Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Jalan-Jalan ke Danau Toba

20 September 2022   16:17 Diperbarui: 20 September 2022   16:31 904 2
Liburan akhir tahun kemarin saya habiskan bersama keluarga saya. Menyenangkan rasanya kembali ke kota asal saya setelah satu setengah tahun sejak terakhir saya mudik. Hari Sabtu pagi, 29 Desember 2012 saya terbang dari Jakarta menuju Medan. Dan sisa hari itu saya habiskan dengan berjalan-jalan di kota Medan bersama keluarga saya. Sesuai rencana kami berangkat hari Minggu pagi dari kota Medan menuju Parapat. Terakhir kali kami melakukan perjalanan serupa adalah pada Desember 2008. Dulu kami beberapa kali melewati malam pergantian tahun di tepi Danau Toba.

Untuk mencapai Danau Toba diperlukan waktu sekitar 3,5 jam perjalanan darat dari kota Medan. Kota-kota yang kami lalui juga tak banyak berubah sejak terakhir saya lewati, masih banyak area perkebunan karet dan kelapa sawit di kiri-kanan jalan, rumah-rumah sederhana, hamparan sawah, rumah ibadah dan lainnya. Dan yang saya ingat adalah para penjaja lemang dan es kelapa muda. Ini kesukaan saya, sehingga kami singgah sebentar untuk menikmati lemang selagi hangat. Lemang adalah beras ketan yang dimasak bersama santan kelapa dan bumbu lainnya dengan dibungkus daun pisang muda di dalam rongga batang bambu yang dipanggang. Rasanya enak sekali!

Setelah sekitar 2,5 jam perjalanan kami tiba di kota Pematang Siantar. Kota ini merupakan kota yang penuh kenangan untuk mama saya, karena dia menghabiskan masa SMA dan pendidikan kebidanan di kota ini. Seperti biasa yang kami lakukan, kami singgah untuk makan di warung mie pansit khas Siantar yang terkenal enak luar biasa. Lalu kami juga singgah di toko roti Ganda yang terkenal itu. Toko itu tak berubah, interiornya masih sama, hiruk pikuknya masih sama, dan yang terpenting rasa roti dan selainya tetap enak!

Sekitar 30 menit meninggalkan Pematang Siantar, kami sudah mendekati kota Parapat yang berada di tepi Danau Toba. Barisan pohon pinus menyambut kami di sepanjang jalan yang meliuk itu. Dan saya menyukai sensasi yang saya rasakan setiap kali saya sudah mendekati Danau Toba ini. It feels like I belong to this place. Bagaimana tidak, leluhur saya berasal dari Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba itu. Girang tak terkira yang saya rasakan ketika mata saya menangkap hamparan Danau Toba yang pelan-pelan memperlihatkan diri dari antara bukit-bukit itu. Dan seketika tangan saya bersiap mengambil foto-foto Danau Toba itu, seolah-olah saya tak bisa berlama-lama di sana.

Kami memasuki kota Parapat. Kebetulan saat itu sedang berlangsung Pesta Danau Toba yang merupakan acara tahunan dari Dinas Pariwisata setempat, jadi tak heran jika kota Parapat menjadi sangat ramai. Sejak kecil saya belum pernah datang ke acara tersebut walaupun saya melewati kota Parapat untuk menyebrang ke Pulau Samosir. Jadi malam itu saya dan adik saya datang ke acara tersebut dan menonton pertunjukan tari Tortor, khas suku Batak.

Sore itu kami segera menuju hotel. Posisi kamar kami di hotel ini bagus sekali, jendelanya persis menghadap Danau Toba yang cantik! Sore itu kami menghabiskan waktu dengan berjalan-jalan di kota Parapat, dan menikmati matahari terbenam sambil duduk-duduk santai di tepi Danau Toba sambil berfoto-foto. Malam hari kami kembali mengitari kota Parapat sambil mencari makanan khas.

Keesokan paginya kami kembali berjalan-jalan mengitari pinggiran Danau Toba yang lain sambil mencari makanan khas untuk sarapan. Tak lupa saya membawa kamera untuk berburu foto. Sekitar pukul 10 kami kembali ke hotel. Hari itu kami berencana untuk menyebrang ke Pulau Samosir dengan speed boat. Sekitar pukul 11 saya bermain-main di pinggiran danau dengan adik saya dengan menyewa sepeda air. Pukul 1 siang setelah makan siang, kami menaiki speed boat, lalu menuju objek wisata Batu Gantung.

Sudah berkali-kali ke Danau Toba, tapi saya belum pernah melihat Batu Gantung ini. Dari dulu saya penasaran bagaimana bentuknya, ternyata biasa saja, tak ada yang spesial, selain bentuknya yang menggantung di ujung tebing. Konon ceritanya ada seorang wanita yang tak mau dijodohkan sehingga dia gantung diri di tebing itu, mayat wanita itulah yang kemudian berubah menjadi batu gantung tersebut.

Saya hanya tersenyum terheran-heran mendengar mitos seperti itu. Sudahlah. Kami lalu melanjutkan perjalanan menuju Tuktuk. Di sini kami menyewa sepeda untuk berkeliling sebentar. Di sini ada hamparan rumput di kaki bukit yang indah, setiap ke Tuktuk kami tak lupa singgah untuk berfoto-foto di tempat itu. Setelah itu kami lanjut ke Tomok. Di tempat ini yang terkenal adalah wisata belanja souvenir dan wisata sejarah serta budaya Batak. Ada pertunjukan tari Tortor dan patung Sigale-gale, lalu ada makam raja-raja Batak juga di sini. Namun kami tak mengunjungi tempat itu, karena kami sudah pernah melihatnya sebelumnya. Lagi pula sebagai suku Batak Toba asli, kami sudah tahu semua histori dan budaya yang ditampilkan di sana.

Sekitar pukul 5 sore kami kembali ke hotel dan menikmati pemandangan tenggelamnya matahari terakhir di 2012 dari jendela kamar hotel. Sebenarnya kami ingin berjalan-jalan, namun melihat banyaknya kendaraan yang memasuki kota Parapat, membuat kami mengurungkan niat karena pasti macet di mana-mana. Setelah makan malam kami berangkat ke gereja HKBP yang tak jauh dari hotel untuk mengikuti ibadah tutup tahun. Setelah dari gereja kami bertiga berkumpul di kamar untuk berdoa bersama sebagai ritual wajib setiap malam tahun baru. Sekitar pukul 11 malam, kami selesai berdoa bersama. Mama dan adik saya keluar hotel untuk melihat pesta kembang api. Saya sendiri memilih duduk manis di hotel dan menikmati pesta kembang api dengan khusyuk dari jendela kamar hotel. Langit di atas Danau Toba penuh dengan gemerlap kembang api malam itu.

Memasuki pagi pertama di tahun 2013. Pukul 5 pagi kami sudah bersiap meninggalkan hotel untuk kembali ke Medan. Kami sengaja berangkat sepagi itu untuk menghindari kemacetan. Kami melalui jalur lain menuju Medan dan menikmati pemandangan dari sisi lain Danau Toba. Ada sebuah tempat bernama Simarjarunjung yang berada di atas bukit di tepi Danau Toba. Kami singgah di sini sebentar untuk sarapan dan menikmati pemadangan matahari terbit. Sejuk sekali udaranya dan pemandangannya luar biasa indah!

Selanjutnya perjalanan kami melalui kota Kabanjahe dan Berastagi di Kabupaten Karo. Kota-kota yang saya lalui ini pun tak banyak berubah. Banyak rumah-rumah warga yang sederhana, hamparan kebun sayur dan buah yang segar dengan bukit-bukit indah dan jalanan meliuk-liuk yang menurun. Rasanya saya seperti dibawa untuk melihat kenangan masa kecil saya ketika saya sering sekali berlibur bersama teman-teman sekolah dan gereja saya ke beberapa lokasi wisata di daerah itu. Tak lupa kami singgah untuk membeli buah-buahan segar itu. Di daerah Kabanjahe ada kebun jeruk yang buah jeruknya dijual langsung dari pohonnya. Jadi pembeli bisa memilih jeruk yang akan dibeli langsung dari pohonnya. Di Berastagi kami pun singgah untuk makan jagung bakar sambil duduk di Panatapan untuk menikmati indahnya pemandangan Kabupaten Karo dan menghirup sejuknya udara pegunungan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun