Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Pengalaman Kecopetan Tak Terlupakan

18 Juni 2021   12:28 Diperbarui: 18 Juni 2021   12:52 420 23
Saat itu saya masih kelas tiga sekolah dasar. Seperti anak-anak kebanyakan, mempunyai baju baru saat lebaran menjadi dambaan. Karena sudah memasuki pertengahan Ramadan Ayah pergi ke pasar. Katanya, akan membelikan kami, anak-anaknya baju baru. Namun sayangnya, semua itu hanyalah rencana sebab kejadian tak terduga terjadi. Ayah kecopetan dalam bus sewaktu dalam perjalanan menuju pasar.

Kabar tentang kecopetan itu disampaikan bibi. Saat  saya sedang bermain engklek di halaman rumah nenek. Seenak jidat ia meledek dengan berkata. "Kasihan, kamu gak jadi beli baju baru. Bapaknya kecopetan."

Dulu saya tak mengerti kenapa bibi bersikap seperti itu, tetapi sekarang saya tahu. Jika bibiku pernah mengalami fase kurang akhlak.

Waktu itu saya langsung pulang untuk memastikan. Sesampainya di rumah, saya langsung mengendap-endap ke bawah jendela kamar dan mengintip kondisi Bapak  dari balik kaca.

Di atas kasur kapuk, Bapak tidur terlentang dengan menutup wajah dengan bantal. Melihatnya demikian, sudah dipastikan apa yang didengar, benar adanya. Bapak kecopetan. Seketika air mata bercucuran, saya menangis dengan menahan suara. Hati hancur, bukan karena tidak jadi beli baju. Akan tetapi hati tak tega melihat kesedihan Bapak.

Setelah melampiaskan kepedihan dengan membiarkan air mata bercucuran  . Kemudian saya masuk dan menghapus jejak tangis dengan bersikap biasa saja. Walaupun ternyata hal itu sia-sia. Sebab sehari setelahnya, saya demam dan ternyata ibu memperhatikan tindak tanduk saya. 

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun