Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora Pilihan

Yang Perlu Dilupakan dan Diingat dalam Hidup

1 Januari 2022   15:09 Diperbarui: 1 Januari 2022   15:17 470 3
Sama seperti tahun-tahun sebelumnya, saya tidak lagi antusias melewati tahun baru. Bagi saya, dari tahun ke tahun tetaplah sama. Tahun baru hanya sebuah angka yang kurang bermakna.

Hal yang jauh lebih penting sebetulnya bukan pergantian tahun, tapi memaknai waktu setiap hari. Ada banyak orang membuat harapan di tahun baru. Namun, tidak banyak orang yang membuat harapan di hari esok.

Padahal, harapan sebaiknya diciptakan setiap hari. Agar hidup lebih bermakna dan selalu punya motivasi menjadi orang yang lebih baik.

Saya memang tetap merayakan tahun baru, tapi tak ada bedanya seperti merayakan hari anti-korupsi, penuh kata-kata semangat, optimisme, tapi koruptornya tak pernah mati. Jadi terlihat kurang esensial.

Di tahun baru, saya lebih banyak berpikir tentang masa lalu. Setiap tahun saya selalu ingat apa yang saya lewati. Sebagian saya sesali, sebagian lagi masih sanggup saya ambil pelajarannya.

Dari kecil hingga sedewasa sekarang, saya tahu, banyak hal yang berubah dari diri saya. Namun, saya merasa belum cukup untuk membuat saya jadi lebih "manusia".

Menjadi manusia seperti saya itu rumit. Banyak hal yang tidak bisa saya lakukan, bukan karena saya tidak mau, tapi karena mungkin sudah takdirnya saya tidak bisa melakukannya.

Meski rumit, saya masih bisa menerimanya, sebab itulah cara agar tetap bisa bertahan hidup. Sesulit apapun tetap dijalani. Kalau berhenti, ya mati. Saya tidak mau mati hanya karena menyerah dengan masalah.

Saya mencoba belajar dan terus belajar tentang kehidupan. Ada satu pelajaran hidup yang sebetulnya pernah saya tulis setahun lalu, dan masih relate sampai sekarang. Jadi, saya coba menuliskannya lagi.

Pertama, saya harus melupakan apa yang harusnya dilupakan.

Terkadang, ada hal yang mestinya dilupakan, tapi saya tidak mau melupakannya karena terlalu banyak kenangan disana. Istilahnya, 'sayang untuk dibuang'. Padahal, membuang sesuatu yang perlu dibuang, itu wajib.

Ibaratnya, saya tidak mau membiarkan sampah menumpuk di rumah. Meskipun sampai itu berbentuk kresek dari brand fashion terkenal. Sampah tetaplah sampah. Jika tidak dibuang, maka jadi penyakit.

Sama halnya dengan kenangan. Kalau ada kenangan yang harus kita buang, ya buang saja. Meski dalam kenangan ada sisa-sisa indahnya, tapi kalau mendatangkan "penyakit" bagi hidup saya di masa depan, ya, buang saja.

Kenangan yang indah tidak semuanya memberi pengaruh baik untuk kita. Terkadang, kenangan indah membuat kita terlena sehingga sulit bangun dari mimpi. Terlena dengan mimpi sampai lupa pada kenyataan. Itu salah, kan?

Pada hal yang lebih spesifik, melupakan yang paling susah dilakukan adalah melupakan kesedihan. Bukan hal bijak, menangisi kesalahan dan hal-hal yang telah pergi.

Kedua, saya harus mengingat apa yang harusnya saya ingat.

Setelah berhasil melupakan, yang tersisa kini adalah hal yang saya ingat. Ingatan itu bukan selalu kenangan. Ingatan itu adalah harapan dan kasih sayang.

Saya perlu mengingat harapan karena dengan itulah saya bisa bertahan. Sekecil apapun harapan, akan tetap berharga untuk terus punya motivasi mewujudkan satu persatu tujuan-tujuan hidup.

Namun, harapan juga perlu dibatasi. Jangan berlebihan. Harapan yang berlebihan sama saja seperti menaikkan ekspektasi yang tidak sesuai dengan kenyataan. Kalau ekspektasinya salah, yang mendapatkan sakitnya saya sendiri.

Kasih sayang juga perlu diingat.

Terkadang, saya lupa siapa saja orang yang sungguh-sungguh menyayangi saya. Ada perhatian-perhatian kecil yang seringkali saya abaikan. Sikap baik orang tua, kakak atau adik, saya anggap sebagai hal biasa saja.

Padahal, hal itu tanda sayang mereka pada saya. saya coba ingat, hal-hal kecil yang sering dilakukan ayah-ibu pada saya? Kalau terus dipikirkan, saya sadar bahwa itu sangat berharga.

Saya akan merasa kehilangan atas rasa sayang itu kalau jauh dari mereka. Ketika jarak sudah jauh dan jarang bertemu, saya baru sadar atas perhatian kecil itu.

Terkadang, pikiran saya tak bisa menilai secara benar. Orang yang selama ini memberi kasih sayang malah terlupakan, sedangkan rasa sayang dari orang yang belum terikat pernikahan diprioritaskan.

Ya, rasa sayang itu wajar.

Namun, saya perlu mengingat orang-orang yang menyayangi saya jauh lebih lama. Mereka yang lebih mengenal dan menerima saya apa adanya dibandingkan siapapun juga.

Sepanjang waktu, saya akan terus belajar dan merekatkan hal-hal penting ini dalam benak saya. Saya akan berjuang untuk melupakan apa yang harusnya saya lupakan. Dan saya akan mengingatkan apa yang harus saya.

Sebab hidup ini singkat, memaknai hari dengan lebih dalam adalah pilihan terbaik. Sudah diberi banyak kenikmatan dalam hidup, sudah sepantasnya saya lebih bijak berhargai hidup sebagai bentuk rasa syukur.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun