Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Air Pasang yang Mengusik Langkah Santri Penulis

23 April 2021   23:18 Diperbarui: 24 April 2021   02:11 214 2
AIR PASANG YANG MENGUSIK LANGKAH SANTRI KECIL PENULIS
Oleh : Lukman Nur Hakim

Pada Ramadhan 1422 H, penulis mengadakan pengajian khusus anak-anak di rumah setelah sholat terawih dan subuh, yang sebelum bulan ramadhan, penulis hanya sekali saja, mengajar ngaji setelah sholat magrib.

Diawal Ramadhan pengajian berjalan dengan lancar. Anak-anak semangat mengikuti belajar membaca Al-Qur'an bersama penulis dengan baik. Walaupun kadang terlihat masih terlihat capai dan  ngantuk saat ngaji setelah sholat subuh.

Namun mulai puasa hari kesembilan sampai sebelas ini. Para santri kecil penulis mulai luntur semangatnya. Bukan karena malas atau masih ngantuk. Tetapi rob mulai datang mengganggu perjalan santri kecil penulis.

Bagi masyarakat pantai,  rob menjadi tamu  langganan  yang  tanpa permisi memasuki rumah mereka. Menggenai seisi lantai rumah,  mesin air harus diangkat dan sandal-sandal ikut harus diamankan juga,  kalau tidak ingin hanyut terbawa air ke laut.

Ron di Ramadhan  kali ini, tentu berdampak pada kelancaran perjalan jamaah terawih menuju mushala atau masjid.  Dan tidak ketinggalan pula berdampak pada ketidakhadiran santri-santri kecil nan mungil untuk belajar ngaji di rumah penulis.

Rumah penulis yang setiap setelah sholat terawih dan subuh, penuh dengan canda tawa para santri kecil yang mau ngaji. Kini terasa sepi dan hening. Padahal dalam hati penulis sangat  menikmati akan canda tawa mereka. Walaupun kadang  ada yang bandel dan harus diingat untuk belajar sendiri sebelum belajar mengaji bersama penulis. Namun penulis bahagia akan kehadiran para santri kecil yang belajar ngaji.

Rob memang peristiwa alam yang  sudah biasa terjadi. Tapi ketika rob datang, membuat rumah penulis sepi akan lantunan ayat-ayat Al-Qur-an dari lisan santri kecil penulis, hingga menembus keruang dalam sejuknya hati. Tanpa derasan air mata mengucur jatuh  membasahi pipi hingga mulut tak kuasa berkata. Kepala menunduk kebawah, mengetuk hati berdzikir.

Semoga derap langka kaki santri kecil penulis, dapat mengantarlan kembali air pasang dirumahnya dengan lancar. Cukup perjalan rob  melewati sungai dan tambak rusak milik petani tambak.

Biarlah jalan aspal, untuk melangkah kaki mungil santri kecil penulis yang membawa mushap kalam Ilahi. Membuat rumah penulis ramai kembali oleh canda tawa mereka dan keindah suara alunan ayat-ayat Al-Qur'an.

Mudah-mudahan besok dipagi hari, rumah penulis mulai lagi diramaikan oleh sautan suara  ayat-ayat Al-Qur'an yang keluar dari lisan santri kecil penulis dan canda tawa mereka bisa bermain dengan teman-teman ngaji, bukan air pasang kembali. Aamiiin.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun