Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen

Penantian Ilalang

18 November 2012   11:00 Diperbarui: 24 Juni 2015   21:07 1558 0

Suatu hari di musim panas yang gersang, segerombolan ilalang bertahan di ladang tandus yang kering. Padahal kelompok ilalang lain sudah bermigrasi jauh ke bagian wilayah basah. Pohon ek yang tak kenal kering dan basah selalu bertahan sendiri di saat tumbuhan lain berlarian untuk mempertahankan hidup lama. Pohon ek yang masih muda itu bertanya,

“Hai ilalang, kenapa kalian tidak ikut yang lain bermigrasi?”

Sang ilalang dan kawanan yang tersisa menjawab pendek. “tidak”. Yang tertua dari kawanan ilalang tersebut menjelaskan, “Kelompok kami tidak ingin ikut-ikutan. Untuk apa? Hidup? Cih. Mereka tidak tahu apapun tentang daerah ini.”

Ek Muda yang baru dipindahkan dari kebun sintesis di pusat kota bertanya lagi dengan penasaran “Apa gerangan sesungguhnya daerah ini, ilalang ?”

Ek Muda sang pecinta tidur rela menyerap banyak cafein untuk memastikan matanya tetap terjaga dan menunggu-nunggu hal yang diceritakan ilalang dengan begitu bersemangat. Matahari berganti bulan. Hari berganti minggu. Musim kemarau semakin mendekati puncaknya. Di padang luas yang semula ramai dengan beragam jenis ilalang. Juga kubangan besar yang terisi beberapa jenis hewan seperti zebra, rusa hingga singa kini kosong, gersang. Tergantikan hamparan tanah-tanah yang retak. Menyisakan segelintir ilalang kuning yang masing terus bertahan. Tentu saja Ek muda yang hampir kehilangan seluruh daunnya. Dengan sisa tenaganya, Ek Muda bertanya lemah, “Kapan wahai ilalang, saat yang kau ceritakan itu? Tubuhku hampir gugur dan sebentar lagi mati. Aku sudah tidak tahan..”

“Sabar Ek Muda, kesabaran selalu berbuah manis…” Jawab Ilalang dengan suara lirih nyaris bagai bisikan.

Hari itu akhirnya tiba, saat itu matahri bersinar begitu terik. Inilah puncak musim panas yang ditunggu-tunggu Pada saat Ek Muda dan Ilalang sudah hampir menyerah untuk bertahan, tiba-tiba angin dingin bertiup dari arah timur. Angin lembut yang menggoyangkan ilalang yang tersisa juga menyetuh lembut batang pohon Ek yang retak-retak. Angin lembut dingin bertiup beberapa lama hingga muncul hujan. Hujan lembut yang membasahi ilalang yang hampir menangis kegirangan menatap pohon Ek Muda menggangguk dan menitikan air mata, kelelahan dan lega. Hujan berjam-jam memberi kekuatan, kehidupan baru bagi ilalang dan Ek. Daun-daun pada bagian tubuhnya bermunculan. Hujan berlangsung hingga seharian. Keesokannya, mereka dikejutkan dengan kilauan warna-warni pelangi di batas awan. Indah Sekali.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun