Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi

Hujan

14 Februari 2011   06:38 Diperbarui: 26 Juni 2015   08:37 187 8
aku menunggu saat hari dimulai dengan hujan. menunggu di sebuah halte yang kosong oleh kesendirian. orang-orang bergegas memburu waktu, memburu sekelumit masa depan. bis-bis melenggang di bawah linangan air, menghentak-hentak seperti penyair yang kehilangan ucap. sambil aku memikirkan secangkir kopi yang mengepulkan awan di suatu tempat yang temaram, yang dibatasi kaca dan silsilah meja kursi. aku memikirkan kata-kata yang berloncatan sepeti anak-anak, memainkan gunting dan memenggal ribuan koran, menjadikannya origami yang menerbangi jarak. aku memikirkan sesuatu yang hangat di bawah kaki, yang melandasi rasa percaya diri, dan yang membuat seseorang tidak khawatir dengan pijakan hidup. aku memikirkan bagaimana hujan terkumpul dalam sebuah catatan, dalam kalimat-kalimat panjang yang membanjir, yang tak sempat dipenggal paragraf-paragraf. aku masih memikirkan bagaimana hujan membawa pesan-pesan kepada beberapa ekor semut yang hanyut, kepada beberapa pengungsi yang ngelangut, kepada beberapa tawa yang diredam airmata, kepada beberapa pelukan jemari yang menyendiri di sudut-sudut rumah kardus. aku memikirkan tentang tarian yang dibentuk pertemuan tetes dengan aspal, yang meninggi secara pelan dan memeluk kakiku yang mulai kebas. payungku bergoyang-goyang seolah ingin terbang, mungkin di langit ada sejumlah awan yang terbuat dari arwah mereka yang diasingkan, yang ingin bermain dengan payungku yang bergoyang-goyang seolah ingin terbang. aku menunggu di bawah payung hujan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun