Mohon tunggu...
KOMENTAR
Healthy

Teh Manis Versus Teh Asin

10 Agustus 2015   09:56 Diperbarui: 10 Agustus 2015   09:56 294 1
Yang mencandu ternyata bukan hanya ganja, kopi, atau rokok. Tetapi (mungkin) juga teh.

Sebagai lelaki, saya tak gemar menghisap sigaret. Juga jarang menyeruput kopi, serta (syukurlah) tak bersentuhan dengan narkose. Tapi teh bagiku sudah seperti candu.

"Kalau belum minum teh, rasanya seperti belum minum," kilahku kepada anakku, perempuan, kelas 5 SD.

Anak penurut itu kerap aku mintai tolong menjerang teko untuk seduhan teh tawar. Persediaan aku minum dari pagi hingga malam.

Begitulah, seakan air putih tak kuasa memusnahkan dega. Kalau belum mencecap teh tawar, panas maupun dingin, rasanya masih dehaga.

"Air putih itu lebih sehat, lo Yah," saran anakku.

"Delapan gelas per hari," katanya menirukan iklan televisi.

Saya sendiri meyakini, minum air putih lebih menyehatkan. Kadang merasa ngeri melihat kerak kecoklatan di teko bekas teh. Jangan-jangan, dalam organ tubuhku terdapat kerak teh juga?

Default: Teh Tawar
Sejak kecil aku terbiasa minum teh, tepatnya teh tawar. Itu tradisi orang Banyumas.

Dahulu ibu selalu menyeduh teh dalam teko plastik berukuran besar. Air teh itulah yang diminum kami sekeluarga. Jarang sekali minum air putih. Karena air putih itu, dianggap cuma air putih.

Saat aku kecil teh celup belum ada. Adanya teh tubruk atau teh krecek. Yakni daun teh yang dijemur dan dikeringkan secara tradisional (bukan buatan pabrik). Rasanya, sepat bersemu pahit.

Secara default, teh di Banyumas adalah tawar. Bukan teh manis. Kalau Anda bersantap di warung di Banyumas, jika memesan "teh panas" berarti teh tawar.

Kalau ingin manis, maka sebut "teh manis".  Tapi itu dulu, sekarang mungkin sudah berbeda.

Saat kami menikah dahulu, keluarga besanku dari Lasem sempat kaget. Lho kok suguhannya teh tawar? Tentu itu kesalahan saya, tidak menjelaskan tradisi minum teh dari daerah yang berbeda.

Mengapa orang Banyumas gemar menyeduh teh tawar? Mungkin karena pengaruh hawa dingin pegunungan (gunung Slamet). Sehingga warga butuh air minum yang menghangatkan. Di sisi lain, mengasup gula berlebihan tentu kurang sehat.

Di Semarang (dan banyak daerah lain), defaultnya adalah teh manis. Jadi kalau Anda menghindari gula, sebutlah teh tawar.

Teh Asin
Di Kalimantan, default teh adalah asin. Itu kata tetanggaku, yang berasal dari Pontianak.

Konon, air sukar didapat di Borneo. Kadang hujan pun ditampung untuk dijadikan air minum. "Makanya ditambah garam, agar rasanya tak terlampau tawar," cerita tetangga yang orang Dayak itu. Tapi mungkin cuma "berlaku" di sebagian Kalimantan, ya?

Air Putih Dingin
Sekarang, kegemaranku minum teh terancam. Itu sejak hasil laborat di sebuah rumah sakit swasta mengatakan ada batu di ginjalku. Untungnya, saat dironsen tidak ketemu. Jadi aman... Tapi saya tetap ingin mengurangi teh.

Berkaitan dengan upaya "diet" air teh, anakku perempuan rajin menaruh air putih dalam lemari pendingin. Kemudian menyodorkannya padaku pada siang hari.

"Minumlah air putih dingin, ayah. Segar lho," katanya.

Ah benar juga, air putih ternyata enak, segar, sekaligus menyehatkan. Setidaknya, tak lagi was-was dengan ginjal.

Anakku senang aku mulai menyukai air putih. Karena dia menjadi jarang aku mintai tolong menjerang air.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun