Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Mengagumi Tukang Ojek Peduli Wisata Pasca Tsunami

5 November 2019   00:37 Diperbarui: 5 November 2019   00:46 33 0
Pasca tsunami Selat Sunda yang menerjang kawasan wisata Taman Jaya dan Ujung Kulon beberapa waktu lalu, terasa sangat memukul kehidupan pelaku pariwisata di Kabupaten Pandeglang, Banten. Namun, musibah yang pernah terjadi tidak membuat pelaku usaha pariwisata pasrah begitu saja, geliat membangkitkan wisata terus digalakan.

Seperti yang dilakukan Herwandi, warga Cilegon yang berprofesi sebagai tukang ojek. Kesehariannya menyusuri aspal, siap mengantar siapa saja yang berencana mengunjungi tempat wisata terbaik. 

Bapak dengan satu anak itu usianya hampir berkepala 4. Saya mengenalnya sejak 8 tahun silam. Setelah lama tidak bertemu, saya melihat sosoknya tidak banyak berubah. Kalem, apa adanya, dan bersahaja. Kulitnya yang menghitam terbakar matahari, membuktikan karakter pekerja keras.

Berbincang dengannya, sungguh menyenangkan. Apalagi sudah sangat lama tidak berjumpa, kemudian mendapatkan nomor telponnya dari seorang kawan. Hingga di suatu sore, saya mengajak Kang Wandi (sebutan akrab) untuk sekedar ngopi di Kawasan Krakatau Jungel.

Setelah pesanan 2 gelas kopi hitam dan makanan ringan sebagai pelengkap diantar pelayan, Kang Wandi masi asik memainkan gawai.

Tukang ojek itu memang terlihat serius. Bukan untuk cek order aplikasi ojek online, Kang Wandi tidak terdaftar di perusahaan apa pun.

"Maaf, ya, sebentar," katanya. Saya membalas dengan senyuman. Sepertinya ada yang serius dengan percakapan di aplikasi WA.

"Masi inget dengan Alberto?" kata Kang Wandi kemudian. Ia meletakan gawai ke samping meja. Matanya menatap saya.

"Siapa?" Saya mencoba mengingat.

"Bule dari Spanyol yang dulu saya bawa ke Gunung Krakatau. Baru saja chat saya ini," kata Wandi dengan nada riang.

Tentu saja saya masi ingat. Sama halnya mengingat awal pertemuan saya dengan Kang Wandi di Pantai Anyer, 8 tahun silam.

Saya masi ingat cerita Kang Wandi mengenai sosok Alberto. Saya pun sempat saling sapa dengan bule Spanyol itu di Facebook.

Ya, jadi ceritanya pertemuan Kang Wandi dan Alberto memang tidak disengaja. Saat itu, Alberto sedang berjalan kaki di trotoar jalan Kota Cilegon. Kang Wandi yang mahir berbahasa inggris menyapanya.

Singkat cerita, Alberto jadi terkesan dengan Kang Wandi. Hingga turis yang ingin menjelajahi keindahan Banten itu meminta Kang Wandi menjadi Tour Guide.

Kang Wandi kemudian mengantar Alberto di sejumlah wisata, seperti Curug Gendang di Carita, Kawasan Taman Jaya, Ujung Kulon, dan melihat lebih dekat Gunung Anak Krakatau yang lagi aktif dari Pulau Panjang. Alberto juga sempat menginap beberapa hari di rumah Kang Wandi.

"Alberto dalam waktu dekat mengajak saya ke Mentawai di Sumatra Barat. Dia berencana akan membangun hotel di sana," katanya.

Sejak Alberto kembali ke negaranya, hubungan dengan Kang Wandi tidak pernah putus. Komunikasi selalu terhubung dengan Facebook dan Whatsapp.

Saya masi ingat, ketika saya pernah menulis perjalanan wisata Mister Alberto dan Kang Wandi, diterbitkan di media lokal, Alberto mengirimkan pesan ucapan terimakasi.

Ingat betul saat itu Alberto mengungkapkan, "Wandi adalah sahabat terbaik yang saya miliki di dunia ini. Orangnya baik, jujur, apa adanya. Membuat perjalanan menyenangkan." Kata-kata itu membuat saya kagum dengan sosok Kang Wandi.

Meskipun Kang Wandi hanya lulusan SMP, kemampuan berbahasa Inggrisnya lumayan bagus.  Kang Wandi mengaku hanya belajar dari lirik lagu dan subtitle film. Kemudian mencoba untuk bicara bahasa Inggris. Pengalaman yang membuat Kang Wandi semakin mahir.

Alberto adalah turis yang paling berkesan bagi Kang Wandi. Setelah kepulangannya, Kang Wandi mengungga dokumentasi perjalanannya di Facebook. Tidak disangka, foto dan video keindahan wisata Banten saat itu mendapatkan perhatian dari sejumlah turis.

Disebut sebagai Tour Guide, Kang Wandi langsung menolaknya. Menurutnya tidak pantas karena tidak terdaftar di kelompok atau perusahaan penggiat wisata. Apa yang dilakukan Kang Wandi hanya kemauan sendiri. Jika pun ada turis yang ingin diantar jalan-jalan, itu karena pemasaran yang dilakukan.

Kang Wandi sering menawarkan keindahan wisata dengan mengirim pesan di setiap akun facebook orang bule. Mengirim gambar dan bercerita. Berharap mendapatkan respon yang baik dan mau datang.

Dalam rentan waktu yang cukup lama, Kang Wandi setia menjadi tukang ojek. Namu hanya motor menjadi alat transportasi yang sudah membawa banyak orang untuk menikmati wisata keren di Banten, tidak hanya bule, turis lokal pun oke.

Kang Wandi tidak pernah memasang tarif seperti layaknya jasa Tour Guide. Traveling menjadi hobinya. Mengantar orang sama saja menikmati jalan-jalan.

Keahlian Kang Wandi yang sering membawa turis ini justru dilirik oleh pemilik penginapan. Jadi ada kerjasama dengan Kang Wandi untuk mengajak siapa pun yang dibawanya menginap. Kang Wandi lagi-lagi tidak menganggapnya kerjasama bisnis, jika pun membawa turis, Kang Wandi tidak pernah meminta bagian. Anggap saja membantu geliat usaha pariwisata. Untungnya pemilik penginapan itu tau diri dan selalu memberikan sejumlah uang.

Sudah hampir setahun rasanya, pesisir Selat Sunda digulung tsunami. Kang Wandi merasa prihatin jika mendengar keluhan pemilik usaha hotel yang sepi pengunjung.

"Kita harus bantu, bro. Minimal membuat cerita baik ke orang-orang, kawasan wisata Taman Jaya dan Ujung Kulon masi bagus dan aman," katanya.

Hantaman gelombang tsunami tidak semua menghancurkan penginapan atau hotel. Kata Kang Wandi, tsunami seperti pilih-pilih, ada yang tersapu air laut dan ada yang tidak. Saya pun mengamini, sempat menjadi relawan pasca tsunami. Garis pantai dan pulau-pulau masi cantik seperti sebelum dijamah gelombang tsunami.

Sosok yang visioner sebagai individu yang peduli dengan wisata Banten. Siapa pun yang bertemu dengannya, pasti akan mendapatkan cerita keindahan darinya. Dari cerita-cerita itu, menjadi media promosi yang berpengaruh besar. Kang Wandi hanya ingin meninggalkan kesan yang baik dari apa yang sudah dilakukannya.

Kehidupan yang sederhana, namun pengalaman dan wawasan Kang Wandi sangat luas. Ia sadar tidak setiap hari ada turis, atau minggu, bahkan sebulan. Di tengah arus persaingan jasa ojek online, Kang Wandi tetap bertahan dengan idealis, menjadi tukang ojek pengkalan.

Kabar baiknya, banyak pelanggan yang selalu menghubungi ketika butuh bantuan. Bahkan dipercaya untuk membawa barang berharga.  Selain itu, kerjasama mengantar barang dengan pemilik usaha londry kiloan, bagi hasil sebesar 20 sangat cukup memenuhi kebutuhan ekonomi keluarganya. Jika disebut sebagai tukang ojek pangkalan pun, Kang Wandi sudah disibukan dengan panggilan pelanggan 

"Bagi saya, siapa pun tak anggap sebagai teman. Jadi semua jadi baik sama saya," katanya dengan lugu.

Ah, kembali lagi pada Alberto, dalam waktu dekat tukang ojek ini akan menyusuri Pulau Sumatra. Tujuan utama Pulau Mentawai, namun perjalanan yang direncanakan menghabiskan waktu satu bulan tentunya akan menjadi petualang seru, turut mendatangi tempat wisata yang menarik.

Tidak lupa, Kang Wandi akan mengajak bule itu eksplore keindahan wisata Banten lainnya.

Itulah kesan yang sangat menarik dari sosok tukang ojek. Percaya bahwa rizki bisa datang dari banyaknya silaturahmi. Komunikasi yang baik juga akan membangun relasi yang luas. Tentu akan memperluas kesempatan mendatangkan rizki 

Profesi apa pun, jika dikerjakan sebaik-baiknya dan profesional, keberuntungan takdir akan selalu menyertai.

Guwer lagi kopinya Kang Wandi. Sambil nunggu respon pembaca kompasiana yang ingin liburan ke Taman Jaya dan Ujung Kulon.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun