Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Terpujilah Kau Perantau

28 Oktober 2020   12:54 Diperbarui: 28 Oktober 2020   13:07 114 28
Ibu menyangrai kopi dalam rindunya yang teraduk-aduk. Menghitam seperti kenangan pahit yang tak pernah diceritakan sejak aku rebahan dalam rahimnya.

Begitulah perkiraanku tentang langit diatas rumah. Ada asap yang mengepul berbau kopi dan bermuhibah di sebuah warung dekat kontrakan.

"Bu, kopi satu, nggak pakai gula."
"Maaf nak, kalau merantau kenanglah yang manis agar tidak kesepian."

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun