Desa yang memiliki sektor penghijauan yang luas serta didampingi mayoritas masyarakatnya petani kentang. Membuat desa itu semakin tampak kesuburanya, apalagi di tempat itu, di pimpin oleh keluarga elit yang bernama Mrs. Marliyn yang kecantikanya tersohor dimana- mana pada saat itu. Dan para gadis- gadisnya yang molek parasnya anggun dan sedikit montok menambah keidealisan desa tersebut untuk para bujangan.
Tetapi dalam desa tersebut memiliki ritual yang aneh pada setiap malam, setiap gadis disana bermuka cantik dan selalu memakai masker muka yang entah terbuat dari apa. Dari prasasti yang dijelaskan memang desa ini mememiliki suatu aturan standarisasi, bahwa Mrs. Marlyn memberi stock untuk setiap gadis- gadis dan perempuan disana agar merawat wajahnya memakai masker muka.
370 ribu penduduk dari desa ubavina, kebanyakan dihuni oleh wanita, hanya 10% pria berkontribusi memajukan desa tersebut. Yang anehnya semua perempuan disana memiliki wajah yang menggairahkan, para turis- turis terbiasa bermalam disana, dan sindikiat prositusi oleh keluarga sendiri, nampak- nampak di depan mata.
Ironis, wanita disana seperti barang dagangan, "Kecantikan telah membutakan akal sehat warganya, padahal seharusnya kecantikan menjadikan sebuah anugerah, bukan menjadikan sebuah alat untuk menindas lainya". Didaerah tersebut pendidikan sangat dilarang, bahkan jika ketahuan mengajar beberapa penduduk desa tersebut, tak segan- segan untuk di esekusi mati. Seperti macam perundang- undangan yang sudah terikat.
Kemudian setiap gadis yang sudah berumur 20 tahun, mereka dipaksa menikah dengan kolongmerat dari negeri seberang, tentu saja atas perintah Mrs. Marlyn, dan yang mendanainya, pantas saja desa tersebut sangat maju dalam hal sektor pertanian, perkebunan, bisnis. Hal itu membuat simbiosis Mutualisme antara kolongmerat dan desa Ubavina semakin erat.