Aku menyukai perputaran waktu saat detik menunjukkan pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Aku tak menyembunyikan diri dari keramaian aksara
Aku abjad yang menggoda
Kau kata yang menyelaraskannya hingga menjelma menjadi kalimat yang bermakna
Pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Aku mulai menghamburkan diri ke dalam simfoni bait-bait syair
Aku pun melukis warna di galeri diksiku
Kau adalah peristiwa di dalam kanvas kataku
Pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Aku membenamkan dan mendamparkan diri pada virus sastra
Kau membawa cerita untukku
Aku pun menulis untukmu
Pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Aku melepas rindu melalui puisi
Kau jatuh cinta pada puisi
Aku dan kau sama-sama menikmati seni yang terperangkap pada puisi
Di hariku, pada pukul tujuh lebih tujuh menit pagi
Aku meninggalkan kesendirian dan kesepian
Aku tak ingin kecurian waktu untuk melemparkan pandangan, mencari dan menemukan makna dari indahnya aksara yang diinginkan hatiku
Kau pun menemukan diriku dalam aksara yang telah kuselesaikan dan akhirnya kau baca
Kemudian aku mengerti dan menyakini, kenapa aku menyukai pukul tujuh lebih tujuh menit pagi?
Aku bahagia dan bersukaria dengan pohon kata-kata
Aku pun bisa tersenyum melalui kata yang kutulis, dan menjadi tulisan yang utuh
Kau juga ada di dalam tulisan-tulisanku, dan menjadi sejarah di semesta perasaanku juga di wajah kehidupanku
***
Lusy Mariana Pasaribu