Mohon tunggu...
KOMENTAR
Ilmu Sosbud

Khalifah Rohani, bukan Khalifah Teritori

24 Januari 2021   20:14 Diperbarui: 30 Januari 2021   15:13 400 3


Khalifah Jemaat Muslim Ahmadiyah

Hz. Mirza Masroor Ahmad, nama ini, begitu ramah ditelinga bagi para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah. Mengapa tidak, beliau adalah pemimpin atau lebih dikenal dengan sebutan Khalifah bagi para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah. Pada tanggal 22 April 2003, beliau mengemban amanat sebagai pemimpin rohani Jemaat Muslim Ahmadiyah yang memiliki pengikut puluhan juta orang dan tersebar di lebih dari 210 negara. Hingga kini, dan seumur hidupnya, beliau adalah Sang Khalifah Rohani.

Mungkin, segelintir orang masih mengganggap tabu dengan kata Khalifah. Khalifah seolah menjadi momok yang mengkhawatirkan. Karena, alih - alih berbicara mengenai rohani, seolah khalifah lebih sering disematkan dengan urusan teritori. Seolah wilayah menjadi tujuan dalam sebuah kepemimpinan. Namun, bagi para muslim Ahmadi (pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah) khalifah yang mereka miliki adalah khalifah rohani, bukan khalifah teritori. Pasalnya, Hz. Mirza Masroor Ahmad, senantiasa hadir untuk para pengikutnya. Mendoakan, memberikan nasihat, hingga mengarahkan pengikutnya untuk senantiasa berada di jalan yang Allah Swt inginkan. Begitu banyak nasihat - nasihat yang diberikan oleh beliau kepada para pengikutnya. Dengan bahasa "ibu"nya, beliau tak kenal lelah mendampingi, agar tercipta kemajuan rohani dalam diri pengikutnya.

Para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah pun senantiasa diarahkan oleh Khalifahnya, untuk senantiasa taat kepada pemerintah. Sebagaimana Allah Swt berfirman dalam Surah An Nisa ayat 59   . yang artinya "taatlah kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan ulil amri". Ya, Muslim Ahmadi senantiasa diperintahkan Sang Khalifah untuk taat kepada pemerintah di masing - masing negaranya. Hz. Mirza Masroor Ahmad senantiasa menasihatkan, ketaatan kepada pemerintah harus ditegakkan, tanpa mengenal suku, ras, bahkan agama. Karena memang, maksud dari ulil amri minkum pun bukan hanya pemerintah Muslim saja. Karena maksud dari 'minkum' dalam ayat tersebut, bukan berarti orang yang sama agamanya, tetapi orang diantara manusia yang ditunjuk sebagai pemimpin. Pemimpin di negara manapun, dimana seorang Muslim ahmadiyah berpijak, disitulah dia harus taat kepada Pemimpin Pemerintahannya. Jadi, Khalifah Ahmadiyah tidak sedikitpun mengganggu hal - hal yang berkenaan dengan teritori para pengikutnya. Justru, kerohanian para pengikutnyalah yang senantiasa beliau berikan pencerahan. 

Kedekataan Khalifah dengan Pengikutnya

Hubungan para pengikut Muslim Ahmadiyah dengan Khalifah rohaninya pun terbangun begitu erat. Setiap harinya Hazrat Mirza Masroor Ahmad menerima ribuan surat dari Muslim Ahmadi seluruh dunia untuk meminta nasihat dan do'a dari beliau. Tanpa kenal lelah, tanpa memandang bulu, beliau senantiasa membaca surat - surat dari para pengikutnya. Beliau pun tak lupa membalas surat-surat tersebut. Beliau menyampaikan, surat - surat yang beliau terima pun bukan sekedar surat, melainkan jantung hatinya. Tak dapat dipungkiri, beliau begitu menghormati juga begitu menyayangi para pengikut beliau. Begitupun sebaliknya, dengan para pengikut beliau. Walau raga tak pernah berjumpa, walau mata hanya melihat dari balik layar media, para pengikut beliau begitu menghormati dan mencintai pemimpin rohaninya.  

Memang, di dunia yang dengan segala serba serbinya, yang penuh dengan kesibukan yang mewarnai, pemimpin rohani mana yang begitu memperhatikan para pengikutnya? pemimpin rohani mana, yang senantiasa mendampingi dan mengayomi para pengikutnya? Dan sejatinya, bagi para pengikut Jemaat Muslim Ahmadiyah, Hz. Mirza Masroor Ahmad lah, sang pemimpin rohani yang menjadi pelepas dahaga dalam kekosongan rohani, karena Sang Khalifah Rohani, senantiasa memberikan ketenangan di dunia ini.  

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun