Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story Pilihan

Kolonial Heritage Journey 5

6 April 2021   08:45 Diperbarui: 6 April 2021   12:48 358 2
JP Coen gubernur paling terkenal karena cerdas, kreatif, ambisius dan kejam. Namun juga pribadi yang menyenangkan bagi teman temannya.
JP Coen adalah penghancur Jayakarta, merebutnya dari sultan Banten, kemudian membangun kembali. Merubah nama kota dari Jayakarta menjadi Batavia. Di Batavia ini JP Coen membangun kastil kastil dan pemukiman yang dikelilingi benteng pelindung yang kuat dari bata merah dan batu sepanjang 5 kilometer.

JP Coen meninggal tahun 1629. Terdapat 2 versi bagaimana Coen meninggal dunia.

Menurut Utam, Coen meninggal dipenggal kepalanya oleh prajurit Mataram saat penyerangan Sultan Agung yang kedua ke Batavia tahun 1629. Utam menambahkan cerita versi folklore nya.

Konon JP Coen adalah gubernur jenderal Belanda yang mempelajari ilmu ilmu kejawen. Dari salah satu ilmu kejawen yang dimilikinya membuat dirinya tidak akan mati sepanjang kepalanya masih menyatu dengan tubuh.

Orang Mataram tahu ilmu yang didalami Coen. Maka saat Coen mati sementara, sebelum hidup kembali oleh prajurit Mataram kepalanya dipenggal dan dipisahkan dari tubuhnya. Agar Coen tidak hidup lagi dan kematiannya menjadi permanen.

Konon kepala JP Coen dibungkus kain dan dibawa ke Mataram. Dikisahkan kepala Coen dikubur di undakan pertama dari ratusan undakan yang ada di komplek pemakaman raja raja Mataram di Imogiri Yogyakarta. Sampai saat ini ada bagian undakan lebar itu yang agak menyembul di Imogiri. Di bagian yang menyembul itulah kepala JP Coen dikubur. Sedangkan tubuh Coen ditinggalkan dan terkubur di stadhuis pertama dan nantinya dipindahkan dikubur kan di halaman gereja yang kini menjadi museum wayang.

Versi yang lain menyatakan, bahwa penyebab kematian Coen adalah karena penyakit kolera yang kala itu mewabah melanda Batavia. Mayat mayat pasukan Mataram dan Kompeni yang tak terkubur tenggelam di dasar sungai Ciliwung. Tercampur dari tinja yang setiap malam dibuang ke sungai dari gedung gedung kantor dan rumah yang tidak memiliki WC. Campuran bangkai dan tinja didalam sungai menyebabkan terjadinya epidemi sakit perut dan kolera kala itu.

Mana yang benar, apa penyebab kematian JP Coen. Entahlah belum ada kesepakatan tunggal. Hanya Utam kelihatannya meyakini versi kepala Coen yang dipenggal itulah yang benar adanya.

Setelah melewati prasasti makam JP Coen yang kusam dan muram, kami menyusuri lorong warna kecoklatan gelap. Sudah sepi tak ada orang lain. Kelihatannya kami adalah pengunjung terakhir yang tersisa. Petugas mulai mematikan lampu dan AC dibelakang kami.

Naik tangga kayu ke lantai dua tempat koleksi utama museum wayang digelar. Di depan kami berderet ratusan figur dan karakter wayang memenuhi ruangan bercahaya suram.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun