Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Penasaran Bales Penasaran

1 Oktober 2021   14:12 Diperbarui: 1 Oktober 2021   14:18 158 16
"Bu, boleh Abil nonton film G 30 S PKI?" tanya Abil tiba-tiba. Mendengar pertanyaan bocah 14 tahun itu, ibu Abil langsung terkejut. Dia berhenti melipat pakaian. Kilasan adegan dalam film yang pernah ditonton ibunya semasa SD dulu masih saya teringat jelas. Wajahnya terlihat memerah, tangannya gemetar.
"Buat apa kamu mau menonton itu, Bil?" tanya ibu Abil dengan nada tinggi.

"Abil hanya penasaran, Bu. Ada yang bilang filmnya sadis ya, Bu?" tanya Abil kembali.

"Bukan hanya sadis, Bil, tapi juga sudah seperti binatang!" ucap ibu Abil dengan geligi yang terdengar gemelutuk. Tangannya terkepal. PKI memang kejam!

"Sudahlah, Nak! Kamu boleh saja penasaran dan itu baik. Kamu pun harus tahu sejarah dan Ibu tidak menyalahkan keinginanmu itu. Hanya saja ...," ucapan ibu Abil menggantung dan membuat Abil bertambah penasaran.

Abil sedikit kecewa dengan ucapan ibunya, lalu pergi meninggalkan ibunya sendiri di sana. Ruang tamu menjadi senyap kembali. Di ruang tamu, masih terlihat ibu Abil yang masih tertunduk, matanya menyiratkan kesedihan menatap pintu kamar Abil. Di balik pintu kamar itu ada Abil yang menutup kepalanya dengan bantal dia tidak ingin mengingat ucapan ibunya tadi.

"Aku harus menonton film itu!" tekad Abil kuat.

"Bagaimana pun caranya, aku harus menonton. Biar aku enggak penasaran lagi!" ucapnya kembali.

***
"Eh, Bil, hari ini kita akan nonton bareng loh di aula," ujar Rendra kepada Abil. Wajahnya terlihat murung. Rendra yakin kalau teman sebangkunya itu sedang sedih.

"Nonton apa? Aku sedang enggak tertarik!" jawab Abil ketus.

"Yah, kata bu Maya sih nonton film G 30 S PKI," ucap Rendra.

Sontak saja Abil langsung mendonggakkan dagunya.

"Benarkah itu, Ren?" tanya Abil tidak percaya.

"Iya. Setelah jam istirahat pertama kita disuruh kumpul di aula," pesan Rendra.

Abil teringat peristiwa kemarin bersama ibunya. Ternyata dengan cara seperti ini dia bisa menonton film yang membuatnya penasaran. Ah, syukurlah Abil tidak menonton film itu sendirian. Sekarang terlihat senyum Abil di kedua sudut bibirnya.

"Nah, senyum gitu dong! Dari tadi mukamu asem terus. Apa kamu mau jadi jeruk?" canda Rendra.

Abil tambah tersenyum bahkan dia memajukan bibirnya beberapa centi. Sepertinya rasa penasaran Abil akan terobati. Dia ingin melihat seperti apa PKI dalam film itu? Sekejam itukah PKI sehingga membuat ibunya marah.

***
"Bu, Abil sudah nonton filmnya tadi di sekolah. Kata bu Maya, beberapa adegannya sudah disensor. Beberapa peristiwa  sudah dihilangkan," ucap Abil saat memasuki rumah.

"Ya pasti, kita harus bersyukur bisa merasakan kemerdekaan, Bil. Para pahlawan yang gugur karena kekejaman PKI sangat berjasa sekali untuk negara ini," nasihat ibu Abil.

"Iya, Bu. Abil tahu. Penjajah di mana-mana menyisakan kesedihan. Semoga negara ini tetap terjaga dari keburukan penjajahan ya, Bu," ucap Abil.

"Maksudnya kita masih dijajah, Bil?" tanya ibunya bingung.

Abi tersenyum melihat wajah bingung ibunya. Ternyata, ibunya mudah sekali dibuat penasaran oleh Abil. Penjelasan gurunya di sekolah sudah cukup memberikan gambaran kalau PKI itu memang kejam.

"Duh, maksudnya apa, Bil? Ayo, katakan! Apa kita sedang dijajah? Kalau begitu kita harus berjuang sampai titik darah penghabisan!" seru ibu Abil penuh semangat.

Kali ini senyum Abil bertambah lebar. Seru juga melihat ibunya bersemangat seperti ini. Apa Abil harus jelaskan kepada ibunya tentang penjajahan yang dia maksud.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun