Mohon tunggu...
KOMENTAR
Catatan

Penawaran Money Laundring (?) di Mall [EkonomiNet – 09]

19 April 2011   08:17 Diperbarui: 26 Juni 2015   06:38 307 0
[caption id="attachment_101742" align="alignleft" width="300" caption="Otoritas Moneter dan Pemerintah serta Legislatif harus waspada --- pengalaman Krisis Moneter 1997 mulanya hanya riak kecil dari Thailand. "][/caption]

Tahun 2008, di Mall mewah di Jakarta Utara ---  menuju ke toko boneka, dapat tawaran. “Pak buka rekening di Singapura pak “. Pergi buru-buru, cukup menyambar leafletnya saja. Sementara memilih boneka mendapat ide gemilang.

Wah, ini tawaran money laundering --- mengapa dilakukan secara asongan ?Karena Indonesia adalah Negeri berbudaya korupsi.Fund Manager atau Relationship Manager tahu banyak dana bertaburan di sudut-sudut kantor dan jalan raya. Uang haram berseliweran tiap detik sepanjang tahun, dan sepanjang jalan.Menghidupi perputaran Economics of Corruption --- di pasar terang maupun pasar gelap.

Mereka berani menawarkan secara asongan.Siapa takut ?

“Wah, ini pasar gelap nih”.Dicari kembali grup gadis-gadis cantik pengasong “Account di Singapura” itu.Dapat satu dan mendapat sekilas teknis dan beberapa keterangan keuntungan membuka rekening Bank di Singapura.

Spontan dapat follow-up --- karena pernah menelusuri bagaimana penawaran investasi di suatu pameran Pasar Modal --- dari mulai berkenalan sampai menggunakan segala fasilitas di Perusahaan megah itu. Kesimpulanannya kalau tidak hati-hati perusahaan yang menawarkan investasi demikian adalah --- seperti membalikkan telapak tangan.Semacam penipuan atau kerugian yang sepertinya rasional.

Itu usaha investasi --- sampai Fund Managernya kita usut.

Si Sales “Account di Singapura”menebar angin surga --- bertemu berkali-kali dengannya. Dia meyakinkan, kita juga meyakinkan. Diatur pertemuan dengan atasannya.Dua wanita cantik yang lebih dewasa --- konon mereka adalah pembantu Relationship Manager.

Meyakinkan sekali cerita mereka --- ya, account di Bank mereka di Singapura.Pelayanan mereka tentu secara Private Banking.

Lantas apa kepentingan dengan aktivitas mereka yang terbuka dan secara asongan ini?Ini topik moneter, lho !

Tawaran mereka pasti sangat potensial sebagai infra strukturpencucian uang haram --- dan mereka tahu betul memasarkan jasa itu di mall mewah, pasti jaring mereka mengena sasaran ( berkali-kali pertemuan di mall mewah-restoran mewah dalam proses pemasaran mereka, dan proses penelitian kita).

Lantas apa kepentingan kita ?Akhirnya.Ah, serahkan saja pada otoritas moneter --- masa mereka tidak mengendus pemasaran “buka account di luar negeri dan private banking” ala asongan yang terbuka, terang benderang.

Hasil kerjaan itu hanya di-file saja --- kesimpulan kegiatan pasar modal atau kegiatan banking bisa menjadi infra struktur money laundering.

Kisah itu di tahun 2008 ---2011 geger Relationship Manager, penggelapan dana nasabah, kemungkinan money laundering, entah-entah apa lagi ---- lha, sejak awal April sampai hari ini, baru gegerannya saja. Network kejahatannya belum terungkap.

Yang terang kegiatan money laundering tidak berani menyentuh transaksi biasa ---- pegawai bank yang mempunyai wewenang pun tidak mudah untuk membobol bank dalam kurun waktu yang lama --- tentunya ada sistem berlapis untuk memberi alarm kepada Top Management.

Pembobolan sangat bisa dilakukan di Network abu-abu sampai gelap.Network dipersiapkan sebagai Infra struktur. Saling Percaya, karena reputasi bank dan jabatan mentereng di perbankan para pengelola.Tentu untuk make-up dalam Network dipoles pula dengan nama-nama besar.

Sebenarnya.

Kalau begitu, otoritas moneter seharusnya pun bisa mendeteksi --- kalau ada gerakan volume uang yang beredar antar bank dan industri.

Apakah melalui pasar uang , pasar modal, asuransi atau sistem kepercayaan lain ---- kegiatan banking adalah bisnis kepercayaan.

Teringat perdagangan internasional di Riau Daratan dan antar pulau-pulau Riau Lautan dengan Pusat Perdagangan di Singapura, Dulu.

Dulu, surat berharga untuk membiayai, membayar, pemberian kredit ---- cukup secarik kertas selebar jempol kaki yang dislipkan di lapisan sepatu --- sudah memuluskan perdagangan, sistem pembayaran moneteri --- dan itu tadi penyeludupan dan money laundering.

Modalnya tulisan pada secarik kertas kecil tadi itu, oleh Orang Terpercaya--- analognya kini,para Manager,para Selebriti , para Maha Bintang --- uangnya biarlah mengalir di dalam gelap.Tapi produktif --- lho ! Tidak perlu lagi kertas secuil --- cukup PIN digital.  Ahoy !

Cuma itu tadi apakah otoritas Indonesia cerdas atau hanya lembut-lembut kepala cacing saja ? Di Indonesia gampang melakukan bisnis di pasar terang atau pasar gelap.Yang terang saja sulit menatanya apalagi mengurusi pasar gelap.Tobat.

Sampai di mana “Gegeran Moneter dan Banking di bulan April 2011 ?”Kita tunggu kejutan lain --- yang lama pasti berlalu.

Mboh le !

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun