Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Harapan yang Sia-sia

5 Desember 2019   05:05 Diperbarui: 5 Desember 2019   05:11 10 0

Kecintaanku pada negriku yang indah nan mempesona, sehingga membuat mataku enggan untuk berkedip. Melihat warna hijau yang terhampar nan jauh di pandang, membuat refresh mataku. Akankah semua ini dapat kunikmati hingga 10 tahun kedepan? 

Itulah yang kuharapkan dengan krisisnya negriku, negri yang sangat indah mempesona,  rindang nan sejuk, kaya nan sejahtera.  Siapa yang akan ku sandari dalam hal ini?  Apakah dia dapat dipercaya?  Ya..  Semua tergantung kita, bagaimana kita bisa mengkondisikan negri kita seperti yang kita harapkan.  

Bukan hanya dengan mengandalkan orang-orang yang bergelantung menjadi rantainya, tapi kita sebagai angin yang harus melindunginya. Bukankah kita adalah seorang pemuda yanga akan menggugah semangat bangsa? Bukankah kita adalah pemuda yang akan memanjukan negri kita?  Bukankah mereka para penerawang juga mengharapkan ide-ide kita dalam membangun negri ini? 

Kita adalah pemuda yang sadar akan keterbatasan tapi tak mau berputus asa. 

Kita adalah pemuda memiliki jiwa juah dan semangat nasionalisme

Kita adalah muwahid yang mempersatukan segala bentuk toleransi. 

Kita adalah mujahid yang berusaha  membela kebenaran, berusaha mempertahankan keadilan, dan persatuan. 

Maka setelah kita di doktrin sebagai seorang pemuda tugas kita berhenti disitu saja? Tidak!  Setelah itu adalah langkah perwujudannya. Bagaimana kita memakai nila-nilai dari setiap sila pancasila yang seharusnya memang melekat di hati kita,  dan jika belum melekat, maka berusahalah sekeras tenaga agar nila-nilai itu ada dan melekat mendarah daging kepada kita anak bangsa.  Bagaimana hal itu dapat kita wujudkan dalam kehidupan seharia-hari  kita. 

Kenapa kita harus marah jika ada warga Indonesia yang berwajah luar yang lebih unggul dibandingkan kita pribumi?  Apakah itu salah mereka?  Bukan,  sungguh bukan.  Sesungguhnya mereka disegani karna mereka bisa menerapkan nilai-nilai yang seharusnya ada pada pribumi.  Mereka lebih peduli akan hal-hal yang menurut kita sepele dan mungkin malah menjijikkan,  tapi bagi mereka bisa menjadi sesuatu yang sangat mahal. 

Saya contohkan realita,  saat saya melihat JFC (Jember Fashion Carnaval)  saya melihat pribumi membuang sampaj sembarangan dan pendatanglah yang memungutnya. 

Dari hal tersebut dapat di baca,  bahwa tingkat kesadaran kitalah yang kurang,  kita bisa tapi tidak mau,  maka akan susah terwujud. Kesadaranlah yang akan menggerakkan hati kita untuk mau melakukannya. Keinginan bisa memiliki negara yang bersih, rindang,  tanpa polusi,  aman, damai dan sejahtera dibutuhkan dorongan terutama dari dalama diri kita masing-masing. Jangan hanya melihat serta mencari kesalahan orang lain,  karna seutuhnya jika setiap hari kita menghitung kesalahan kita,  maka tak akan berhuna hidup kita dan tak akan cukup waktunya. 

Marilah kita mulai dari kita sendiri. Jika kita merasa lemah untuk tugas yang berat, maka mulailah dari yang kecil.  Dan jika tak mampu maka kita akan melakukannya secara bersama agar lebih ringan. 

Hidup bahagia adalah sebuah impian, tapi jika kita hanya bermimpi tanpa usaha untuk mewujudkannya, maka mimpi itu akan sirna dan singgah ke hati yang lain. 

Terimakasih.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun