Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

AM Hendropriyono (Tidak) Anti WNI Keturunan Arab

7 Mei 2019   17:58 Diperbarui: 7 Mei 2019   18:28 605 6
Catatan Pertama: Pernyataan AM Hendropriyono.

Mantan Kepala BIN, AM Hendropriyono, selanjutnya AMH, Senin 6 Mei 2019, kemarin bertemu sejumlah pimpinan Lemhanas. Ia sengaja datang ke Lemhanas karena perhatian terhadap sikon kontempores Bangsa dan Negara, utamanya pasca-pilpres 2019.

Setelah pertemuan tersebut, kepada media, AMH menyatakan bahwa

"WNI keturunam Arab supaya sebagai elit yang dihormati oleh masyarakat kita, cobalah mengendalikan diri jangan menjadi provokator, jangan memprovokasi rakyat.

Jangan memprovokasi masyarakat melakukan politik jalanan, mengajak pawai, apapun namanya kedaulatan rakyat, tapi itu dijalanan dan tidak disiplin.

Kalau tidak ada yang mengingatkan, lalu siapa yang ingatkan trus semau-maunya aja ngomong maki-maki, bahasa yang kasar, bahasa yang kasar dan tidak pantas didengar oleh cucuk-cucuk kita. Masa dengar sepeti itu kepada seorang presidennya, terhadap pemimpinnya, engga boleh, [Lengkapnya Klik Tribun].

Catatan Kedua: Sepak Terjang Keturunan Arab di Area Radikalisme

Sebetulnya sangat banyak jejak digital yang menunjukan karya-karya (besar dan luar biasa) WNI Keturunan Arab, selanjutnya WKA, di Indonesia. Sejak sebelum kemerdekaan RI, sudah ada kontribusi mereka, walau telat dan terseok-seok.

Belakangan, karena perkembangan politik, kemunculan WKA pada area dan kegiatan tak biasa, terdeteksi pada tahun 1984/85. Kemudian tenggelam; setelah itu, kembali marak lagi, bersamaan dengan tampilnya Abu Bakar Ba'asyir, Abdullah Sungkar
Riziek Shihab, dan lain-lain.

Mereka inilah yang berperan besar dalam proses radikalisasi orang-orang yang akhinya berangkat ke tempat-tempat seperti Afghanistan; kemudian mencoba menggunakan taktik kekerasan tersebut di Indonesia.

Hal tersebut, menurut Hasan Bahanan, Pengamat Keturunan Arab, berpendapat bahwa, "Radikalisasi Islam di Indonesia -yang antara lain melibatkan keturunan Arab- tidak terlepas dari persoalan global, seperti di Afganistan, Palestina dan kini di Irak dan Suriah. Ketika terjadi perang Afganistan, semua yang anti Komunis berbondong-bondong ke sana. Ketika sudah selesai, muncul lagi radikalisme baru. Katakanlah Taliban. Dan ketika ini reda, muncul ISIS, [Lengkapnya, Klik KANAL IHI]

##

Dua catatan di atas yang mendasari tulisan saya di bawah ini.

##

Setelah ucapan AMH terpublikasi luas, seorang politisi Nasional, menanggapinya secara miring; sambil menuding bahwa pernyataan AMH bernuansa SARA. Sebaliknya, mayoritas publik yang sudah resah dengan kegiatan anomali kelompok WKA, menilai pernyataan AMH sangat tepat, dan harus didukung.

Dukungan publik terhadap pernyataan AMH tersebut, agaknya akibat dari penantian publik selama bertahun-tahun, bahwa ada tokoh Nasional yang berani mengungkapkan tentang sepak terjang para WNI Keturunan Arab tersebut.

Lalu, apakah ucapan AMH itu, bisa disebut sebagai ungkapan rasis, ujar kebencian, serta bernuansa sentimen SARA? Tentu saja tidak.

Sebab, sebagaimana pengakuan AMH, ia hanya mengingatkan semua elemen bangsa agar tidak terprovokasi dengan hal-hal yang bersifat perlawanan terhadap pemerintah, memusuhi sesama anak bangsa, dan mencaci pemimpin Negara.

Selain itu, berdasar fakta dan jejak digital, misalnya ucapan-ucapan Riziek Shihab (dari Arab) dan Yusuf Martak cs, akhir-akhir ini, pasca Pilpres, sepertinya tak terhalangi oleh siapa pun.

Mereka dengan mudah menyampaikan orasi dan narasi kebencian serta upaya agar rakya tidak percaya pada Pemerintah, Bawaslu, dan KPU. Bahkan dari Arab, Riziek berseru perang; plus Amin Rais dan Eggi Sudjana berteriak people power.

Dengan seruan seperti itu, pelan tapi pasti, menimbulkan kebingungan dan kegaduhan publik. Dan, jika dibiarkan, mak tidak menutup kemungkinan terjadi kerusuhan horisontal di area publik.

Oleh sebab itu, pernyataan AMH tersebut di atas, harus dilihat sebagai peringatan untuk semua. Peringatan agar semua pihak, di Negeri ini, waspada terhadap segala jenis bentuk orasi, narsai, tindakan, ajakan atau apa pun yang berujung pada perpecahan bangsa.

##

Cukuplah

##

Opa Jappy | Indonesia Today

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun