Mohon tunggu...
KOMENTAR
Sosbud

Gempa di Padang; Di sini Senang Di sana Susah

27 Oktober 2010   06:34 Diperbarui: 26 Juni 2015   12:03 370 0
[caption id="attachment_304718" align="alignright" width="300" caption="gempa-di-mentawai (http://regional.kompas.com)"][/caption] Kawan sekamar saya terkejut ketika membaca berita di kompas dua hari yang lalu. Dengan sedikit senyum masam dia menoleh ke saya sambil berkata, "kampung saya kena gempa lagi..." Tak ada ekpresi apa-apa selain selain senyum itu. Barangkali karena begitu akrabnya daerahnya di Sumatera Barat dengan gempa sehingga berita tentang gempa menjadi hal yang tidak luar biasa lagi. Senin, 25 Oktober 2010 malam, menjadi hari bersejarah itu. Gempa berkekuatan 7,2 Skala Richter (SR) lokasi gempa berada pada 3.61 Lintang Selatan (SL) dan 99.93 Bujur Timur (BT) pada pusat 78 km barat daya Pagai Selatan, Kepulauan Mentawai, Sumbar, telah menimbulkan tsunami dengan ketinggian satu sampai tiga meter. Gempa susulan lainnya masih mengancam. Hari ini (Rabu, 27/10) gempa berkekuatan 5,2 menggoncang mentawai lagi. Berdasarkan laporan dalam rapat koordinasi Gubernur Sumatera Barat Irwan Prayitno, tercatat 112 orang tewas, 502 hilang, dan 4.000 kepala keluarga mengungsi. (sumber berita: kompas.com) Seakan tak bosan-bosannya alam menyapa negeri indah dengan nyiurnya yang melambai itu. Macam-macam bencana pernah terjadi di sana. Ada Badai Tropis Katsana, Gempa Tektonik, dan Tsunami. Indah namanya, dahsyat pengaruhnya, harta dan korban jiwa taruhannya. [caption id="attachment_304727" align="aligncenter" width="499" caption="gempa di mentawai (http://sains.kompas.com)"][/caption] Saya pernah baca, gempa bumi itu diukur dengan dua skala pengukuran: skala richter dan skala marchelly. yang pertama untuk mengukur kekuatan dan besaran gempa sementara yang kedua untuk mengukur intensitas gempa dan pengaruhnya kepada manusia, bangunan dan alam. Dan hingga kini Padang masih selalu setia dijadikan tempat penggunaan dua skala itu. Mendapat informasi tentang gempa ini, saya jadi teringat ibu dan adik-adik saya di rumah. Semoga mereka baik-baik saja. Ratusan kawan-kawan saya asal Padang, khususnya yang berada di Mesir dan di Sudan, tentu punya sanak keluarga di kampung mereka. Saya tidak bisa membayangkan bila ternyata ada yang bapak, ibu, kakak, adik, atau bagian keluarganya menjadi salah satu diantara 112 orang yang tewas atau termasuk dalam 502 orang yang hilang. Padahal kemungkinan itu sangat besar. Saya merasa ikut berduka dengan bencana yang menimpa ini. Di sudut hati yang lain, saya merasa sangat bersyukur karena betapa pagi ini saya bisa merasakan hidup yang enak. Saya masih bisa menikmati air dingin segar yang membasahi kerongkongan, merasa tenang di dalam rumah, merasakan sepoinya angin yang bertiup, dan melewatkan detik-detik pagi yang damai. Sungguh semua ini menjadi karunia yang tidak terperikan. Tidak ada alasan untuk bersusah hati. Selama detik ini masih bisa dinikmati, mengapa harus terbelenggu oleh kekhawatiran masa depan yang tak pasti. Alangkah banyak kebahagiaan yang terkorupsi karena seseorang tidak hidup pada masanya.. Pikirannya dihantui kecemasan masa depan atau kekhawairan masa lalu. Padahal yang lalu telah pergi, yang nanti belum kemari. Maka hiduplah hari ini. Saat ini.. Detik ini... Itulah kunci kenikmatan yang luar biasa. Untuk kawan-kawanku di Sumatra Barat, semoga bisa senantiasa sabar dan tabah.. Kami tau Musibah ini tidak ringan..Tapi juga kami yakin, saudara-saudara di Sumbar adalah orang tegar, tabah dan perkasa menghadapi segala ujian yang ada… Dan pasti ada keindahan menanti untuk segala ketegaran, ketabahan dan keperkasaan itu. Bagaimanapun juga, hidup adalah persentuhan senyum dan air mata. Yang terpenting adalah tetap ridha dalam dua keadaan itu.

KEMBALI KE ARTIKEL


LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun