Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud Pilihan

Kekacauan adalah Kunci Keselamatan?

19 Agustus 2019   13:45 Diperbarui: 19 Agustus 2019   14:06 40 1
Sengkuni adalah kita. Tanpa sadar kita menjadi manusia yang memprovokasi manusia lain, dengan kata-kata atau lebih dari itu. Tanpa sadar kita membisikkan kebencian dengan menyebar hasutan yang lembut bagai benang laba-laba. Mencari aman dengan membunuh sesama. Baik secara maknawi atau secara nyata.

Dalam persepsi sejarah, ini akan terus terjadi sepanjang masa. Dengan model yang berbeda namun pola yang sama. Para Sengkuni akan mengisi posisi penting dalam hajat hidup bermasyarakat. Baik pejabat maupun penjahat akan dijadikan kawan seperjuangan, dia tidak pernah nampak namun selalu ada dalam pengambilan keputusan.

Maka jangan harap ada keadilan, bila sifat-sifat Sengkuni masih bersemayam dalam diri kita. Sifat buruk yang menjadikan Sengkuni sosok yang berbahaya bagi manusia lain. Menghujat, melakukan perundungan, penyebar kabar bohong, dan segala keburukan yang berkaitan dengan kata-kata serta jari kita ini melanggengkan sifat buruk Sengkuni. Jadi untuk memutusnya perlu tekad yang tidak hanya kuat, tapi juga mencegah agar tidak ada lagi bibit-bibit Sengkuni.

Kita semua memiliki rasa takut, takut menghadapi realita yang tidak adil serta orang-orang yang sudah hilang rasa kemanusiaannya. Maka berbagilah derita yang kita alami dengan menceritakan pada orang yang tepat. Meski itu tidak membawa dampak yang signifikan dalam menyelesaikan masalah, setidaknya itu meringankan beban otak kita. Dan jangan sekali-kali membandingkan derita yang dialaminya dengan orang lain. Mungkin niat kita baik namun itu jadi awal bencana baginya dan keinginan buat menggasak manusia lain makin menjadi.

Tidak semua keteraturan menjamin ketenteraman. Kadang itu yang jadi sumber masalah. Ingat karena menganggap hukum astina lebih baik maka negara yang dijajah dipaksa tunduk dengan hukumnya. Menganggap dirinya paling baik menimbulkan bencana bagi orang lain. Maka dari sini awal yang harus kita mulai dalam memutus mata rantai ini. Sebab merasa paling baik itu Justru masa menampakkan diri kita ini lemah.

Semua tergantung kita, apa kita mau meneruskan perjuangan sengkuni yang asli, atau mengatas namakan Sengkuni demi mencapai tujuan kita. Kita selalu berkata ini adalah jalan perjuangan para pendahulu, namun kita lupa menelaah perjuangan mereka secara seksama. Pengamalan tanpa penghayatan malah menghasilkan khayalan sesat yang membahayakan. Semua ada ilmunya dan semua harus melalui tahapan sesuai tingkat pemahaman.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun