Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Orang Pelabuhan Sekolah di Belanda #2

16 Februari 2023   19:00 Diperbarui: 3 Oktober 2023   15:09 413 7
Masih terbengong - bengong takjub dengan keindahan hamparan warna - warni tulip. Menyesali, kenapa tadi kamera portabel di tas tenteng tak segera diisi rol film untuk mengabadikan panorama surgawi itu.

Thomas menoleh ke belakang, tersenyum seolah mahfum dengan keterpesonaan kami atas atraksi keindahan langka itu. Lalu menjelaskan sedikit perihal bunga tulip.

Sejatinya bunga tulip bukanlah asli negeri Belanda. Namun bibitnya dibawa dari pegunungan di Turki pada jaman kejayaan kekhalifahan Utsmaniah. Bibit itu disemai dan dikembangkan disini. Ternyata cocok. Bahkan akhirnya menjadi trade mark negeri ini. Banyak orang menyangka tempat kelahiran bunga tulip itu Belanda.

Kini hasil persilangan dengan teknologi Holland telah menghasilkan ratusan jenis species bunga tulip baru yang lebih mempesona daripada aslinya. Dengan warna yang lebih cemerlang dan variatif. Juga memiliki kelopak bunga yang lebih besar dan tebal.

Kini tulip adalah komoditi pertanian andalan dan menghasilkan devisa signifikan bagi The Netherlands.

Di musim semi, setiap dini hari sekitar subuh, berlangsung lelang international bunga tulip potong di kota kecil Lisse, tak jauh dari ibukota, Amsterdam. Menjelang siang, puluhan ton bunga potong hasil lelangan itu, lewat bandara Schiphol diterbangkan ke New York, London, Paris, Roma, Madrid, Lisbon dan kota - kota besar lainnya yang berjarak penerbangan maksimum 7 jam.

Sore hari, tulip - tulip segar itu akan menghiasi hotel, restoran, kondo, rumah, apartemen, arena pesta di kota - kota besar itu.

Kami para pembelajar Indonesia berdecak kagum mendengar kisah industri bunga tulip Belanda yang hebat ini.

Thomas semakin antusias bercerita.
Atraksi ideal dan paling spektakuler bunga tulip adalah saat musim semi. Utamanya selama 2 bulan, dari pertengahan bulan maret hingga pertengahan mei. Setiap tahun.

Tempat terindah untuk menikmati tulip adalah taman Keukenhof, dekat kota Leiden. Salah satu taman bunga terindah di dunia. Mengkhususkan pameran tulip. Ratusan jenis tulip terdiri dari jutaan batang pohon dirangkai spektakuler. Perpaduan pohon - pohon besar, telaga, sungai, angsa hitam dan putih serta hamparan tulip warna warni yang ditata apik, mengundang ratusan ribu wisatawan mengunjungi taman ini setiap tahun.

Saking indahnya taman itu, sampai ada pameo di Belanda, jangan sampai engkau mati sebelum mengunjungi taman Keukenhof.

Sawah bunga yang kita lewati ini hanya sisa - sisa dari musim semi. Tak seberapa dibanding indahnya Keukenhof. Thomas berpromosi menambahkan.

Keukenhof, ya saya jadi teringat adegan salah satu film India di taman itu. Nyanyian dan tarian seronok nona - nona India menyandang sari mencolok di tengah hamparan warna warni bunga tulip. Tarian dinamis berpadu taman yang eksotis, sangat atraktif.

Keukenhof, saya berjanji pada diri sendiri, musim semi tahun depan harus menyambangi taman bunga itu. Rame - rame, atau kalau terpaksa ya sendirian.

Panorama sisa sawah tulip telah habis. Di highway mulus bus terus melaju ke selatan. Thomas mengakhiri cerita tulip. Para rekan pembelajar kembali terkantuk - kantuk kecapaian. Sebagian tidur pulas di tempat duduknya. Di tengah rasa kantuk saya termangu. Mengenang, flash back kenapa hari ini bisa sampai di negeri nan jauh ini.

1.1  Bea Siswa MSDP

Program master di Belanda untuk 20 karyawan Kemenhub dan Perumpel ini dibiayai dari sisa anggaran proyek MSDP (Maritime Sector Development Program).

Investasi MSDP dari pinjaman lunak Bank Dunia kepada pemerintah RI, untuk membangun  infrastruktur beberapa pelabuhan laut.

Waktu itu sebagai staf baru calon pegawai di Perumpel 2 Tanjung Priok, saya ikut terlibat dalam penyusunan proposal pinjaman Bank Dunia untuk proyek MSDP ini. Membantu pak Herman Prayitno, pak Bambang Darwoto, pak Hadi Kusumo sebagai senior, atasan dan koordinator penyusunan proposal Keuangan.

Pinjaman lunak pun disetujui dan terealisir.

Dalam pelaksanaannya, ternyata plafon untuk membangun infrastruktur fisik itu masih tersisa. Rencananya sisa hutang itu akan dikembalikan lagi ke World Bank. Namun ada inisiatif baru. Antara lain diusulkan oleh pak Julius Tiranda, yang kala itu sebagai SekDirJen Hubla atau staf khusus saya tidak begitu jelas.
Yakni, agar sisa anggaran dapat dipergunakan untuk bea siswa program studi Maritime. Diperuntukkan bagi 20 karyawan muda Kemenhub dan Perumpel 1,2,3,4.

Usulan itu disepakati. Program studi S2 atau Master di negeri Belanda selama 2 tahun pun terwujud.

Melalui serangkaian test, antara lain test bahasa Inggris dan psycho test di lembaga profesional pojokan bundaran patung Tani Jakarta. Akhirnya 20 orang terpilih.

Dari Kemenhub ada mas Ari Purnomo, Ekohadi, Marolop S, Asnawi, Petrus, Herman, Lutfi, Capt Daniel Todungan. Dari Perumpel 1 Yanen Hutagaol dan Torang Tambunan. Perumpel 2 Capt Syahrial Nasution, Ferdinand Nainggolan, Suparyo, Yanto Barbarosa, Diyanto, Dede Martin dan Mulyono. Perumpel 3 Zaini dan Perumpel 4 Sudarman.

Berdua puluh kami terbang bersama - sama dari bandara Soekarno Hatta dengan pesawat Garuda. Mas Ari menjadi koordinator rombongan.

Sore itu di beranda bandara Soetta tersebar berbagai adegan mengharukan. Perpisahan 20 pembelajar yang akan merantau dengan para istri dan anak beserta keluarga lain, yang 2 tahun akan ditinggalkan.

Mata berkaca - kaca, air mata tanpa isak. Juga sesenggukan mewarnai. Para istri dan anak - anak yang masih kecil menatap sayu. Saat suami dan ayah mereka melangkah pelan masuk gerbang. Ditelan bandara.

Doa keselamatan dan sukses terlantun. Saya lihat beberapa teman tak kuasa menahan haru, menitikan air mata.

Saya menatap istri dan 2 anak laki - laki yang masih kecil. Yang besar 3 tahun, yang kecil baru 7 bulan. Hati ini seolah copot. Kaki berat melangkah. Rasanya tak ingin berangkat pergi.

Tapi tekad untuk belajar itu begitu kuat menguasai. Kepergian ini memang harus terjadi. Untuk meraih misi pribadi dan juga tugas kedinasan. Menguatkan hati, Niat ingsun. Mantap, saya melangkah ke counter check in. Tak menoleh lagi, tak ingin air mata ini luruh.

Malam itu kami terbang, meninggalkan langit Jakarta yang benderang. Di bawah sana, laut teluk Jakarta berkilat - kilat memantulkan sinar bulan purnama. Dari jendela pesawat, menengok ke bawah hati tergetar. Ada rasa gentar menuju perantauan nan jauh. Menggigit bibir, berusaha tegar. The Show must go on.

Tiba - tiba lamunan itu buyar. Terdengar Thomas mengumumkan cukup keras, kalau kita hampir sampai. Agar semua bersiap - siap.

Matahari bertengger jumawa di puncak langit Belanda. Kota Den Bosch membayang di depan. Sebentar lagi rombongan sampai di tujuan.

bersambung

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun