Mohon tunggu...
KOMENTAR
Diary Pilihan

Naik Haji, Ibadah Paling Misterius

2 Juli 2022   10:34 Diperbarui: 2 Juli 2022   10:55 223 5
Malam Minggu yang lalu, entah kenapa saya begitu tidak ingin pulang ke rumah. Menghabiskan hari seharian keliling kota, toko buku, duduk membaca di pinggir jalan, dan mengerjakan beberapa PR di kedai.

Hingga larut malam dan sang barista menyampaikan bahwa tokonya akan tutup, saya pun terpaksa pulang. Sampai di perempatan dekat Asrama Haji, tiba-tiba ada rombongan polisi datang dengan sirene yang menyala. Saya membatin, Ada apakah?

Tak lama, tampak bus-bus ikut serta dalam rombongan. Di dalamnya, terlihat para bapak dan ibu mengenakan baju serba putih berjajar. Melihat mereka, seketika hati saya berdesir dan air mata menggenang. Oh, God ..., batin saya.

Ya ... mereka adalah para jemaah haji yang sedang memulai perjalanannya menuju rumah paling mulia di dunia. Sebuah perjalanan yang untuk bisa sampai ke sana pegangan terkuatnya adalah doa dan rida-Nya.

Siapa yang tidak tahu, menuju perjalanan suci itu, dibutuhkan antrean waktu yang sangat lama. Tidak cukup memiliki uang banyak. Katanya, hanya orang-orang dipanggil Tuhan yang akan bisa sampai ke sana.

Jutaan doa dalam harap cemas, para calon jemaah haji ini menunggu belasan tahun lamanya. Tak nyana, beberapa lansia tiba-tiba saja dinyatakan gagal berangkat dikarenakan usianya sampai pada angka 65 tahun ke atas.

Jika mau menuruti hawa nafsu manusia, rasa-rasanya lutut menjadi lunglai dan terasa semua doa serta penantian yang dilakukan selama ini begitu sia-sia.

Seperti ingin mengumpat.

“Apa gunanya membayar uang muka dan menunggu hingga belasan tahun lamanya, ujung-ujungnya tidak bisa berangkat.”

“Pemerintah ini bagaimana. Sudah tahu lansia dibatasi, mengapa tidak segera didahulukan?”

Ibadah haji seperti menjadi perjalanan suci paling misterius yang membuat harap-harap cemas para penantinya. Doa paling tidak usang yang berulang kali dipanjatkan dengan penuh keseriusan. Hasilnya, tidak akan pernah bisa ditebak. Semua hanya bisa dikembalikan pada yang Mahakuasa.

Apa pun akhirannya, paling tidak kita sudah memanjatkan doa paling maksimal di setiap waktunya, bukan? Untuk perkara ini, kita benar-benar hanya bisa berpasrah. Semoga dibesarkan hati para kakek nenek yang terpaksa harus gagal—semoga hanya ditunda—berangkat.

Surabaya, 27 Juni 2022

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun