Di tengah perjalanan waktu, di mana para firaun memerintah dengan tangan besi dan dewa-dewa berjalan di antara manusia, sebuah pemikiran revolusioner muncul, sebuah pemikiran yang menentang norma-norma pada masanya: para ratu Mesir menyarankan, melalui tindakan dan warisan mereka, bahwa perempuan tidak sering dibayangi oleh para firaun, memainkan peran penting tidak hanya sebagai permaisuri atau ibu para raja, namun juga sebagai penguasa yang licik dan berkuasa. Perempuan seperti Hatshepsut dan Cleopatra VII menonjol dalam mosaik kekuasaan ini, menantang norma-norma gender pada masanya dan meninggalkan warisan yang mengisyaratkan keyakinan mereka pada kelayakan perempuan untuk berkuasa.
KEMBALI KE ARTIKEL