang cukup membingungkan. Dan apa yang didapatkan masyarakat dari hangatnya perkembangan dinamika politik saat ini? Entahlah. Siapa dalang, siapa wayang, siapa ahli, siapa Sengkuni? Semoga waktu berbaik hati untuk menjawabnya di kemudian hari.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun