Mohon tunggu...
KOMENTAR
Lyfe Pilihan

Dulu Takut Virus Sekarang Takut (Kerumunan) Manusia

10 Juli 2021   14:53 Diperbarui: 10 Juli 2021   14:55 168 10
Pandemi covid-19 yang berjalan sejak 2019 banyak menghajar sendi kehidupan termasuk menghajar mental.

Walau tiap orang berbeda dalam penerimaan dan menghadapi pandemi ini tetapi tidak sedikit yang jungkir balik dan habis-habisan dalam menghadapinya.

Banyak yang kehilangan mata pencaharian, berkurangnya banyak kesempatan dalam berkarya, berusaha, dan beraktifitas, serta hal lain yang dihajar habis oleh pandemi.

Yang paling menghabiskan energi, biaya,  dan kekuatan mental adalah saat ada yang terkena covid-19 apalagi sampai merenggut nyawa.

Awal mental mulai diserang lalu timbul kecemasan adalah saat ada yang sakit.

Saat pandemi seperti sekarang sakit flu bukan lagi dianggap sakit ringan apalagi kalau flunya sudah menggandeng demam dan sesak napas, biar aman biasanya langsung melakukan swab.

Menunggu hasil swab tes merupakan waktu yang tidak menyenangkan dan sangat mencemaskan. Setelah hasil didapat langkah lanjutannya adalah menindaklanjuti hasil swab.

Jika hasil negatif maka mental akan beristirahat dari kecemasan tetapi berbeda bila hasil yang didapat adalah positif maka kecemasan bergulung-gulung dan membesar setiap waktunya.

Puncak kecemasan adalah saat pertempuran dengan virus karena virus covid-19 ini menyerang cukup ganas hingga jika kalah bertarung nyawa taruhannya.

Kecemasan dari awal pandemi hingga sekarang mengalami pergeseran.

Awal pandemi kecemasan berpusat pada serangan virus tetapi kalau sekarang kecemasan terjadi jika melihat (kerumunan) manusia.

Kalau dulu kecemasan berfokus pada penyebaran virus kalau sekarang fokus agar tidak mendekati kerumunan orang.

Satu hal yang menyedihkan saat interaksi antar manusia sangat dibatasi karena manusia sejatinya adalah mahluk sosial yang suka berinteraksi.

Tetapi karena interaksi apalagi jika tidak dibatasi jarak dan berkerumun akan mempertinggi penularan maka mau tidak mau interaksi sesama manusiapun harus diatur dan berjarak.

Sebenarnya ada langkah sederhana yang bisa diterapkan untuk mencegah kecemasan saat pandemi seperti sekarang ini apapun kondisinya termasuk jika terkena covid-19 yaitu kita hanya diharuskan fokus menghadapi kehidupan saat ini.

Karena tidak jarang stres, cemas, gelisah terjadi karena memproyeksikan apa yang dipikirkan di masa depan dan membayangkan hal buruk yang akan terjadi. Yang dibutuhkan hanya fokus dan menjalani dengan sikap terbaik apa yang dihadapi saat ini.

Stress, worry, and anxiety simply come from projecting your thoughts into the future and imagining something bad. Focused on now.

Sejatinya anugrah terbesar dari Yang Maha Pemberi adalah hidup yang diberikan pada saat ini.

Saat fokus pada kehidupan yang dijalani saat ini maka energi tercurah untuk menjalani sebaiknya apapun kondisi yang sedang dihadapi, dengan kata lain ikhtiar terbaik akan muncul.

Selain fokus pada kehidupan saat ini agar mental kita kuat dapat dilakukan dengan cara mengubah pola berpikir agar berhenti takut pada hal yang salah tetapi fokus pada apa hal benar yang bisa dilakukan.

Stop being afraid of what could go wrong and think of what could go right.

Alih-alih cemas dan takut berlebihan pada virus lebih baik lakukan hal yang benar agar kita terhindar dari virus seperti melakukan protokol kesehatan sebaik mungkin agar tidak tertular atau menularkan pada orang lain, menjaga kesehatan agar imun selalu tinggi, tetap menjalankan aktifitas yang menyenangkan walau di rumah dan lainnya.

Semua dibungkus dan dipondasikan dengan keyakinan terkokoh dan terbesar pada Sang Maha Pemberi yang terbaik.

Semoga rakyat Indonesia selalu sehat dan pandemi ini cepat berlalu sehingga bangsa ini bisa dengan segera dan cepat bangkit dari keterpurukan akibat hajaran pandemi covid-19 ini.


Karla Wulaniyati untuk Kompasiana
Karawang, Sabtu 10 Juli 2021




KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun