Selepas tidak lagi menyandang gelar 7 keajaiban dunia, bangunan yang bertingkat-tingkat itu tetap menjadi salah satu destinasi wisata andalan Indonesia baik untuk wisatawan lokal maupun turis mancanegara yang selalu ingin kembali datang ke bangunan yang pertamakali ditemukan pada masa pemerintahan Gubernur Jenderal Hindia-Belanda era penjajahan Inggris Thomas Stanford Raffles, pada tahun 1814.
Sebelumnya, Borobudur yang dibangun pada masa Kerajaan Mataram Kuno itu, sempat ditinggalkan selama beratus-ratus tahun lamanya dan terkubur oleh abu vulkanik, serta tanaman dan rerumputan meskipun warga sekitar tahu bahwa bangunan ini ada sebelum ditemukan oleh Inggris, namun keberadaannya justru dibiarkan selain karena masyarakat belum mengetahui pentingnya bangunan tersebut, sekaligus membuat anggapan tempat ini menjadi angker pun menjadi kuat.
Semenjak ditemukan dan dilakukan penelitian selama ratusan tahun baik di masa penjajahan Inggris, Belanda sampai Indonesia merdeka dan akhirnya dipugar tahun 1983 bangunan ini semakin mendapat perhatian sebagai destinasi wisata sekaligus tempat beribadah bagi umat agama Buddha.
Belakangan Candi Borobudur kembali menjadi perhatian masyarakat hal ini, diakibatkan oleh adanya keinginan dari Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, yang menyebut akan menaikkan harga tiket masuk ke Borobudur.