Mohon tunggu...
KOMENTAR
Dongeng Pilihan

Kisah Khalifah Umar r.a dan Sapi Anak Yatim

14 Juni 2014   21:31 Diperbarui: 20 Juni 2015   03:44 233 0
Jelang pemilihan presiden yang akan berlangsung tak lama lagi, suasana di dunia nyata maupun dunia maya tampak semakin memanas. Ada yang sekadar usung saran, ada yang share info tentang latar belakang dan track record masing2 calon, bahkan ada yang keji memfitnah atau membuka aib masa lalu mereka (walaupun kesalahan tsb sudah dimaafkan di masa lalu juga atau bahkan tidak benar sbg kesalahan mereka).

Banyak yang menjadikan perbedaan agama sebagai sumber penolakan salah satu calon. Banyak pula yang menjadikan wan prestasi mereka di masa lalu sebagai sumber penolakan yang lainnya. Seolah beliau-beliau yang ada saat ini sebagai capres sangatlah tidak layak maju sebagai presiden kita karena aib-aib masa lalu itu.

Omong-omong ... Apa benar seorang presiden haruslah orang yang suci sedari jaman masih kecilnya hingga sekarang? Yang tak pernah nakal sama sekali, yang tak pernah berbuat curang atau berbuat kebodohan sama sekali, ataupun yang tak pernah membunuh orang sama sekali?

Jika itu yang kita cari, maka hanya seorang nabi itulah yang layak dalam kriteria pilihan kita. Kalau saya sih nggak perlu muluk-muluk level nabi sebagai presiden kita, entar malah rakyatnya yang telanjur "nakal" jadi kerepotan mengikuti irama pembangunannya. Siapapun yang bakal jadi presiden kelak, entah Prabowo ataupun Jokowi, semua adalah putra bangsa yang terbaik. Mengapa demikian?

Tentu kita semua mengenal salah satu sahabat Nabi SAW, seorang dari Khulafaur Rasyidin, Amirul Mukminin yang sangat zuhud, namun disegani dan dihormati semua kawan maupun negara lawannya. Yang selalu menjadikan Nabi SAW sebagai pedoman teladan hidupnya. Ya, ... Amirul Mukminin Umar ibn Khattab r.a, khalifah ke-2 setelah Amirul Mukminin Abu Bakar Ash Shidiq r.a.

Beliau sebelum memeluk Islam termasuk jawara terbaik di antara jawara Bani Quraisy yang gemar mengayunkan pedang menebas leher orang. Yang pula dengan tega membunuh putrinya sendiri yang masih bayi demi menutup malunya, dengan jalan mengubur hidup-hidup. Yang gemar menyantap makanan minuman haram. Dan sebagai dan sebagainya cerita aib di masa lalu sebelum hidayah Allah menjemputnya ke level yang luhur. Jika cerita masa jahiliyah itu yang kita pakai pedoman, tentu kita tak akan pernah rela menerima beliau sebagai seorang amirul mukminin.

Namun coba simak satu kisah pendek berikut ini terlebih dahulu!

Beberapa hari ini cuaca siang bolong di kota Madinah sangat panasnya. Hampir semua orang tak ada yang keluar rumah, saking teriknya sinar mentari. Belum lagi angin yang kerap bertiup kencang membawa debu bergulung-gulung.

Namun pada siang itu, Utsman bin Affan RA melihat samar-samar dalam kabut debu satu sosok lelaki tinggi besar yang berjalan terhuyung-huyung di tengah jalan di kota di sekitar sumur yang tampak dari rumahnya. Kelihatannya lelaki itu kepayahan berjalan dalam tiupan angin yg kencang dg banyak debu beterbangan itu. Maka Utsman pun memanggil lelaki tsb untuk berteduh beristirahat sebentar di rumahnya.

Alangkah terkejutnya Utsman demi mengetahui kemudian setelah lelaki tsb sampai di rumahnya, ternyata lelaki itu Amirul Mukminin Umar ibn Khattab RA.

"Wahai Amirul Mukminin, apa yg tengah kau lakukan di luar rumah di siang yang ganas seperti ini?"

"Aku tadi diberitahu tetanggaku, bahwa pagar kandang sapi milik anak-anak yatim itu roboh tertiup angin, dan beberapa ekor sapi lepas karena ketakutan. Untunglah berhasil aku tangkap kembali."

"Masya Allah! Apa tidak bisa kau utus sahabat yg lain untuk mengerjakannya, shg bukan kau sendiri sang Amirul Mukminin yg harus bersusah payah di terik siang ini?"

"Wahai Utsman! Justru karena akulah Amirul Mukminin. Dan anak-anak yatim itu adalah tanggung jawabku, demikian pula harta mereka. Maka akulah sendiri yg harus mengamankannya. Apakah dg aku memerintahkan orang lain, maka ada yg nanti mau juga menggantikan aku saat Allah meminta tanggung jawabku kelak di akhirat?"

Selesai berpamitan, Umar ibn Khattab melanjutkan perjalanannya mengurus sapi-sapi tsb. Utsman bin Affan hanya dapat memandangi kepergian sang Amirul Mukminin dg berlinang air mata haru, dengan terus berdzikir mendoakan keselamatan dan kesehatan Umar bin Khattab RA, sang Amirul Mukminin.

Naaaah, dari satu kisah tsb di atas, bisakah kita melihat level keimanan dan keluhuran akhlaq beliau?

Seberapa tinggi levelnya dibandingkan para calon presiden kita? Masihkah kita menyangsikannya sebagai Amirul Mukminin?

Berkaca dalam kisah tsb di atas, jikalau kita tak bisa memilih presiden dan timnya yang sungguh-sungguh bisa mewujudkan program pembangunan indonesianya, maka hindarkanlah memilih calon presiden dan timnya yang lebih banyak menjelek-jelekkan bahkan memfitnah capres lainnya. Karena itu berarti beliau tak punya program yang jelas karena justru asyik mengurusi hal-hal yang tak penting lagi.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun