Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Reunian dan Pelancongan Yogya - Solo #14

13 Oktober 2022   10:18 Diperbarui: 26 November 2022   08:22 332 3
Reuni Usai

Reuni dan Pelancongan berakhir. Saatnya untuk kembali pulang. Kembali ke jaman now. Menjalani yang dihadapi, menikmati yang dimiliki dan ditemui. Sebisanya dan seikhlasnya.

Reuni sepekan berurutan. Dari Kampus Biru sampai TanPabrik. Mengenang dan menggali pembelajaran. Konon orang bijak belajar, tidak hanya dari pengalaman sendiri. Namun juga pengalaman orang lain. Belajar dari kisah sukses ataupun cerita gagal.

Betapa banyak pembelajaran dan wisdom yang bisa dipetik dari teman - teman reunian. Meski sering kita bukan pembelajar yang baik. Seandainya kita tidak bercermin, pembelajaran itu tetap begitu berlimpah di sekitar kita.

Hari terakhir di sekitaran Yogya Solo.
Bertandang ke Yogya dan Solo selalu ada ritual yang pingin dilakoni.

Di Yogya, tentu harus jalan malam - malam di Malioboro. Kemudian siang hari, keluyuran door to door di desa seni Kasongan. Itu kemarin sudah kami lakukan berdua.

Hari ini saatnya singgah di pasar antik Triwindu dan pasar Gede Solo. Itulah kewajiban saat berada di kota bengawan.

Matahari sepenggalah, mobil meluncur ke selatan. Di kiri jalan, berdiri bangunan masive modern yang cukup saya akrabi. Itulah hotel Alila Solo.

Saat soft opening, sekitar enam tahun lalu, saya ikut terundang dan hadir. Menginap dan makan gratis. Berikutnya saya beberapa kali menginap di hotel bintang lima, tertinggi di Jawa Tengah itu.

Saat menginap di Alila, selalu menikmati lobi dan kamarnya yang lega, artistik dan nyaman. Makan paginya yang komplit, melimpah dan serba enak. Juga live music nya di lounge Agra di lantai 19, yang di out door nya kita seperti drone. Bisa menikmati view gemerlap kota Solo 360 derajat, dari ketinggian.

Ninik, teman seangkatan di FE UGM adalah pemilik Alila Solo. Bersama mas Eddy suaminya, membangun hotel modern cantik, asri yang menjadi ikon baru kota Keroncong ini.

Lepas Alila, mobil mendaki fly over baru Purwosari. Antrian panjang yang biasa terjadi, menunggu naiknya palang Sepur, kini tak ada lagi, berkat fly over itu.

Pasar antik Triwindu. Memasuki gang - gangnya yang padat dengan toko barang dan pernik antik, menimbulkan sensasi tersendiri. Piring hias, lukisan kaca, lampu antik, kursi, pot keramik, keris, wayang, jendela hias ukir, dsb terserak padat digelar. Merangsang dan mengasah cita rasa seni tradisional. Walau barang - barang itu kebanyakan diproduksinya di jaman kini.

Puas di pasar Triwindu, pingin juga jajan di warung sotonya yang legendaris. Tidak jadi, terpaksa putar balik, melihat antrian terlalu panjang. Sampai pengunjung pada berbaris di jalanan.

Menuju sargede atau pasar gede. Parkir di depan Kelenteng. Di depan gerbang utama, berbagai makanan dan penganan khas dijajakan. Kemecer menatap itu semua. Jadi teringat kemarin acara di lereng Merapi.

Usai reunian semua fakultas UGM, fakultas Ekonomi menyelenggarakan acara khusus di Pakem, dekat Kali Urang.

Acara yang selalu ditunggu - tunggu, saat warga Brigade 77 Feckok kumpul di Yogya. Yakni makan enak sakwarege di rumah mbak Suji Lestari, teman seangkatan.

Siang itu mbak Suji dan mas Bagyo suaminya nampak bahagia. Demikian juga para Feckokers yang hadir.

Rumah pendopo Jawa tak jauh dari Kopi Klotok yang terkenal, siang itu ramai dengan pasukan biru yang menyerbu. Kaos oblong biru adalah kostum kami hari itu.

Jejogetan, dansa dansi, teriak nyanyi - nyanyi bareng ramai nian. Juga nyelonong ke dapur yang luas, para hadirin memuaskan dahaga berkumpul dan kembul bujana.

Brongkos, Lodeh, Gudeg, Ayam, Wader, Lele, Empal dan sebangsanya yang serba enak menuntaskan lapar mata, lapar perut dan lapar meriung.
Makanan khas Jawa memang tiada duanya.

Sargede Solo adalah pasar sekaligus museum kuliner khas Solo dan Jawa.

Usai gentayangan di pasar luas, kembali ke Jakarta, mobil penuh dengan jajanan bawaan. Karak Bratan, Intip Legi dan Gurih, Srabi Solo, Tempe keripik, Lentho, Gayam, Sawo, Gedang, Sirsat, dan berbagai makanan khas lainnya yang sulit ditemukan di kota lain. Komplit sudah.

Masuk gerbang tol Gondangrejo Solo, mobil belok kiri. Menyusuri tol menuju Jakarta via Semarang.

Menoleh ke kanan, terlihat Lawu di kejauhan seolah berjalan mengikuti.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun