Mohon tunggu...
KOMENTAR
Humaniora

Durna Naik Haji

16 November 2010   14:20 Diperbarui: 26 Juni 2015   11:33 881 2

Haji merupakan sebuah perjalanan spiritual yang oleh Arnold van Gennep disebut sebagai rites de passage (tamasya ritual) menjadi penanda keberhasilan seseorang membangun dua kekuatan dalam dirinya, yaitu kekuatan psikologis (inward force) dan kekuatan lahiriah (outward force) yang berupa modal kekayaan untuk membayar ONH.

Meskipun menjadi "puncak" dalam melaksanakan rukun Islam, sesungguhnya ibadah haji bukan semata ibadah individual dan tujuan terakhir manusia (final goal) di muka bumi. Sebagai rites de passage, ibadah haji adalah sebuah mobilitas vertikal, yang bertujuan agar manusia menjadi terbuka mata hatinya (be aware) terhadap bahwa kekuasaan Tuhan itu Maha Agung dan apapun yang dimiliki manusia hanyalah sebuah relativisme yang tak abadi.

Haji adalah perwujudan perjalanan napak tilas. Pertama napak tilas tempat dan yang kedua adalah napak tilas perjalanan spiritual Nabi Ibrahim. Napak tilas tempat ditunjukkan dengan penyelenggaraan ibadah yang dilakukan di Mekah, tanpa bisa digantikan tempat lain dalam keadaan bagaimanapun. Karena di Mekah lah berdiri rumah suci Kabah atau Baitullah dimana semua doa akan dikabulkan. Napak tilas kedua ditunjukkan misalnya oleh ritual sa’i antara Shafa dan Marwah yang dirujuk dari kisah Siti Hajar. Ritual ini adalah refleksi bahwa manusia harus berusaha dan bekerja tidak sekedar menengadahkan tangan berdoa dan menegadahkan tangan seolah-olah semuanya akan dijatuhkan Tuhan dari langit.

Haji merupakan puncak spiritualitas. Berhaji berarti pergi menuju Allah. Menunaikan haji berarti siap melakukan recovery dan revolusi atas mentalitas maupun tata laku sosial demi kemaslahatan kemanusiaan yang lebih luas. Inti perjalanan haji ialah menjadikan manusia bukan sekadar manusia, melainkan ia harus menjadi manusia.

Salah besar jika ibadah haji berorientasi atau berkiblat pada pencarian dan mengejar legitimasi publik, gengsi pada relasi dan kerabat yang dulu sudah berhaji, berorientasi politik (political will) dan kepentingan lainnya yang bersifat menghamba pada keduniawian. Kalau itu yang dikehendaki, maka yang diperoleh sepulang dari tanah suci hanyalah adalah haji sebagai gelar, jabatan dan peningkatan status sosial.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun