Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Kursi Pagi

3 September 2021   06:00 Diperbarui: 3 September 2021   05:59 263 12
Kursi Pagi

Rinai hujan menyambut pagi, disahuti kicau burung di atas dahan. Nyanyian alam dalam kesunyian. Lembaran hari baru terbuka di depan.

Perempuan itu melangkahkan kaki untuk menjerang air panas. Tangan menuang kopi dalam cangkir diikuti seduhan air panas.

Seperti hari-hari lalu, kursi di halaman belakang telah menanti. Bukan hanya ingin ditemani. Suatu kali dia berbisik kepada udara pagi. Dia ingin disambut dengan senyum. Bukan muka muram dan masam.

Baiklah. Khusus pagi ini perempuan itu mengulas senyum untuknya dalam nikmat secangkir kopi. Tak perlu kau tanyakan arti senyumnya. Dia sedang merasa dalam pejam mata.

Kursi pagi bahagia. Lupa selupa-lupanya akan hari-hari penuh luka. Udara pagi ini telah menerbangkan kesedihannya. Dia tak lagi berbisik pada udara pagi. Tapi bersenandung lagu cinta.


Perempuan itu masih duduk termenung. Kursi pagi diam menunggu baris kata. Lama tak ada suara. Tetiba meluncur dari bibir mungil perempuan itu. Dalam lirih tak berdaya, "Keparat itu sudah pergi!"

Kursi tercengang tak percaya. Dalam samar dia tersenyum bahagia. Tak ada lagi yang menendangnya.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun