Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan

Apa Itu Kinerja?

3 Mei 2013   12:22 Diperbarui: 4 April 2017   18:11 10568 0

APA ITU KINERJA

Oleh: Drs. MaruasasSianturi, M.Pd

Widyaiswara PPPPTK Medan

Akhir ini mengenai kinerja menjadi perbincangan hangat dikalangan para pengambil keputusan baik instansi pemerintah maupun swasta yang selalu menyoroti bagaimana kinerja staf atau karyawannya. Penilaian tentang kinerja individu staf atau karyawan semakin penting ketika suatu organisasi atau lembaga akan melakukan reposisi staf atau karyawan. Artinya bagaimana organisasi/lembaga harus mengetahui faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja, dan apakah masing-masing staf atau karyawan sudah diberi kesempatan untuk mengaktualisasikan diri dalam pekerjaannya? Hasil analisis akan bermanfaat untuk membuat program pengembangan SDM secara optimum. Pada gilirannya kinerja individu akan mencerminkan derajat kompetisi suatu organisasi/lembaga. Apakah sebenarnya arti kinerja itu? Berikut ulasan yang dirangkum dari buku “Performance Appraisal”, karangan Veithzal Rivai dan Ahmad Fawzi Mohd,M.B.A, 2005, Rajagrafindo Persada.

Kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama periode tertentu di dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Jika dilihat dari asal katanya, kata kinerja adalah terjemahan dari kata performance, yang menurut The Scribner-Bantam English Distionary, terbitan Amerika Serikat dan Canada (1979), berasal dari akar kata “to perform” dengan beberapa “entries” yaitu: (1) melakukan, menjalankan, melaksanakan (to do or carry out, execute); (2) memenuhi atau melaksanakan kewajiban suatu niat atau nazar ( to discharge of fulfill; as vow); (3) melaksanakan atau menyempurnakan tanggung jawab (to execute or complete an understaking); dan (4) melakukan sesuatu yang diharapkan oleh seseorang atau mesin (to do what is expected of a person machine).

Beberapa pengertian berikut ini akan memperkaya wawasan kita tentang kinerja.

1.Kinerja merupakan seperangkat hasil yang dicapai dan merujuk pada tindakan pencapaian serta pelaksanaan sesuatu pekerjaan yang diminta (Stolovitch and Keeps: 1992).

2.Kinerja merupakan salah satu kumpulan total dari kerja yang ada pada diri pekerja (Griffin: 1987).

3.Kinerja dipengaruhi oleh tujuan (Mondy and Premeaux: 1993).

4.Kinerja merupakan suatu fungsi dari motivasi dan kemampuan. Untuk menyelesaikan tugas atau pekerjaan, seseorang harus memiliki derajat kesediaan dan tingkat kemampuan tertentu. Kesediaan dan keterampilan seseorang tidaklah cukup efektif untuk mengerjakan sesuatu tanpa pemahaman yang jelas tentang apa yang akan dikerjakan dan bagaimana mengerjakannya (Hersey and Blanchard: 1993).

5.Kinerja merujuk kepada pencapaian tujuan karyawan atas tugas yang diberikan (Casio: 1992).

6.Kinerja merujuk kepada tingkat keberhasilan dalam melaksanakan tugas serta kemampuan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Kinerja dinyatakan baik dan sukses jika tujuan yang diinginkan dapat tercapai dengan baik (Donnelly, Gibson and Ivancevich: 1994).

7.Pencapaian tujuan yang telah ditetapkan merupakan salah satu tolak ukur kinerja individu. Ada tiga kriteria dalam melakukan penilian kinerja individu, yakni: (a) tugas individu; (b) perilaku individu; dan (c) ciri individu (Robbin: 1996).

8.Kinerja sebagai kualitas dan kuantitas dari pencapaian tugas-tugas, baik yang dilakukan oleh individu, kelompok maupun lembaga/organisasi (Schermerhorn, Hunt and Osborn: 1991).

9.Kinerja sebagai fungsi interaksi antara kemampuan atau ability (A), motivasi atau motivation (M) dan kesempatan atau opportunity (O), yaitu kinerja = ƒ (A x M x O). Artinya: kinerja merupakan fungsi dari kemampuan, motivasi dan kesempatan (Robbins: 1996). Dengan demikian, kinerja ditentukan oleh faktor-faktor kemampuan, motivasi dan kesempatan. Kesempatan kinerja adalah tingkat-tingkat kinerja yang tinggi yang sebagian merupakan fungsi dari tiadanya rintangan-ringtangan yang mengendalikan karyawan itu. Meskipun seorang individu mungkin bersedia dan mampu, bisa saja ada rintangan yang menjadi penghambat.

Berdasarkan pendapat di atas, kinerja adalah kesediaan seseorang atau kelompok orang untuk melakukan sesuatu kegiatan dan menyempurnakannya sesuai dengan tanggung jawabnya dengan hasil seperti yang diharapkan. Jika dikaitkan dengan performance sebagai kata benda (noun) di mana salah satu entrinya adalah hasil dari sesuatu pekerjaan (thing done), pengertian performance atau kinerja adalah hasil kerja yang dapat dicapai oleh seseoarng atau kelompok orang dalam suatu organisasi sesuai dengan wewenang dan tanggung jawab masing-masing dalam upaya pencapaian tujuan organisasi secara legal, tidak melanggar hukum dan tidak bertentangan dengan moral atau etika.

Bagan Dimensi Kinerja

Dari gambar dimensi kinerja adapat kita simpulkan bahwa seorang karyawan tidak akan dapat mencerminkan kinerjayang baik bila tidak mempunyai kemampuan, motivasi dan peluang untuk berprestasi. Ketiga unsur kemampuan, motivasi dan peluang, saling berkaitan satu sama lain, dan sama-sama harus dimiliki untuk mencapai kinerja yang diharapkan.

Kinerja dalam menjalankan fungsinya tidak berdiri sendiri, tapi berhubungan dengan kepuasan kerja dan tingkat imbalan, dipengaruhi oleh keterampilan, kemampuan dan sifat-sifat individu. Oleh karena itu, menurut model partner-lawyer (Donnelly, Gibson and Invancevich: 1994), kinerja individu pada dasarnya dipengaruhi oleh faktor-faktor; (a) harapan mengenai imbalan; (b) dorongan; (c) kemampuan; kebutuhan dan sifat; (d) persepsi terhadap tugas; (e) imbalan internal dan eksternal; (f) persepsi terhadap tingkat imbalan dan kepuasan kerja. Dengan demikian, kinerja pada dasarnya ditentukan oleh tiga hal, yaitu: (1) kemampuan, (2) keinginan dan (3) lingkungan.

Oleh karena itu, agar mempunyai kinerja yang baik, seseorang harus mempunyai keinginan yang tinggi untuk mengerjakan serta mengetahui pekerjaannya. Tanpa mengetahui ketiga faktor ini kinerja yang baik tidak akan tercapai. Dengan kata lain, kinerja individu dapat ditingkatkan apabila ada kesesuaian antara pekerjaan dan kemampuan. Kinerja individu dipengaruhi oleh kepuasan kerja. Kepuasan kerja itu sendiri adalah perasaan individu terhadap pekerjaannya. Perasaan ini berupa suatu hasil penilaian mengenai seberapa jauh pekerjaannya secara keseluruhan mampu memuaskan atau memenuhi kebutuhannya.

Kepuasan tersebut berhubungan dengan faktor-faktor individu, yakni: (a) kepribadian seperti aktualisasi diri, kemampuan menghadapi tantangan, kemampuan menghadapi tekanan, (b) status dan senioritas, makin tinggi hierarkis di dalam organisasi lebih mudah individu tersebut untuk puas; (c) kecocokan dengan minat, semakin cocok minat individu semakin tinggi kepuasan kerjanya; (d) kepuasan individu dalam hidupnya, yaitu individu yang mempunyai kepuasan yang tinggi terhadap elemen-elemen kehidupannya yang tidak berhubungan dengan kerja, biasanya akan mempunyai kepuasan kerja yang tinggi.

Berdasarkan uraian di atas, banyak pertanyaan yang perlu direnungkan, terutama para pemegang keputusan baik swasta maupun pemerintahan? Apakah para pejabat telah mencerminkankinerja yang baik, Apakah para pemegang keputusan memiliki kemampuan mengambil resiko untuk meningkatkan kinerja lembaga yang ia pimpin? Apakah para pemimpin memiliki motivasi untuk meningkatkan kinerjanya?Apakah para pemimpin memberikan peluang bagi bawahannya untuk meningkatkan kinerjanya? Dan bagaimana bila seorang pemimpin tidak mencerminkan kinerja yang baik? Dan sebagainya.

Kita patut merasa bangga dengan kinerja beberapa departemen dalam pemerintahan, sebagai contoh:Kepolisian dibawah pimpinan Jend. Pol. Sutanto berhasil memberantas perjudian dan premanisme dengan taruhan jabatan, apakah satuan pengamanan lalu lintas tidak ikut didalamnya? Hal tersebut dicerminkan masih sembrautnya lalu lintas terutama di kota, sampai kapan Polantas sanggup berdiri diperempatan jalan? Sekarang Jend. Sutanto sudah purnabakti, muncul jenderal-jenderal baru yang banyak tersangkut dengan korupsi, geng motor dan premanisme yang makin merajalela, apa program kepolisian untuk membrantas hal tersebut??? Departemen Kehutanan yang dulunya dibawah pimpinan menteri MS. Kaban berhasil membrantas sebagian ilegal logging, nah sekarang penyakit lama kambuh lagi. Pak Jokowi sedang gencar-gencarnya lelang jabatan mulai dari kelurahan sampai tingkat yang lebih tinggi, Apakah program tersebut hanya sesaat atau akan berlanjut? Atau akankah dicontoh pemerintah kabupaten/Kota yang lain? Lantas apakah hasil yang dicapai selama ini akan ditingkatkan atau ditinggalkan oleh generasi mendatang? Dan bagaimana dengan kinerja departemen yang lain?

Demikian halnya Departemen Pendidikan yang anggarannya akan menjadi 20% dari APBN tahun 2009, apakah kualitas pendidikan akan meningkat, atau para pengambil keputusan berlomba menciptakan proyek untuk menampung dana tersebut? Pelaksanaan Ujian Nasional merupakan kegiatan rutin Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, kenapa makin tahun makin tak beres?. Pengamatan penulis semenjak otonomi daerah diberlakukan, pendidikan kurang mendapat perhatian dari pemda atau pemkot, hal tersebut terlihat dari biaya operasional sekolah yang tidak menentu, pengelola pendidikan bukan orang pendidikan, sarana dan prasarana sudah jauh ketinggalan bahkan tidak layak, kompetensi guru sudah usang digilas zaman, jabatan pada dinas pendidikan sudah menjadi jabatan politis bukan jabatan karir, kebutuhan pokok minimunguru belum terpenuhi dan masih banyak masalah yang tersentuh.

Para pimpinan mohon tetapkan apa yang betul-betul Anda inginkan untuk meningkatkan kinerja,sehingga Anda akan berhenti berupaya menangkap burung di langit, dan segera mulai menggali emas di bawah kaki Anda.

Rujukan:

H. Syarief. 1997. Peningkatan Kualitas Sumber Daya Manusia. Jakarta: Internesa

Harrison Rosemary.1993. Human Resource Management. Issues and Strategies. Wokingham, England. Adison-Wesley. Pub. Co

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun