Mohon tunggu...
KOMENTAR
Filsafat

Arah Spiritualitas

9 Mei 2021   17:17 Diperbarui: 9 Mei 2021   17:18 58 1
Spiritual itu buah dari ibadah. Menurut Imam Al-Ghazali, seluruh ibadah merupakan sarana pensucian jiwa. Setiap ibadah memiliki efek khusus pada jiwa Yang saling melengkapi dan menyempurnakan. Hanya ibadah "super khusus" yang membawa manusia pada pensucian jiwa, menguatkan jiwa, mengokohkan moral. Inilah pondasi spiritualitas.

Spiritualitas itu akhlak yang luhur, jiwa yang mulia, keyakinan dan bertanggungjawab terhadap amanah kehidupan, tekad yang kuat, pengorbanan dalam menunaikan kewajiban dan kesetiaan yang mendasari kepercayaan dan persatuan. Dari sinilah lahir kekuatan.

Spiritualitas sebelum harta. Bertumpu pada aqidah sebelum kekayaan yang fana. Karena, bila telah tersedia spiritual yang benar maka akan tersedia bersamanya seluruh sarana menuju sukses dan kemajuan. Dengan kemauan merevolusi diri, mengokohkan kekuatan ruhani, perbaikan akhlak maka seluruh kekuatan fisik akan datang dari berbagai arah.

Spiritualitas membawa jiwa menjadi mulia. Ruhnya membumbung tinggi, terbebas dari perbudakan materialisme, membersihkan diri dari syahwat dan hawa nafsu. Menghindari masalah-masalah spele dan tujuan-tujuan yang rendah. Mengarahkan wajah dengan lurus kepada Allah yang telah menciptakan langit dan bumi. Jiwanya diwakafkan untuk membangun kemajuan dan peradaban.

Spiritualitas yang mencurahkan iman yang meluap dan keyakinan akan keberhasilan yang selalu menyelimuti hati. Tekad membaja yang tak dihinggapi kelemahan. Hingga tidak takut kepada semua manusia dan tidak gentar pada seluruh alam meskipun semuanya menjadi penghadang. Berani dan tak gentar menghadapi lautan tentara dan pasukan raksasa karena yakin dengan pertolongan, perlindungan dan kekuatan Allah.

Dalam spiritual, meyakini ada kekuatan yang lebih dahsyat dari kekuatan yang mengalir dari keimanan ketika dadanya bergelora firman Allah swt, "Jika Allah menolong kamu, niscaya takkan ada yang sanggup mengalahkanmu." (Ali Imran: 160)

Dengan Spiritualitas ini, malam hari berdiri di mihrab, menggerakkan kepala sambil menangis, "Wahai dunia, tipulah orang selain aku." Namun saat fajar menyingsing dan seruan jihad ke medan kehidupan memanggil, jiwanya seperti singa berada di atas punggung kuda. Berteriak lantang hingga membahana ke seluruh medan kehidupan.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun