Mohon tunggu...
KOMENTAR
Inovasi

Nostalgia with Special Kompasianers

12 Januari 2011   03:56 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:41 212 0
Unik. Masing-masing teman kompasianer yang saya kenal adalah pribadi yang unik. Mungkin belum bisa seluruh teman saya amati tulisannya, bagi teman yang selalu saya ikuti tulisannya, saya beri sedikit resensi, yaaa... mungkin sedikit "kata dari fans" (hahaha...) yang suka dengan tulisan Anda. Sangat disayangkan beberapa Kompasianer ini sudah tidak aktif lagi menulis di Kompasiana, namun artikel yang saya beri link di sini adalah yang menginspirasi saya dalam menulis maupun dalam kehidupan.

(Bapak) Iwan Suwandy dengan Semangat Menulis

Awalnya saya mengenal Bapak Iwan Suwandi di Facebook, dari Bapak Indra Sanusi (sama-sama berasal dari Padang meskipun perbedaan usia yang sangat jauh) yang saya kenal di sebuat event. Di FB, Bapak Iwan juga sounding tulisannya di Kompasiana, dan ikut mengajak saya menulis di Kompasiana. Maka jadilah saya Kompasianer.

Tulisan Bapak Iwan Suwandy beraneka ragam, kebanyakan tentang sejarah dan tokoh-tokoh, terkadang tema itu kurang menarik bagi orang seumuran saya dan orang kebanyakan, tetapi beliau tetap gencar menulis. Setiap hari, minimal 2 hari lah, pasti ada posting dari beliau. Beliau juga aktif mengkampanyekan kepada saya untuk membaca tulisannya, hehehe... gimana ya, sering baca sekilas saja sih.

Menyambut hari kemerdekaan, beliau menelurkan 13  tulisan. Beliau juga memberi advise untuk artikel tentang sosokpahlawan agar memiliki judul yang lebih menarik, dan betapa bahagianya kami saat artikel tersebut berhasil menjadi nominasi.

Yang bersinggungan dengan saya adalah 2 artikel beliau: Kisah Tentang Olivia dan Mengapa Anda Senang Main Games Komputer????? (ya dengan 5 tanda tanya!)

Kolektor barang-barang antik, mantan dokter,dan pensiunan militer ini mempunyai ciri khas dalam setiap tulisannya. Bahasanya sangat sederhana, seperti mendengarkan orang bertutur. Tulisannya kurang akurat --bsa jafi seoperti ini-- teknis dalam pemencetan tombol keyboard. Kedua hal tersebut membuat beliau menjadi unik di mata saya.

Laura Kuncoro dengan Tuturan Menggelitik

Awalnya saya melihat artikel Laura dari wall Bapak Iwan Suwandy, artikel pertama yang saya baca waktu itu adalah: di pojok sebuah mall.

Tulisan Laura berisi, tidak membosankan, dengan pemilihan bahasa yang kreatif. Coba saja lihat: Bahasa Indonesia Malu-Maluin!, Kritikproof, dan Abege cape De! Dari total 12 tulisan yang Mbak Laura kontribusikan, tidak ada satu artikelpun yang sepi. Selain memang asyik buat dikomentari, sebagian besar mungkin adalah dampak dari aktifnya Mbak Laura sebagai Komensiana yang dihargai dengan kunjungan balik.

Terakhir, Ini Agama yang Terbaik!!! adalah suatu jawaban yang bijak tentang pergelutan yang saya alami juga (saya beragama Katolik tetapi menikmati ibadah agama Kristen).

Dessy/Daisy Bush dengan Pengalaman Urban

Awalnya saya melihat artikel Mbak Dessy dari wall Laura Kuncoro, artikel pertama yang saya baca waktu itu adalah: Judi di Aussie.

Artikel Mbak Dessy yang menginspirasi saya adalah Beauty is in The Eye of Beholder, yang saya kutip sebagai penutup yang cantik di dalam artikel saya,

Satu artikel yang menghadirkan kebiasaan baru bagi saya sehabis makan siang, minum secangkir seduhan rosella, yaitu artikel: Rosella Penuh Manfaat.

Firman Suprijandoko dengan Tekno

Awalnya saya melihat artikel Pak Firman dari wall Bapak Iwan Suwandy, artikel pertama yang saya baca waktu itu adalah: Foto Pada Profil Kompasiana, yang merupakan sebuah step yang diperuntukkan bagi Pak Iwan.

Betapa cerdas dan rendah hatinya Bapak satu ini! Kalau Kompasiana diibaratkan seperti twitter, sejak saat itu saya menjadi followers-nya, meskipun yang terjadi adalah saya hanya planga plongo ga ngerti...

Satu artikel Pak Firman yang keluar dari alur tekno, Malaikat Kecil di Timor Lorosae, adalah cerita nyata yang menyentuh dengan layout artikel yang perfect.

Albertus Fiharsono dengan Analogi Binatang

Awalnya saya melihat artikel Pak Albert dari Muda, artikel pertama yang saya baca waktu itu adalah: Capek Deh...

Guru yang sedang menempuh pendidikan di Sanata Dharma Jogja ini, sangat suka menggunakan analogi kehidupan binatang, seperti: semut, capit, keong, dsb. Prestasi sebagai kompasianer adalah melahirkan sebuah karya fenomenal yang masuk dalam terpopuler: Sholat di Gereja, yang dibaca 3000-an kali.
***

Sekian untuk 5 orang special kompasianers! Sangat saya sayangkan artikel ini lama sekali mengendap sebagai draft. Maaf maaf...

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun