Mohon tunggu...
KOMENTAR
Money Pilihan

Pengalaman Memimpin Korporasi BUMN di Indonesia Timur (2)

14 Oktober 2021   10:06 Diperbarui: 14 Oktober 2021   10:16 465 5

All the beginning is difficult, pada mulanya semuanya sulit. Demikian juga menerima perubahan yang terjadi. Terkadang sulit bahkan sering juga membuat kecewa.

Dengan perubahan direksi Pelindo4 tahun 2002, ternyata bukan hanya saya yang kecewa, pak Djarwo pun bercerita merasa tidak sreg dengan kepindahannya dari Pelindo3. Jabatan naik namun gaji malah turun. Tapi sebenarnya bukan perkara gaji itu esensinya.

Ibarat tercerabut dari zona nyaman, kalau boleh pak Djarwo ingin tetap di Surabaya sebagai direktur, tidak perlu promosi. Pak Djarwo sempat berpikir pula untuk mengundurkan diri.

Pak Djarwo yang sebelumnya pernah lama menjadi warga Pelindo4, sebelum mengambil keputusan penting ini berkonsultasi dengan mentor dan mantan bos nya, pak Franz Masengi. Pak Franz adalah dirut pertama Perumpel4 dan Pelindo4 setelah organisasi pelabuhan bertransformasi dari BPP (Badan Pengusahaan Pelabuhan) yang bernaung langsung dibawah Dirjen Perhubungan Laut.

Menurut cerita pak Djarwo ke saya, malam sebelum pelantikan itu pak Franz menyampaikan pandangan yang serupa dengan nasihat senior saya di KeMenkeu. Supaya menerima dulu amanah itu dan mundur kemudian kalau memang ingin. Atau terima dan lanjutkan.

Dan cerita selanjutnya, tidak sepenuh hati pak Djarwo dan saya berangkat ke Makassar. Walaupun nantinya spirit akan berubah drastis.

Pada akhirnya untuk kasus saya ke Pelindo4 akan mirip dengan acara kantor yang diselingi agenda nyanyi nyanyi. Yaitu kasus susah naik enggan turun. Ketika seseorang menolak ke panggung saat MC mengundang salah satu hadirin untuk bernyanyi. Lalu karena keadaan terpaksa harus menuruti. Tetapi begitu tampil di panggung ternyata tidak mau segera turun. Keterusan berturut turut beberapa lagu dinyanyikan.

Saat tahun 2002 ditunjuk ke Makassar saya enggan berangkat. Berbalikan ceritanya dengan tahun 2015, kala pemegang saham menghendaki saya harus pergi meninggalkan Pelindo4. Dengan berbagai pertimbangan yang tidak personal saya ngotot bertahan. Untuk tetap menjadi dirut perusahaan ini. Kengototan itu berlangsung selama sekitar 6 bulan. Pertimbangan untuk ngotot bertahan yang saya anggap penting mungkin nanti perlu diceritakan juga.

Pepatah lama dan klise yang tetap berlaku sepanjang masa mengatakan, bahwa tidak ada yang abadi semuanya akan berubah, yang abadi hanyalah perubahan itu sendiri berlaku juga terhadap apa yang dirasakan setiap insan. Demikian juga rasa kecewa saya terkikis dengan semakin intensnya saya berinteraksi dengan teman teman Pelindo4. Suasana kebatinan direksi dan seluruh jajaran kala itu begitu kondusif. Membuat lingkungan dan gairah kerja serta sinergi bertumbuh. Termasuk berimbas ke saya.

Di Pelindo4 saya bertemu dengan kolega kolega baru yang luar biasa. Dengan segala sifat positifnya masing masing serta gaya yang beragam. Sesungguhnya kita bisa belajar dan memetik hal positif dari siapapun yang kita temui.

Di direktorat keuangan saya didampingi para senior manajer; pak Ahmad Aini, pak Djaman, pak Marthen Pairunan. Serta rekan rekan ; Budi Revianto, Sadri, Hoddiman, Sarwedi Raharjo dll.

Kemudian bertemu rekan rekan baru yang lain, di kantor pusat maupun  cabang. Pak Darwin Pasaribu, Jopy U, Samsul Hadi, Kusbarata, Ampi Lekahena, Dahliansah, Madjid, Bambang Warsito, Winarsa, Niken Probowati, Wagimin, Heru Bekti, Kuntoko, Sumardio, Alif Abadi, Herdianta, Susantono, Prastyahadi, Riman S Duyo, Eddy Nursewan, Kusmahadi, Enryani M, Adi S, Kules, Farid Padang, Agus Nazar dll.

Kemudian jajaran GM; pak Wasis, Atid Sakka, Ruslan, Anharudin Siregar, Sukirno, Darwin Hasan, Mantiri, Agus Salim, Arusi Rahman, Yarangga, Musa Sigading, Siloy, Ali Kasim, dll.

Semuanya nampak bersemangat bekerja di perusahaan pelabuhan ini. Semangat itu menjadi modal utama untuk membangun masa depan Pelindo4 yang lebih baik.

Hari itu saya resmi menjadi warga Pelindo4. Ada acara pisah sambut di lantai enam, perkenalan dengan warga lainnya ke setiap lantai. Juga acara pisah sambut khusus direktorat keuangan.

Penyambutan dan pentasbihan hangat penuh penghargaan dan harapan. Rasanya masih terharu kalau mengingat kembali kehangatan sambutan hampir 20 tahun lalu itu.

Hari itu pak Djarwo memimpin rapat direksi yang pertama kali. Ada banyak topik dan permasalahan yang dibahas. Namun ada satu pemahaman yang tidak terlupakan disampaikan pak Djarwo pagi itu. Yaitu pemahaman mengenai makna BOD, Board Of Directore, atau Dewan Direksi.

Seorang Direktur memiliki dua peran sentral. Yaitu yang pertama sebagai kepala dan penanggung jawab direktorat yang dipimpinnya. Yang kedua berperan sebagai salah satu anggota dari dewan direksi.

Peran pertama memiliki tanggung jawab bidang dan peran kedua adalah ikut dalam proses dan tanggung jawab dalam keputusan dewan direksi. Direktur Utama adalah koordinator BOD.

Untuk soliditas, koordinasi dan pemahaman antar direktorat akan diselenggarakan rapat BOD formil dan rutin. Minimal satu minggu sekali dengan tatap muka dan duduk bersama. Kala itu belum ada model rapat daring.
Tentu koordinasi intens ini akan membuat roda perusahaan berjalan dengan baik. Kepada pihak luar perusahaan BOD memiliki satu suara.

Usai rapat, pak Djarwo mengajak saya dan pak Fariz ngobrol di ruang dirut lantai 6. Pak Djarwo berpesan khusus. Pesan yang masih teringat hingga kini.

Kira kira pesan beliau adalah bahwa Pelindo4 berbeda dengan Pelindo2 dari size perusahaan. Tentu juga kekuatan cash flow, perilaku biaya yang harus dijalani jauh berbeda. Penghematan itu harus dijaga. Jumlah biaya tertentu yang tidak berarti bagi Pelindo 2 mungkin berdampak besar bagi Pelindo4. Aktivitas mesti berbasis cost effectiveness dan efisiensi.

Pak Djarwo secara spesifik juga menambahkan, supaya renovasi rumah dinas yang ditempati benar benar hemat dan dibatasi. Cukup kamar yang dipakai tidur saja yang dirapikan.

Pak Djarwo sudah membaca laporan keuangan dan arus kas perusahaan. Kondisinya tidak begitu menggembirakan. Makanya mewanti wanti ke kami yang berasal dari Pelindo2 yang biasanya lebih longgar dalam pembiayaan.

Saya dan pak Fariz pindah ke perumahan perusahaan di Gunung Sari jalan Sultan Alauddin. Pak Fariz di A4, saya di A2. Kami mematuhi pesan pak Djarwo, hanya merapikan dan melengkapi kamar tidur saja.

Kenangan efisiensi yang mengesankan.

Tantangan Dan Peluang

Pelindo4 adalah kanvas besar yang membentang di Indonesia Timur. Terdiri dari perairan dan daratan seluas 45 persen dari kepulauan Nusantara. Sejatinya wilayah Pelindo4 lebih besar dibanding wilayah Pelindo lainnya.

Kanvas besar Pelindo4 itu terisi dengan lukisan berderet pelabuhan pelabuhan laut. Terentang sejak di ujung barat laut, dari pelabuhan Nunukan utara Kalimantan sampai di pojokan ujung tenggara Indonesia, yaitu pelabuhan Merauke di Papua. Betapa besar.

Walaupun memiliki wilayah lebih besar namun size Revenue dan income Pelindo4 kira kira seper lima belas dari Pelindo2. Seper sepuluh dari Pelindo3 dan sepertiga dari Pelindo1.

Dalam rapat pak Djarwo melempar pertanyaan. Karena pergantian direksi 2002 adalah PAW, pergantian antar waktu. Dari periodisasi 5 tahunan masa tugas direksi kini hanya tinggal tersisa waktu 1 tahun dari masa penggantian berikutnya.

Kita harus bersikap seperti apa. Santai santai berleha leha menikmati fasilitas direksi saja. Atau tetap serius memikirkan kemajuan perusahaan, ujar pak Djarwo.

Kami sepakat pada pilihan ke dua.

Mulailah kami mempetakan hal hal yang penting dan urgen. Juga hal yang penting dan tidak urgen. Serta cepat memutuskan apa yang memang diperlukan.

Kami bersama serius berpikir.

berlanjut

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun