Mohon tunggu...
KOMENTAR
Kebijakan

Sinergi TNI-Polri Solid Hadapi Belah Bambu

26 Mei 2019   16:21 Diperbarui: 27 Mei 2019   09:41 231 0
"Kapan ayah pulang. Kapan ayah pulang?" Begitulah suara anak dari Brig Pol Rizal Wahyudi. Salah satu dari aparat yang bertugas mengamankan jalannya aksi 21-22 Mei di Jakarta. Rizal Wahyudi tak sendiri, rekannya sesama anggota brimob dan anggota TNI juga banyak yang merindukan keluarga di rumah. Seperti anggota Brimob yang tak luput dari kamera saat melakukan video call dengan anaknya di malam Kamis tanggal 22.

Tanggal 21-22 Mei 2019, hari Selasa dan Rabu menjadi saksi kelabu kerusuhan massa saat aksi demo di berbagai lokasi di Jakarta. Di hari itu, TNI-Polri menjalankan tugasnya sebagai abdi negara dan masyarakat menjaga keamanan dan kestabilan. Akan tetapi, kerusuhan tetap terjadi akibat adanya provokasi dari pihak tertentu yang kita sebut saja dengan massa perusuh.

Provokator atau massa perusuh memancing provokasi antara massa GNKR (Gerakan Nasional Kedaulatan Rakyat)/people power dan pemerintah. Jatuhnya korban dari massa yang anarkis, memperkeruh suasana. Seakan membuat aparat sebagai pihak yang brutal dan berbuat semena-mena. Kita harus ingat bahwa aparat kepolisian tidak menggunakan peluru tajam dan TNI mengawal jalannya demo tanpa menggunakan senjata. Mereka hanya berusaha membubarkan massa yang berbuat kerusuhan menggunakan peluru karet dan gas air mata.

Coba anda perhatikan sendiri di televisi.
Saat Kombes Harry Kurniawan memohon agar massa tidak berbuat kerusuhan. Hal ini menunjukkan TNI-Polri tidak ingin menyerang massa yang berbuat anarkis. Bagaimanapun massa yang berbuat kerusuhan tetaplah rakyat Indonesia sendiri. Lantas ketika massa tidak juga mengindahkan arahan dari aparat TNI-Polri untuk membubarkan diri, maka suka tidak suka mereka harus menindak tegas.

Ingat, tindakan tegas dilakukan dengan menggunakan peluru karet dan tembakan gas air mata. Bukan peluru tajam yang digembor-gemborkan. Penyebab korban yang berjatuhan sekarang juga sedang diselidiki pihak yang berwenang.

Terlebih lagi mereka bertugas di bulan puasa. Bayangkan saja TNI-Polri yang berpuasa harus kuat menahan lapar, haus, dan emosi saat berhadapan dengan massa yang terus memprovokasi.

Kita pun harus membuka mata bahwa korban tak hanya dari massa yang anarkis. Ada juga korban dari aparat. Berdasarkan informasi yang beredar di media sosial ada kabar dari Kapusdokkes Polri tentang korban dari aparat saat kerusuhan tanggal 21-23 Mei. Kabar tersebut menyatakan bahwa 233 personel jadi korban, 9 personel menjalani rawat inap di RS Polri sedangkan sisanya 224 personel rawat jalan. Selain itu, 5 orang masyarakat sipil tak berdosa menjalanI rawat inap di RS Polri serta 8 orang perusuh pelaku provokator jalani rawat inap di RS yang sama.

Coba kita pikirkan sejenak. 233 personel menjadi korban. Mereka pun tetap harus melakukan pengamanan setelah tanggal 22. Sampai kapan? Belum dapat diketahui.

Belum lagi kerusuhan 22 Mei yang berusaha mengganggu aksi damai 22 Mei diiringi dengan upaya memecah TNI-Polri oleh pihak ketiga. Video hoax maupun opini yang berusaha memecah TNI-Polri marak beredar menyusupi wacana aksi damai people power vs kerusuhan 21-22 Mei. Untungnya mental TNI-Polri tidak mudah dipecah oleh politik belah bambu ini. Solidaritas TNI dan Polri tidak terganggu oleh upaya memancing di air keruh pada momentum demo itu.

Syukurlah aparat juga tidak sendiri berjuang terhadap provokasi. Banyak masyarakat yang menaruh simpati pada aparat yang berjuang demi keamanan NKRI. Seperti halnya masyarakat yang berikan bantuan makanan pada aparat saat mengamankan Jakarta. Bantuan tersebut sangat membantu mereka dan mampu meringankan beban karena harus berhadapan dengan anak bangsa sendiri. Beban jauh dari keluarga, penuh luka, dan dituduh bertindak semena-mena.

Kita semua harus ingat bahwa mereka aparat sekaligus rakyat. Mereka harus jalankan tugas yang berisiko tinggi demi mengamankan Indonesia. TNI-Polri juga punya keluarga di rumah yang menunggu kepulangan mereka.

Seperti harapan dari Brig Pol Rizal Wahyudi yang menenangkan anaknya saat ditanya kapan dirinya pulang. Ia hanya bisa menjawab mungkin secepatnya. Ia meminta anak-anaknya berdoa agar negara kita aman. Dan mereka dapat berkumpul bersama saat Idul Fitri nanti. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun