Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

"Nekolim di Indonesia" | Nesossial

5 Maret 2020   04:46 Diperbarui: 5 Maret 2020   04:46 10039 0
Nesossial | Indonesia merupakan negara yang kaya akan segalanya. Berbagai tumpukan kekayaan itu membuat mata dunia memandang penting keberadaannya. Berbagai sumberdaya di negara dengan pulau, laut, hutan tropis terbesar di dunia ini memikat para 'pencari harta' untuk rela menjelajahi samudera guna mengambil barang berharga di negeri 'Atlantis' ini.

Para pemburu harta karun yang tercatat dalam perjalanan waktu bumi Nusantara antara lain, Spanyol, Portugis, Inggris, Belanda dan Jepang yang tercatat berkisar pada tahun 1509 sampai dengan hari kemerdekaan tahun 1945. Di antara para bangsa asing itu, negara yang paling lama berada di negara majemuk ini adalah Belanda. Tujuan awalnya adalah berdagang karena Indonesia memiliki aneka tumbuhan rempah. Tetapi karena terpikat akan 'keseksian' Indonesia, Belanda mengubah cara mereka yang sebelumnya berdagang dan menyebarkan agama, menjadi politik dagang dunia yang kita kenal paham kolonialisme. Dimana cara menguasai segala sumber daya di suatu negara tetapi tetap terhubung dengan negara asalnya. Mereka membangun kejayaan atau Imperiumnya guna memakmurkan negara asalnya. Berabad-abad lamanya penindasan dan pengisapan itu terjadi. Penjajahan itu mengubah bumi Nusantara yang jaya pada masa kerajaan harus patuh untuk dikuasai. Di mana hal ini berdampak negatif terhadap kehidupan masyarakat Indonesia saat itu. Dalam segala aspek kehidupan, baik itu aspek politik, ekonomi, agama, social budaya terutama kemanuasiaan yang merupakan pengalaman sejarah yang sangat pahit.

Dunia bergejolak ketika perang dunia kedua berlangsung. Pangkalan laut Amerika di bom-bardir oleh pesawat dari negeri sakura. Pada masa pra kemerdekaan Indonesia, sekutu yang diantaranya Amerika, British, Deutsch/Belanda dan Australia (ABDA) harus menarik kembali para pasukannya. Belanda yang berkedudukan di Nederland Of Hindie (Indonesia saat itu) harus melucuti senjata dan menyerah tanpa syarat atas negara fasis Jepang. Kedudukan Jepang di negara subur ini tidak berlangsung lama, terhitung tiga dekade lebih Jepang menjajah dan mempropagandakan seruan Asianya. Tetapi, setelah perang Pasifik (Bom atom di Hiroshima dan Nagasaki), Jepang akhirnya harus angkat kaki dari Indonesia. Pasca Kemerdekaan Indonesia, Dwitunggal Soekarno-Hatta menahkodai Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) dengan Dasar dan haluan Negara yaitu Pancasila sebagai falsafah hidup (Philosofische Grondslag) yang merupakan ideologi yang digali dari 'Rahim Ibu Pertiwi'.

Masa pembangunan nasional mencapai sosialisme Indonesia tidak serta merta berjalan mulus. Negara pertama yang merdeka setelah Perang Dunia kedua ini mendapat ancaman serius dari pihak-pihak yang tidak menyukai praktek ideologi dari bapak Proklamator tersebut. Berbagai gerakan saparatis gencar bergejolak guna melumpuhkan negara maritim dan agraris tersebut. Kedekatan Bung Karno dengan negara-negara di benua Asia-Afrika membuat Barat tak menyukai Bung Karno yang anti terhadap neo kolonialisme-imprealisme (Nekolim). Neo Kolonialisme-Imprealisme atau Nekolim adalah pembangunan dominasi barat terhadap sistem ekonomi politik dan lainnya atas negara lain (Imperialisme), maka dua kata itu dirangkai menjadi Neokolonialisme-Imperialisme (Nekolim) yang bersamaan dengan subversif asing ditunjuk oleh Ir. Soekarno sebagai musuh utama Revolusi Indonesia.

Secara definisinya, Nekolim bukanlah lagi bentuk kolonialisme atau penjajahan yang terkesan sarat akan kekerasan dan penderitaan dari negara yang terjajah. Namun, nekolim adalah bentuk penjajahan yang bersifat laten, nyaris tidak tampak secara fisik. Secara tidak sadar, negara-negara yang terjajah oleh kaum Nekolim akan mengalami ketergantungan pada mereka, utamanya dalam bidang ekonomi dan akan cukup memberikan pengaruh pada bidang ideologi.

Dengan modal penghisapan atas negara Asia-Afrika (Kulit berwarna) itu mereka (Neo Kolonialis-Imperialis) mampu mempolarisasikan keinginan mereka lewat sistem atau metode yang tak kasat mata. Praktek sistem ekonomi kapitalisme, globalisasi, dan pasukan kultural imprealisme diterapkan untuk mengontrol suatu negara. Nekolim membangun imperium dengan menggunakan teknologi dan perkembangan terbaru, dan dengan menggunakan sumber daya yang ada di daerah jajahan mereka.

Lembaga internasional, seperti United Nation/PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa), NATO (North Atlantic Treaty Organization), IMF (International Monetary Foundations), Badan Kesehatan Dunia (WHO), World Tred Organizational (WTO) dan lainnya adalah alat operasi baru dengan dalil keamanan, ketertiban dan kemakmuran dunia. Inilah penghegemonian atau penjajahan gaya baru. Beberapa organisasi yang saya sebutkan diatas secara kerjanya, tidak perlu capek berperang fisik dan senjata agar luas wilayahnya, banyak keuntungannya dan mencapai kejayaan. Cukup dengan sistem ekonomi dan politik yang 'dikemas' sedemikian rapi dan elegan agar tatanan dunia baru atau 'The New World Order' dapat didirikan.

PBB sendiri ialah organisasi internasional yang didirikan pada masa sehabis perang dunia kedua. Badan ini merupakan pengganti Liga Bangsa-Bangsa untuk mencegah terjadinya konflik serupa atau dengan kata lain untuk perdamaian dunia. Kita bisa melihat dengan situasi sekarang, beberapa gejolak yang terjadi di belahan bumi Timur Tengah seperti Palestina, Israel, Iran dan lain sebagainya. Apakah aman dan tentram? Siapa orang-orang dibalik peristiwa tersebut. Kejadian sekarang syarat akan 'konspirasi'. Selain PBB, Bank Dunia atau IMF yang merupakan anak dari PBB sebagai organisasi induknya ini gencar mengeksplorasi negara-negara berkembang guna menyediakan dan menawarkan pinjaman. IMF sendiri adalah organisasi internasional yang bertujuan mempererat kerja sama moneter global, memperkuat kestabilan keuangan, mendorong perdagangan internasional, memperluas lapangan pekerjaan sekaligus pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, dan mengentaskan kemiskinan di seluruh dunia. Tetapi itu adalah semboyan-semboyan organisasi atau sebuah bahasa marketing untuk menarik negara-negara yang miskin untuk masuk kedalam jebakan 'batman' agar merapat ke Washington DC, Amerika Serikat ini.

Dimasanya Bung Karno, Indonesia pernah bekerjasama dengan dengan IMF. Hal ini termuat dalam keterangan-keterangan pemerintah mengenai soal-soal pelaksanaan Deklarasi Ekonomi. Djoeanda Kartawidjaja, Perdana Menteri Indonesia saat itu membenarkan adanya pinjaman dari IMF sejak permulaan tahun 1950. Pinjaman itu sudah dilunasi tanpa tersisa sepeserpun. Tetapi setelah 15 tahun bergabung, Indonesia mendeklarasikan pengunduran diri dari PBB dan koleganya. Soekarnolah orang yang membuat para pimpinan organisasi internasional  kebingungan. Bagaimana tidak, lembaga yang menyediakan bantuan untuk negara dunia ini biasanya banyak dimintai bantuan tetapi hal sebaliknya dilakukan oleh negara Indonesia pada saat itu.

Indonesia adalah negara yang pertama dan terakhir yang keluar dari Liga Bangsa-Bangsa ini. Embrionya adalah keinginan Federasi Malaya, yang dikenal dengan nama Persekutuan Tanah Melayu, untuk menggabungkan Borneo Utara, Sarawak, dan Singapura menjadi satu negara baru. Indonesia sudah mencurigainya sebagai intrik untuk memecah belah Asia Tenggara sejak 1961. Namun segala kecaman tak membuahkan hasil kongkrit. Justru pada September 1963 Malaysia lahir di bawah restu Inggris. Bung karno menilai pembentukan Malaysia adalah proyek kolonialisme Barat yang akan mengancam eksistensi Indonesia yang baru merdeka. Ia melabeli Malaysia sebagai boneka bentukan Inggris-negara yang sempat menjajah Hindia Belanda pada pada abad ke-16. Inggris dianggap akan menggunakan negara baru di Semenanjung Malaya untuk mengetatkan kontrol dan kekuasaan. Dengan kata lain, mereka hendak melanjutkan kolonialisme gaya baru (Nekolim).

Rencana itu apabila terjadi, maka akan membuat Indonesia terpuruk. Nekolim dengan terapan sistem ekonomi barat seperti kapitalisme ini benar-benar mencengkeram habis negara kita. Nekolim melalui bantuan ekonomi yang mampu mengakibatkan ekonomi nasional menjadi bergantung pada negara pemberi bantuan tersebut, ataupun melalaui kerjasama kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang mampu mengakibatkan kebudayaan dan ilmu pengetahuan nasional menjadi tidak berkembang. Dengan dasar tujuannya yaitu pengurangan intervensi dari pemerintah agar korporasi dan keswastaan bisa bergerak bebas dan membuat perusahaan-perusahan itu tumbuh subur di negara konsumtif seperti Indonesia yang mempunyai penduduk yang hampir mencapai 2,7 juta jiwa.

Ketika Bung Karno mendapat intervensi Nekolim, beliau mengeluarkan beberapa pernyataan yang menggugah saya. Pernyataan itu berbunyi, "Kita bisa beroperasi tanpa lembaga-lembaga khusus PBB. Ini baik untuk bangsa kita, untuk bisa berdiri di atas kaki kita sendiri. Saya sudah serukan sebelumnya: Persetan dengan bantuanmu!, Pergilah ke neraka bersama kaummu!." Begitu sesumbar Bung Karno, sembari mengingatkan agar rakyat, kementerian, dan militer Indonesia siap menghadapi segala konsekuensinya. Sebab, baginya, "hanya dengan mengatasi kesulitan kita bisa menjadi bangsa yang besar". Sikap tegas untuk menentang Nekolim dengan mengusung gerakan "Berdikari" (Berdiri di atas kaki sendiri) merupakan prinsip "Kepribadian Nasional". Kemandirian ekonomi akan menghindarkan Indonesia dari ketergantungan akan bantuan ekonomi dari negara atau lembaga internasional. Seperti konsep Berdikari untuk mencapainya. Segala kebijakan yang berbau nasionalisasi juga membuat pemodal asing, terutama dari Barat, kesulitan masuk Indonesia.

Tetapi, Nekolim tidak tinggal diam. Segala macam usaha terus dilakukan guna meruntuhkan sikap anti nekolim di Indonesia. Lewat politik adu domba (Devide et empera) yang melibatkan intelegensi dunia, persatuan Indonesia saat itu berhasil dipecahkan dan dikuasai (Verdeel en heers). Peristiwa Gerakan 1 Oktober (Gestok) tahun 1965 adalah kejahatan kemanusiaan yang merenggut kurang lebih dua jutaan jiwa rakyat Indonesia. Hal ini menurut saya adalah imbas dari perang dingin antara Eropa Barat (USA dan Kroni) yang berpaham Kapitalis melawan Eropa Timur (Uni Soviet dan Crew) yang berpaham Sosialis.

Pemerintahan orde lama akhirnya dilengserkan dengan Surat Perintah 11 Maret yang berisikan perintah pengamatan kondisi dan situasi Indonesia, pengamanan Presiden, wibawah Presiden, ajaran Presiden dan lainnya, dimanfaatkan oleh oknum-oknum penegak hukum yang tergabung dalam ABRI (Angkatan Bersenjata Republik Indonesia) saat itu. Jenderal Soeharto sebagai panglima saat itu diangkat menjadi presiden karena "dianggap" berjasa mengkondusifkan negara saat itu. Dukungan dari para Nekolim memberitakan dengan gamblang kalau Indonesia telah di selamatkan oleh "The Hero".

Pada masa Pemerintahan Soeharto, inilah gerbang masuk peradaban nekolim. Praktik Nekolim ini kembali muncul dan bahkan lebih terang-terangan dilakukan oleh kaum Nekolim. Berbeda dengan Soekarno yang pada dasarnya memang Anti-kolonialisme dan Anti-imperialisme, Soeharto pada masanya justru sangat Pro dengan Amerika dan bangsa Eropa. Indonesia pun akhirnya kembali mendaftarkan diri sebagai anggota dari organisasi internasional tersebut. Semua proses pengnasionalisasian perusahaan asing yang sebelumnya dilancarkan di era Bung Karno, di aktifkan kembali. Keran investasi di Indonesia kembali di buka dengan alasan keterpurukan ekonomi (Krisis Moneter) di Indonesia saat itu. Soeharto berkenan untuk menerima pinjaman dari IMF dan Bank Dunia. Sehingga mulai terjadi kesepakatan politik bilateral untuk bangsa Amerika dan Eropa dalam menguasai sumber daya alam Indonesia dengan membentuk GATT yang sekarang berganti nama menjadi WTO.

Bentuk konkrit dari sistem Nekolim di Indonesia yang lain adalah banyaknya permodalan asing yang masuk dan beredar dalam bentuk perusahaan-perusahaan ataupun perusahan dalam negeri yang telah diprivatisasi (Kepemilikan pribadi). Dengan munculnya perusahaan-perusahaan tersebut mengajarkan "pandangan" bagi bangsa Indonesia mengenai prinsip "Imperialisme" yang mana pihak-pihak yang memiliki modal besar akan menggeser pihak-pihak yang memiliki modal lebih kecil. Dan pada akhirnya, yang kaya semakin kaya dan yang miskin semakin miskin. Soeharto, dengan rencana pembangunan lima tahun (REPELITA) seolah menunjukkan kalau kita telah berswasembada. Bentuk keotoriteran memang membuat kita disegani, tetapi apa kabar yang negara kaya? Kita boleh kenyang dengan ketahanan pangan berlimpah tapi lengah dengan hasil alam lainnya.

Sebagai contoh dari globalisasi Nekolim, prodak dalam negeri hampir belum banyak bersaing. Bangsa kita kini, telah lebih bangga menggunakan prodak luar yang secara notabenenya di kerjakan di Indonesia. Semua prodak milik asing menguasai pasar kita. Dari barang elektronik, makanan, pakaian, bahkan benda-benda keseharianpun tak jarang kita jumpai. Saya minta kawan-kawan mengingat sejanak dan sebutkan apa prodak asli milik Indonesia yang menguasai pasar dalam negeri? Seingat saya hanya beberapa, yaitu alat masak yang di promosikan artis lawas dan kendaraan jenis mobil 'pic up' buatan Esemka akhir-akhir ini. 'Brand' ternama seperti GAP, Adidas, Nike, Samsung, Panasonic, Yamaha, Honda, Kfc, Mcd, dan dan lainnya yang berasal dari perusahaan asing yang menamkan investasinya. Pergerakan prodak Nekolim sangat masiv terdistribusi di pasar dalam negeri.

Perusahaan asing yang begitu banyak di Indonesia bukan tanpa sebab, jumlah penduduk Indonesia yang banyak sehingga mudah mendapatkan buruh dengan gaji murah dan over produksi. Kadang karena permintaan ekspor yang tinggi, membuat jam kerja karyawan ditambah menjadi lebih banyak. Sementara kesejahteraan kaum buruh belum sepenuhnya mendapat tempat layak. Ada beberapa kasus terkait 'kodr etik' perusahaan asing yang jarang sekali diterapkan. Buruh bagai robot, dengan waktu kerja hampir 36 jam nonstop mereka di paksakan dengan upah minim. Dari satu tangan buruh pabrik asing, satu prodak sepatu Adidas atau Jaket GAP di Amerika Serikat, bisa mencapai belasan juta rupiah, sementara upah kerjanya persatu hari di bawah ratusan ribu rupiah. Inilah yang saya sebutkan penjajahan gaya baru.

Sedikit ulasan sejarah, sistem perpolitikan, lingkungan industri dan keadaan pasar yang saya gambarkan diatas adalah dampak kecil dari Neo Kolonialis-Imperialis. Sampai tulisan ini saya buat, saya yakin dan percaya Nekolim masih ada dan subur di negara yang kita cintai. Miris memang nasip negeri kaya kita. Indonesia yang kaya raya ini diubah menjadi negara pengemis karena tidak adanya kepribadian sebagai bangsa yang besar. Semoga kita Berdikari dalam Ekonomi, Berdaulat dalam Politik dan Berkepribadian dalam Budaya. Merdeka!

Penulis adalah mahasiswa asal Lembata, NTT yang menempuh pendidikan Ekonomi dan Bisnis di kampus YAI, Salemba -- Jakarta Pusat. Sekarang menjabat sebagai Sekretaris Cabang Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) Cabang Jakarta Pusat.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun