Mohon tunggu...
KOMENTAR
Puisi Pilihan

Di Selasar Sepi, Kau Rayu Isak Tangisku

23 September 2020   09:09 Diperbarui: 23 September 2020   09:13 369 41
Sudah cukup hidup dalam kepura-puraan itu katamu. Saat bersamamu, aku bisa menunjukkan kebenaran padamu. Bukan karena keinginan, air mataku tumpah. Aku menerima kasih sayang yang palsu dari seseorang, seseorang yang membuat wajahku basah. Seseorang yang mengatakan aku adalah tondi-tondinya.

Sejak ketidakadilan sering mengakrabi hidupku. Aku sering dipandang sebelah mata oleh seseorang itu. Terkadang timbul niat jahat di langit nalarku, aku ingin melupakan dan meninggalkan seseorang itu. Nyatanya, aku seringkali bersitegang dengan hatiku untuk melakukan pilihan itu.

Dalam kepatahan hati yang kurasa, aku memutuskan untuk berbagi rahasia padamu. Rahasia dari rasa yang kualami karena seseorang itu. Kau seorang pria yang bersedia menyalakan malam untuk ceritaku. Pria yang kukenal sejak Desember 2012. Kau terdiam sebentar mendengar isak tangisku.

Kau mencari susunan kata-kata yang tepat untuk memberi jawaban padaku. Kau rayu isak tangisku, menenangkan perasaanku. Agar aku tidak menjadi perempuan yang disandera tangisan.

Di selasar sepi yang kurasa.
Aku tahu, aku dapat merasakan getaran kepedulian darimu. Tatap yang kau berikan tak memiliki tatap yang hampa.

Sungguh, kau pria yang istimewa. Ah, terkadang pikiranku liar, aku ingin memilikimu. Lalu aku melihat dan tersadar, sekarang ini kau pria yang sudah memiliki cinta di hatimu. Jika sudah bicara cinta, aku tak akan membiarkan perasaanku tumbuh subur untuk menjadi pembunuh pada cinta yang sudah kau punya.

Aku tahu sakitnya dilukai. Aku tak ingin, pria yang sudah merayu isak tangisku, dilukai oleh perasaanku yang liar.

*tondi-tondi = kesayangan

***
Rantauprapat, 22 September 2020
Lusy Mariana Pasaribu

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun