Mohon tunggu...
KOMENTAR
Travel Story

Pariwisata Sleman Butuh Trans Wisata

6 Juni 2014   04:18 Diperbarui: 20 Juni 2015   05:06 561 0



Tahukah Anda kalau Trans Jogja tidak mencapai Sleman?

Sleman, merupakan Kabupaten yang indah di wilayah utara Daerah Istimewa Yogyakarta. Daerah yang asri dan sejuk ini, menurut Dinas Kebudayaan Sleman, Sleman memiliki selebihnya lima wisata alam, sebelas candi, empat museum, dua puluh empat desa wisata, dan dua atraksi kesenian. PAD Kabupaten Sleman dari sektor pariwisata menurut Dinas Kebudayaan Sleman Tahun 2006 mencapai Rp 86.640.745.946,80. Sebanyak 115.179 wisata asing dan 1.539.866 wisata domestik datang untuk menikmati pariwisata di Sleman. Akan tetapi, dengan segala keindahannya, Sleman tidak begitu terkenal apabila di kancah nasional. Sebagai bagian dari Daerah Istimewa Yogyakarta yang merupakan pariwisata terbaik ketiga setelah Bali dan Jakarta, seharusnya Sleman dapat menonjol di kancah nasional.


Ada beberapa kekurangan dari pariwisata Sleman, yaitu: pertama, kurangnya transportasi umum yang memadai untuk mencapai lokasi wisata. Kedua, kurangnya ciri khas budaya Jawa, sehingga masyarakat yang berpariwisata di Sleman hanya sekedar menghilangkan penat tidak untuk melihat pesona budaya Sleman yang sebenarnya masih kental dengan budaya Jawanya. Ketiga, kurang terawatnya wisata yang ada di Sleman. Keempat, mengganggu ekologi Sleman. Kelima, permasalahan tata guna lahan yang menimbulkan polusi udara, air, suara, pemandangan, dan sampah seperti yang terjadi di Kaliurang.

Usaha yang dapat dilakukan oleh pemerintah antara lain, pertama, mendekatkan dengan penduduk lokal agar budaya Jawa dapat menjadi bagian dari pariwisata di Sleman. Kedua, peraturan tentang tata guna lahan yang ada di wilayah Sleman Utara meliputi Kecamatan Turi, Kecamatan, Cangkringan, Ngemplak, dan Pakem. Daerah itu merupakan daerah peresepan air primer yang seharunya dijaga. Kalaupun ada pembangunan semestinya harus mengikuti aturan tata guna lahan yang benar. Sehingga air yang masuk ke daerah resapan sekunder di wilayah Kota Yogyakarta dan Bantul tetap sehat dan layak. Ketiga, Fasilitas transportasi umum yang memadai. Usaha yang ketiga inilah yang akan kita ulas di bahasan kali ini.

Transportasi di Sleman sendiri belum bisa dikatakan layak. Selain kurang bersih, dengan supir yang ugal-ugalan, keamanan pun kurang terjaga. Adanya bus Trans Jogja hanya meliputi Perkotaan Yogyakarta. Warga Sleman sebagian kecil yang menikmatinya. Wisata yang ada di Sleman pun hanya sebagian kecil yang terfasilitasi dengan adanya bus Trans Jogja. Padahal, akses yang baik menuju tempat wisata merupakan faktor yang penting menentukan keramaian tempat wisata. Kurangnya akses berupa transporatsi umum menimbulkan permasalahan bagi wisatawan domestik maupun asing.

Wisatawan domestik dari wilayah Daerah Istimewa Yogyakara, sering menggunakan kawasan wisata Kaliurang untuk rapat, outbond, atau pun sekedar liburan keluarga. Mulai dari mahasiswa, pelajar sekolah, maupun perusahaan. Sleman, sebenarnya memiliki banyak tempat seperti Kaliurang. Terlihat dalam data bahwa ada dua puluh sembilan desa wisata yang terdapat di Sleman. Akses menuju Kaliurang sangat mudah, jadi Kaliuranglah yang paling ramai. Seandainya desa wisata yang ada di Sleman mempunyai transportasi yang memadai dan mudah, tentulah masyarakat mempunyai alternatif pilihan selain di Kaliurang. Lokasi wisata tidak terpusat di Kaliurang, tetapi dapat menyebar seluruh wilayah Kabupaten Sleman.

Wisata asing melakukan pariwisata di Sleman dengan menyewa biro transportasi yang ada di Sleman. Akan tetapi, menyewa biro wisata mahal dan tidak sebebas apabila jalan-jalan sendiri dengan menggunakan transportasi umum. Wisatawan asing pun tidak terjun langsung ke dalam masyarakat Sleman dengan budaya Jawanya. Padahal, budaya Jawa merupakan suatu keunikan apabila wisatawan asing mengenalnya. Transportasi wisata Sleman diperlukan oleh wisatawan asing. Mereka dapat bebas memilih tempat pariwisata dengan melayani diri sendiri. Wisata di Sleman pun lebih menarik.

Dengan menilik berbagai permasalahan akan kebutuhan wisata di Sleman, perlu adanya transportasi wisata di Sleman. Transportasi wisata yang ada di Sleaman adalah trasnportasi yang menghubungkan antar lokasi wisata di Kabupaten Sleman. Transportasi wisata di Sleman disingkat menjadi Trans Wisata Sleman.

Perlu rute yang menggambarkan Trans Wisata Sleman. Rute ini dibagi menjadi empat koridor. Agar lebih mudah, pembagian sesuai dengan SPP (Satuan Pengembangan Pariwisata) yang telah dibagi oleh Pemerintah Sleman.

Koridor pertama, daerah lereng Merapi Selatan, meliputi wilayah Kecamatan Cangkringan, Pakem, Turi dan Ngemplak dengan obyek wisata unggulan Kaliurang, Kaliadem, serta Agrowisata. Pengembangan wilayah ini diarahkan pada wisata alam dan untuk acara rapat. Rute Trans Wisata dapat dimulai dari Terminal Condong Catur, menuju Ring Road, Jalan Kaliurang menuju ke utara, dan berakhir di Kaliurang. Dari Kaliurang terbagi menjadi dua rute. Rute pertama menuju ke Terminal Kecamatan Tempel yang melewati lokasi wisata di Kecamatan Ngemplak, Sleman, Turi, dan Tempel. Rute kedua menuju ke selatan, Ring Road, Wisata Monjali, dan berakhir di Terminal Jombor.

Koridor kedua, pariwisata Prambanan-Kalasan, meliputi wilayah Kecamatan Prambanan, Kalasan, Berbah dan sebagian Ngemplak dengan obyek wisata Candi Prambanan, Ratu Boko dan Candi Kalasan. Pengembangan wilayah ini diarahkan pada wisata sejarah. Untuk daerah ini, sudah ada TransJogja yang melewati, sehingga tidak perlu ada penambahan rute.

Koridor ketiga, pariwisata Sleman Kota, meliputi wilayah Kecamatan Depok, Mlati, Sleman dan sebagian Tempel dengan obyek wisata unggulan kampus, monumen, museum, dan wisata belanja. Pengembangan wilayah ini diarahkan pada wisata pendidikan dan belanja. Untuk daerah sekitar Kecamatan Depok dan Mlati sudah dilewati Trans Jogja, sehingga tidak perlu ditambah. Sedangkan untuk daerah Sleman dan Tempel hanya terdapat bus kota yang terkenal tidak aman dengan pencopetannya. Dari arah Jombor, diharapkan ada Trans Wisata Sleman dari Terminal Jombor menuju ke Terminal Tempel melewati Jalan Magelang. Sedangkan di Jalan Turi, diberikan rute Trans Wisata Sleman menuju Kawasan Agro Wisata Turi dan menuju Kaliurang. Dari Terminal Tempel, ada Trans Wisata Sleman yang menghubungkan dari Tempel menuju Kaliurang.

Koridor keempat, pariwisata Sleman Barat, meliputi Kecamatan Minggir, Moyudan, Godean, Seyegan dengan obyek wisata unggulan wisata pedesaan. Pengembangan wilayah ini diarahkan pada wisata pedesaan, desa kerajinan dan pertanian. Memang jalan di Kecamatan ini realtif sempit, sehingga bus yang digunakan untuk Trans Wisata lebih kecil agar dapat menuju Desa Wisata yang diinginkan. Dengan adanya Trans Wisata Sleman di wilayah keempat, diharapkan wisata desa dapat lebih berkembang. Rute dari Jombor berputar-putar di wisata desa ke desa lain, berakhir lagi di Terminal Jombor.

Konsep kendaraan yang diusung adalah seperti Trans Jogja dan lebih bernuansa Jawa. Musik musik Jawa pun mengalun ditengah untuk mengantarkan wisatawan menuju wisata. Tulisan menggunakan aksara Jawa yang diartikan dengan tulisan Jawa dan diterjemahkan menggunakan Bahasa Indonesia dan Inggris.

Dengan adanya Trans Wisata Sleman, ada beberapa keuntungan, pertama, akses menuju ke lokasi wisata menajdi lebih mudah sehingga wisatawan bertambah. Keuntungan dari masyarkat lokal dan pendapatan daerah pun bertambah. Kedua, budaya Jawa dapat tersampaikan karena disepanjang perjalanan budaya-budaya Jawa disajikan dalam bentuk musik, tulisan, dan gambar. Wisatawan mendapatkan kesan yang baik dan mereka pun akan kembali ke Sleman. Jadi, Sleman perlu Trans Wisata Sleman sebagai upaya peningkatan daya tarik wisata Sleman.

DAFTAR PUSTAKA

http://www.tourismsleman.com/index.php?option=com_content&task=view&id=9&Itemid=26&lang=id_ID

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun