Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Rumahku

12 Juni 2019   15:58 Diperbarui: 28 Agustus 2019   15:23 54 5
Hampir sepuluh tahun aku tidak pulang kampung. Nasib perantau kadangkala kurang beruntung, apalagi anakku mulai pandai berhitung, tentang harta yang belum juga menggunung.

Selama perjalanan pulang, istri dan anakku senang. Hingga asyik melukis bayangannya masing-masing. Istriku sedang membayangkan ranjang, berikut atap rumah yang berlubang. Sedangkan anakku membayangkan rumah kakeknya yang baru dijumpainya sekarang.

Sore itu kita berjalan saja menuju rumah. Tubuhku ditindih barang bawaan yang menjajah. Sebagai ayah memang harus mengalah, membiarkan anak dan istri bebas melangkah. Sambil terus mengamati rumah-rumah, ternyata banyak rumah baru yang megah-megah.

Beberapa orang lama menyapa, dan beberapa orang baru memandang tanya. Terdengar pula suara anjing penjaga, serta langkah sandal jepit kita. Rupanya gang ini sudah berubah rupa. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun