Mohon tunggu...
KOMENTAR
Cerpen Pilihan

Kartini dan Kartono-ku

21 April 2021   21:00 Diperbarui: 21 April 2021   21:03 162 14
Hari itu adalah hari Sabtu. Sepulang kuliah, aku bergegas menuju terminal bis untuk pulang ke rumah. Perjalanan dengan bis AKAP ini kutempuh selama kira-kira 3 jam.

Sampai di rumah, ternyata ibuku sudah bersiap dengan sanggul dan kebaya. Ya, hari itu tanggal 21 April. Ibuku ikut acara Kartini di PKK dusun.

Entahlah, acaranya tak kuingat jelas. Ada beberapa lomba yang diadakan. Salah satunya adalah lomba keluwesan busana dengan kebaya dan sanggul.

Aku masih ingat karena aku tertawa-tawa melihat peserta lomba yang berjalan seperti peragawati di catwalk. Bagiku yang masih muda waktu itu, acara ini ribet.

Ada kakak sepupuku yang ikut lomba ini. Memang dasarnya kemayu, dia berjalan dengan anggun dan luwes. Kalau tak salah ingat, dia akhirnya menang.

Bagaimana dengan ibuku? Ah, ibuku bukan perempuan ambisius. Beliau hanya perempuan aktif yang tak bisa berpangku tangan. Beliau suka berpartisipasi di acara-acara seperti itu (yang menurutku ribet hehe) bukan untuk menang. Tapi itulah ibuku.

Ibuku seperti banyak energi dan tak ada capeknya. Beda dengan aku yang ingin semua serba nyaman dan teratur. Ibuku berani mengambil keputusan dan menjalaninya. Benar-benar ampuh, kataku.

Bayangkan, waktu itu kakakku sedang menunggu lahiran anak pertamanya yang notabene cucu pertama ibuku. Aku saja antusias karena akan jadi seorang tante. Apalagi ibuku.

Kakakku tinggal di kota lain yang berjarak kurang-lebih satu jam dari rumah. Hari Jumat, ibuku sudah menemani kakakku di rumah sakit. Tapi karena acara Kartini-an ini, ibu sengaja pulang sebentar.

Kira-kira jam 4 sore, kami mendapat kabar itu : "Kakak sudah melahirkan!" Aku lupa lewat apa kabar tersebut disampaikan. Iparku sudah punya handphone seingatku. Sepertinya dikabarkan ke saudara ibu yang punya usaha wartel.

Aku dan ibuku langsung bergegas pergi. Ibu hanya mengganti baju dan kainnya untuk berganti baju biasa. Sedangkan sanggul dan polesan make up tetap dibiarkan.

Ya ampun, aku malu sebenarnya waktu itu. Tapi ibuku santai dan percaya diri. Padahal kami harus naik angkutan umum. Tapi begitulah ibuku. Aku maklum. Siapa yang tidak semangat ingin melihat cucu pertama dalam keluarga?

Jadilah, aku dan ibuku dalam bis AKAP menjadi perhatian orang-orang. Ada ibu-ibu dengan sanggul dan make up yang medok dalam bis hihihi...

Mungkin penumpang lain yang melihat tersenyum dan maklum. Namanya hari Kartini selalu identik dengan perempuan berkebaya dan bersanggul. Meskipun untuk kasus ibuku, Kartini sedang kesasar! Hehehe

Namun, aku rasa waktu itu semua maklum melihat rona bahagia yang terpancar dari wajah ibuku. Rona bahagia seorang nenek baru!

Ibuku sudah tak memikirkan respon orang lagi. Beliau hanya memikirkan seperti apa cucu laki-lakiku. Benar saja, turun dari bis, ibuku berjalan cepat seolah ingin lari saja menuju rumah sakit kecil itu. Aku pun terseok mengikutinya.

Hmmm... dua puluh tahun telah berlalu, namun kenangan hari itu tak pernah pudar karena cerita lucu ibuku. Salah satu hari termanis melihat ibuku menggendong cucu pertamanya.

Hari Kartini adalah juga hari lahir seorang "Kartono" , cucu pertama dalam keluargaku. Juga hari yang memorabel karena ibu "Kartini" -ku, perempuan tangguh itu telah menjadi nenek.


Cikarang, 21 April 2021

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun