Mohon tunggu...
KOMENTAR
Politik

Betulkah PDIP Terseruduk Tanduknya Sendiri?

25 April 2012   10:09 Diperbarui: 25 Juni 2015   06:07 564 1
Heboh. Itulah kata yang tepat untuk menggambarkan hingar bingar gedung dewan terhormat di Senayan sana. Kabar terakhir setelah korupsi gotong royong yang dilakukan oleh hampir semua partai, kini muncul kabar video mesum yang diduga dilakukan oleh politikus PDIP, Karolin Margret Natasa, anggota Komisi IX.

Ribuan kabar mencengangkan akhir-akhir ini justru datang dari para pejabat negeri ini dengan kasusnya masing-masing. Mereka dengan latar belakang partai, keluarga, budaya, pendidikan dan rencana terus mengukir cerita-cerita yang menggemparkan negeri ini.

Tak pelak, cerita-cerita itu terus menutupi kehidupan riil yang dialami oleh rakyat jelata yang perlu mendapat perhatian.

Setelah cerita-cerita esek-esek para oknum anggota dewan beberapa waktu lalu, yang memaksa mereka harus "jengkar pasewakan" dari ranah politik, kemudian beralih dengan kabar ditemukannya kondom-kondom yang konon sering digunakan oleh para oknum anggota dewan, varian-varian korupsi yang dari dulu hingga sekarang tak pernah berujung, dan kabar itu terus berputar, berulang tanpa henti.

Ganti generasi ganti masalah. Ganti personal ganti kecenderungan. Itulah konsekuensi pergantian. Pergantian kadang menjenuhkan dan kadang membelalakkan mata dan telinga. Kualitasnya bisa lebih buruk, pun bisa pula lebih baik.

Mungkin juga itu pulalah ekses pemberlakuan demokrasi di negeri ini. Orang baik dan orang jahat punya hak yang sama dalam berpolitik. Mereka tak ada bedanya, karena sama-sama memiliki satu suara yang memiliki hak memilih dan dipilih.

Penjahat atau bekas penjahat pun memiliki kesempatan yang sama dalam dunia demokrasi. Bekas maling dan yang dimaling suatu saat dapat bertemu di meja yang sama dan membicarakan masalah yang sama. Seorang ulama, pendeta atau bijak bestari suaranya sama dengan para pemabuk, perampok, pencopet dan pemerkosa dalam dunia demokrasi.

Itulah yang kita saksikan akhir-akhir ini tantang tingkah laku para pejabat, yang seharusnya menjadi suri tauladan masyarakat malah menjadi beban masyarakat. Mereka bukan orang-orang bodoh yang tak pernah "makan sekolahan", tetapi mereka orang-orang pintar dan lihai, terbukti mereka bisa duduk di sana (bukan mampu, tetapi bisa).

Banyak hal yang membuatnya melenggang ke sana. Banyak duit, kesempatan, disediakan jalan, ikatan sanak saudara adalah beberapa misal alasan itu.

Kabar video mesum yang diduga dilakukan oleh anggota Komsi IX DPR dari Partai Demokrasi Perjuangan Indonesia mungkin tidak lagi mengagetkan khalayak umum. Hanya saja nasib Karolin Margret Natasa, orang yang diduga dalam vedio itulah yang kurang beruntung. Artinya mungkin masih banyak lagi orang-orang yang melakukan hal seperti itu namun aman-aman saja.

Sudah banyak cerita-cerita yang sama dari generasi sebelumnya, sehingga harus rela pergi dari hingar bingar politik di negeri ini. Itulah mungkin sangsi sosial yang harus diterima, selain sangsi-sangsi lain.

Tinggal bagaimana para penggede partai itu untuk membangun integritas partainya kembali. Tentunya PDIP sudah memiliki sikap sendiri untuk menangani masalah ini, karena partai-partai itu sebagian telah memiliki pengalaman tentang itu.

Kita pun juga semakin tahu, ternyata partai itu adalah partai yang tidak selektif dalam memilih kadernya untuk membangun negeri ini. Bagaimana bisa membangun negeri sebesar ini, kalau membangun dirinya saja tidak mampu.

Untuk Karolin, buktikan bahwa kabar itu tidak benar dan hanya issu....

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun