Mohon tunggu...
KOMENTAR
Pendidikan Artikel Utama

Mampir di Rumah Maksiat

9 Mei 2015   12:16 Diperbarui: 17 Juni 2015   07:13 340 1
Apa yang dipikirkan ketika mendengar kata "Reuni" ? suatu acara dimana kita bisa bertemu dengan teman lama, mengenang masa-masa kita bersama dulu. namun sekarang semua itu berubah..

malam itu sekitar jam 9, saya ditawari bergabung dengan teman-teman di sebuah rumah yang terletak beberapa meter saja dari rumah saya, ya bisa dibilang mini reunian, karena hanya dihadiri 5 orang. 3 org perempuan (termasuk saya), 2 orang laki-laki. mereka semua termasuk pemilik rumah adalah teman se SD saya dulu.

tidak aneh memang jika melihat di rumah tsb banyak ABG bergerombol di malam hari. seiring dengan gosip yang beredar, rumah yang bukan sembarang "rumah" itu sudah menjadi rahasia umum, hampir setiap hari saya melewati rumah itu, karena letaknya yang tidak jauh dari rumah dan berada di pinggir jalan. bahkan saya pun sering ditawari mampir dulu kesana. tapi saya selalu menolak dengan alasan malu bergabung dengan orang-orang yang tidak kenal.

pemilik rumah juga sudah terkenal "cabe-cabean", penampilannya yang selalu seksi dan bahasa sehari-harinya yang kasar. bahkan pernah bercerita dengan bangganya dia menjadi artis dangdut saweran. untuk menghargainya, saya ladeni obrolan noraknya itu, padahal saya  ingin sekali menertawakannya.

awalnya saya kira rumah tsb memang tempatnya anak-anak nakal, lama kelamaan saya mulai penasaran seperti apa isinya dimalam hari.

kebetulan malam kemarin saya sempatkan mampir, karena ada teman SD yang sudah lama tidak bertemu mengajak bergabung ke rumah tsb. terbayang masa masa bocah dulu, saat masih polos dan lugu . tapi sekarang semua itu berubah...

saya disuruh duduk di ujung kursi di ruang tamu yang gelap . kami mengobrol dan tiba-tiba salah satu dari mereka menuangkan minuman ke dalam gelas. saya kaget. ya, mereka meminum miras oplosan. saya saat itu hanya berpura-pura sibuk memainkan Hp sambil melihat aksi-aksi mereka yang bodoh. tidak lama salah satu dari mereka menyodorkan gelas ke hadapan saya, mereka semua melihat dengan sinis sambil menyuruh saya meminumnya. dengan setengah memaksa, gelas itu disodorkan ke bibir saya. saat itu saya mulai risih, saya bilang bahwa saya tidak suka oplosan, mereka langsung menjawab dengan marah, "yaudah sini duitnya kalo ga mau oplosan!"

mereka sangat ingin saya meminumnya, saya sadar suasana mulai tidak beres, satu pasangan diantara mereka, yaitu pemilik rumah dengan salah satu teman mulai melakukan hal yang tidak seharusnya dilakukan pasangan bukan muhrim. saya kaget tidak karuan  menontonnya dan mulai mual melihat noraknya mereka.

setelah itu saya memutuskan untuk pulang, tapi usaha itu sia-sia. pintu ditutup dan saya ditarik ke kursi untuk meminum miras oplosan tadi. rambut saya ditarik oleh salah satu teman saya, sebut saja Ayu. meskipun dia adik kelas saya, dia berani mengatakan kata yang kasar dihadapan saya dan membisikan ke telinga, "PENGECUT!" saat itu saya langsung emosi, ingin sekali menyiramkan miras yang saya pegang ke wajahnya. tapi saya kontrol, mencoba mengendalikan suasana karena jika saya berontak, mereka akan melawan dan sudah pasti saya kalah. saya coba menghirup bau minuman tsb, aroma soda nya sangat terasa. saya berpikir bagaimana caranya membuang minuman haram ini tanpa sepengetahuan mereka

entah kenapa mereka terlihat begitu dendam kepada saya, saya mencoba berbaur obrolan dengan mereka tanpa meminum setetespun. saya katakan bahwa saya masih sadar dan tidak berani mencobanya. mereka tertawa dan mengolok-olok seperti kesurupan, padahal saya tau mereka tidak mabuk.

untuk meyakinkan mereka, saya bilang bahwa saya akan mampir lagi besok malam, yaitu malam minggu. dan akan membawakan mereka uang untuk membeli miras. mereka hanya tertawa sinis dan mengizinkan saya pulang, "ditunggu besok malam!" itu yang Ayu katakan saat saya pergi keluar pintu. mereka merasa menang dan bangga dengan apa yang mereka lakukan.

legaa sekali rasanya bisa terbebas dari setan. rasa sedih,emosi,kaget,dll campur aduk. sepanjang jalan menahan tangis. menyedihkan melihat teman sendiri yang tumbuh di daerah yang sama, lingkungan yang sama, dan masa SD yang sama, sekarang berubah total. Ya Allah sadarkanlah mereka..

ironis, di usia kami yang sangat rentan, 16 tahun. sudah tercemar oleh hal-hal negatif. dan mereka merasa bangga! itu yang membuat saya kesal. rasanya ingin membakar rumah itu

apabila hanya faktor lingkungan (external) paling berpengaruh, saya seharusnya sama seperti mereka karena kami tinggal dan tumbuh di daerah yang sama. maka dari itu, faktor lain selain lingkungan (external) ikut serta dalam perkembangan remaja.
Faktor Dalam, Faktor Dasar (intern)
a. Perkembangan Seksualitas

Terbawa oleh perkembangan jasmani yang mendekati dalam masa remaja ini, matang jugalah kelenjar-kelenjar kelamin dalam dirinya, baik bagi anak putri maupun bagi anak putra. Hal ini menumbuhkan adanya desakan-desakan baru didalam jiwa si anak, yaitu desakan yang menghendaki layanan seksualitas. Inilah sebabnya anak putra dan anak putri saling bersedia kembali bekerjasama seperti sebelum berpisah pada fase pueral.

Kesediaan bekerjasama yang lebih mendalam (sampai pemenuhan kebutuhan) rohani ini, menyebabkan keduanya saling menyelidik, sampai di manakah kiranya seluruh kebutuhan ini dapat dilayani oleh lawan jenisnya ini. Tentulah makin cepat mereka mendapatkan pelayanan berarti makin mudah mendapatkan pemenuhan dan itu berarti kurang teliti dalam memilihnya.

Perkawinan semacam inilah yang sering menyebabkan perceraian, oleh karena itu di kemudian hari ternyata pelayanan itu tidak menyeluruh. Untuk mencegah agar hal-hal yang tidak dikehendaki semacam itu, perlu diteliti terlebih dahulu, apakah pertumbuhan kepada lain jenis itu disertai sikap saling hormat menghormati, harga menghargai dan saling melindungi. Bila sifat-sifat itu juga didalamnya, dapat diharapkan bahwa kebutuhan pemenuhan perkembangan seksualitas yang mendesak diri remaja tersebut dapat bertemu didalam bentuk perkawinan yang bahagia.

b. Perkembangan Fantasi

Perkembangan fantasi ini, bermula pada fase kanak-kanak. Tetapi arah perkembangannya berubah pada waktu fase remaja. Setelah menyaksikan tumbuhnya tubuh yang lain dari biasanya pada lawan jenisnya. Melihat itu, mereka saling berfantasi, oleh karena keduanya saling tidak mengerti apakah faedahnya sebelum ia melakukan fungsinya yang sebenarnya.

Si laki-laki bangga dengan kumisnya, tetapi ia tidak mengerti untuk apakah sebenarnya kumis itu. Si wanita bangga dengan miliknya yang menghiasi dadanya, tetapi ia pun belum mengerti faedahnya sebelum kelahiran bayinya. Keduanya saling berfantasi, dan demikian suburlah perkembangan fantasi remaja waktu itu. Dan inilah yang dipergunakan sebagai modal untuk menulis surat dengan bunga-bunga bahasa yang dirasakan bagus sekali untuk dinikmati. Inilah sebabnya mengapa masalah cinta pertama yang sering sukar dihapuskan bekasnya bagi siapapun juga yang mengalaminya.
c. Perkembangan Emosi
Perkembangan ini mulai nampak pada masa remaja fase negative. Pada saat itu emosi remaja serba tidak menentu. Ia sangat gelisah tetapi ia tidak mengerti, mengapa ia demikian resah, gelisah, sedih. Ia bersikap menolak perintah, harapan, anjuran, maupun keinginan orang tua/gurunya, tetapi ia tidak mengerti apa yang akan diperbuat setelah menolak semuanya itu.

Pada akhir fase ini, ia berusaha untuk menjadi pusat perhatian dari lingkungannya. Ia bersikap egois, bahkan ia merasa serba super, sehingga mau tidak mau lawan jenisnya tertarik, mengagumi dan akhirnya berserah diri padanya. Darahnya mudah menggelora, ia adalah pemberani yang kadang-kadang kurang perhitungan, tingkah lakunya kasar, penaik darah, mudah tersinggung dan tidak takut mati. Ini semua hanya berlangsung singkat, kemudian ia berkembang menjadi harmonis sedikit demi sedikit.

Ia mulai memuja sesuatu yang baik, apakah itu keadaan alam, sesuatu hasil seni ataukah itu lawan jenisnya. Ia bersikap memuja, baik kepada gurunya yang meghargai karyanya ataukah itu orang tuanya, yang memuji kepandaiannya, apakah itu seorang gadis yang mengaguminya entah karena apanyapun. Disinilah ia mulai menemukan akunya kembali. Ia mulai percaya kepadanya dan makin harmonislah keadaannya.

d. Perkembangan Kemauan/keinginan

Perkembangan kemauan/keinginan ini sedikit demi sedikit berbelok kearah yang dibutuhkan oleh desakan jasmani dan rohaninya waktu itu. Kadang-kadang keinginan itu demikian mendesak menuntut pemenuhan, sekalipun hanya berujud ketemu gadis pujaan. Inilah mengapwaktu berpacaran, si pacar selalu ingin bertemu, untuk sekedar bertemu muka, jalan-jalan, menonton dan sebagainya.

Tetapi kadang-kadang oleh karena terjadi hal-hal yang lebih mendesak sebagai akibat daripada rangsangan yang kuat maka keinginan itu mudah berkobar, sehingga tidak jarang terjadi hal-hal yang di luar dugaan.

Oleh karena itu sekalipun mereka mendapat kebebasan dari kedua orang tua, namun harus disertai batas-batas kebebasan yang sesuai dengan norma yang baik yang berlaku di masyarakat yang bermoral. Suasana ethis harus diciptakan salama mereka saling bertemu dan orang tua menyaksikan pertemuan itu meskipun hanya untuk sementara.

e. Perkembangan Estetika

Jika pada masa negatif, aspek estetika seakan-akan mengalami kemunduran, maka pada masa-masa berikutnya, sedikit demi sedikit mulai bangun kembali. Jiwa remaja menjelang dewasa ini telah mampu menghayati dunia luar lebih mendalam, sehingga mampu meresapkan apa yang dilihat, didengar dan dirasakannya yang mampu menggerakkan jiwanya.[2]

f. Perkembangan Religi

Bagi remaja, agama memiliki arti yang sama pentingnya dengan moral. Bahkan sebagai mana dijelaskan oleh Adams dan Gullota (1983) agama memberikan kerangka moral sehingga membuat seorang mampu membandingkan tingkahlakunya. Agama dapat menstabilkan tingkah laku dan bisa mamberikan penjelasan mengapa dan untuk apa seseorang berada didunua ini. Agama memberikan perlindungan rasa aman terutama bagi remaja yang telah mencari eksistensi dirinya.[3]

[1] Drs Agus Sujanto, Psikologi perkembangan, (Jakarta: Aksara Baru, 1984), hal. 191-192
[2] Ibid, hal. 195-198
[3] Desmita, Psikologi Perkembangan, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2005), hlm. 208.

http://multazam-einstein.blogspot.com/2013/07/faktor-faktor-yang-mempengaruhi-masa.html

terbukti dua diantara mereka memang broken home. kurangnya perhatian keluarga, keimanan, dan tingkat intelektual yang rendah serta kurangnya kesadaran norma agama.

alhamdulillah, saat itu saya tidak terjerumus bersama mereka, tidak terbayang rasanya jika menjadi seperti mereka.. naudzubillahimindzalik.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun